Ia berharap pemerintah bisa memperhatikan kondisi ini, agar daya beli masyarakat naik lagi. Menurut Mega, sosialisasi terkait virus ini perlu dimasifkan. Banyak orang yang percaya isu bahwa daging babi yang terpapar virus ASF bisa menular ke manusia. Padahal, sangat jelas bahwa penularannya hanya dari babi ke babi.
“Sekarang banyak pembeli malah cari daging babi hutan, mereka takut mengonsumsi daging babi ternakan,” ungkapnya.
Bantuan Serum Konvalesen Tak Mencukupi
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalimantan Tengah, Ir Hj Sunarti mengatakan, sudah ada bantuan 10.000 mililiter serum konvalesen dari pemerintah pusat. Jumlah itu sudah terdistribusi ke Gunung Mas sebanyak 2.000 mililiter serum, Palangka Raya 2.000 mililiter serum, Pulang Pisau 1.500 mililiter serum, Katingan 1.000 mililiter serum, Murung Raya 500 mililiter serum, dan Kapuas 500 mililiter serum. Sementara kabupaten yang tidak terdampak, juga didistribusikan masing-masing 250 mililiter serum konvalesen. Sejauh ini belum ada kabar bantuan tambahan serum konvalesen dari pemerintah pusat.
Serum ini mengandung antibodi dari virus ASF yang digunakan pada babi sehat. Penyuntikan serum ini diberikan pada babi sehat sebanyak 3 kali penyuntikan dengan interval 10 hari. Dosisnya tergantung dari bobot babi. Bisa dari 1 mililiter hingga 4 mililiter.
“Saat ini kami berusaha mencari solusi bagi peternak terdampak, mengingat tidak mungkin bisa beternak babi lagi di tempat yang sama dalam jangka waktu tertentu,” ucapnya.
Beberapa waktu lalu, wartawan Kalteng Pos mengikuti palaksanaan penyuntikan serum konvalesen terhadap babi ternak. Penyuntikan dipimpin langsung Kepala UPT Puskeswan Kota Palangka Raya drh. Eko Heri Yuwono bersama tenaga kesehatan hewan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Palangka Raya.
Ada tiga lokasi peternakan yang didatangi. Semua yang berada di area kandang babi wajib menggunakan pelindung diri, terutama menutup bagian kaki dan tangan dengan sarung plastik. Hal itu untuk menghindari virus ASF menempel pada badan dan terbawa saat menuju ke kandang babi selanjutnya.
Eko menjelaskan, serum konvalesen merupakan kekebalan pasif yang diperoleh dari babi yang sudah tertular dan berhasil sembuh. Serum ini kemudian disuntikkan ke babi yang sehat atau babi yang belum mengalami gejala penyakit yang parah. Tingkat keberhasilan serum ini hanya sekitar 52 persen.
Pihaknya mendapat bantuan 2.000 mililiter serum dari Pemprov Kalteng, yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat. Namun, jumlah itu tidak mencukupi kebutuhan. Hanya bisa digunakan untuk 200 ekor babi dengan dua kali dosis penyuntikan. Jauh dari populasi babi di Palangka Raya yang mencapai ribuan ekor.