PALANGKA RAYA-Pasien Covid-19, SN (68 tahun) yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di kediamannya Jalan Sapan 1 A, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya meninggal dunia, Rabu (28/7). Sebelumnya pasien ini sudah menjalani isoman selama dua hari di rumah, setelah sempat dirawat satu hari satu malam di rumah sakit.
“Memang benar (meninggal, red). Dia terkonfirmasi positif dan sempat dirawat di rumah sakit, tapi enggak betah dan tidak tahan dirawat di sana, kemudian dia balik ke rumah,” ucap Lurah Bukit Tunggal Subhan Noor, kemarin.
Subhan mengungkapkan, karena berstatus positif, dia dan warga tidak berani melakukan pemulasaraan jenazah SN. Hanya bisa menunggu petugas pemulasaraan. Sudah berkoordinasi dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Emergency Response Palangaka Raya (ERP) untuk membantu pemulasaraan.
“Mereka bersedia melakukan, tapi peralatan mereka kosong, jadi kami bekerja sama lagi dengan kawan-kawan di pemakaman TPU Km 12 yang bisa menyediakan bahan-bahan, terutama peti mayat, jenazah dikebumikan malam ini juga (tadi malam),” tuturnya.
Sementara itu, menurut Linda (anak SN), ayahnya ditemukan sudah dalam kondisi kaku. “Dua hari yang lalu isoman, meninggal hari ini, kami temukan sudah kaku di kamar mandi,” ucapnya tadi malam.
Masih di dekat kawasan tersebut, tepatnya di Jalan Sapan 1 B, warga dengan gejala Covid-19 juga meninggal dunia di kediamannya. Dia adalah NN. Perempuan itu diketahui meninggal sekitar pukul 04.00 WIB.
Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Dwi Tunggal Jaladri mengatakan, keluarga NN (termasuk suami dan anaknya) sudah dua hari menunjukkan gejala diduga Covid-19, yakni batuk-batuk dan sesak napas. Namun tidak memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
“Dari keterangan keluarga korban, baik itu suami dan tiga anak korban sudah mengalami gejala yang sama seperti NN sebelum meninggal dunia,” ungkap kapolresta.
Jenazah NN langsung dibawa ke RSUD dr Doris Sylvanus untuk dilakukan pengecekan Covid-19. Menurut keterangan kapolresta, NN dan keluarganya belum dikategorikan isoman karena sejak awal gejala tidak langsung dilakukan pemeriksaan medis.
“Jadi saat ada gejala sesak napas dan batuk, tidak dibawa untuk pengecekan medis, baik itu antigen maupun pengecekan lainnya, akibat kelalaian ini NN meninggal dunia tanpa ada pemeriksaan,” sebutnya.
RS Siloam Tak Pernah Keluarkan Surat PCR
Pihak RS Siloam Palangka Raya secara tegas membatah pernah mengeluarkan surat keterangan hasil RT PCR yang diduga palsu sebagaimana dibawa seorang tenaga kesehatan (nakes) calon penumpang pesawat di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya pada Selasa (27/7).
“Jadi tidak benar pak, Rumah Sakit Siloam tidak pernah mengeluarkan surat PCR yang dimaksud,” kata Christine selaku Humas RS Siloam Palangka Raya dalam keterangannya kepada Kalteng Pos, Rabu (28/7).
Selain itu, Christine juga menyebutkan bahwa tak ada keterkaitan antara pihak RS Siloam dengan nakes yang dimaksud maupun dengan kasus dugaan pemalsuan dokumen kesehatan yang terjadi belum lama ini.
“Kami tidak tahu dengan masalah ini dan juga tidak mengerti,” tutur Christine yang saat memberi keterangan didampingi rekannya Nursinta dari Bagian Keperawatan RS Siloam.
Dijelaskan Christine, berdasarkan pengecekan pihak RS Siloam Palangka Raya, tidak ada bukti transaksi dan nomor register untuk pemeriksaan RT PCR pada hari yang tertera dalam surat keterangan PCR diduga palsu tersebut.
Ketika ditanya apakah RS Siloam Palangka Raya dapat mengeluarkan surat keterangan tes PCR untuk pelaku perjalanan udara, Christine menyatakan bahwa pihaknya bisa mengeluarkan surat keterangan tersebut. Sebab, untuk pemeriksaan PCR, pihak RS Siloam Palangka Raya sudah bekerja sama dengan pihak mitra rumah sakit atau fasilitas kesehatan resmi yang sudah ditunjuk oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI, untuk melakukan pemeriksaan laboratorium tes PCR. “Jadi hasil tes itu dari lab yang memang ditunjuk tersebut,” tutup Christine. (ena/ce/ala)