“Serum bantuan itu sudah habis, padahal jumlah peternak babi yang membutuhkan serum sangat banyak,” ungkapnya, seraya menyebut beberapa peternak secara mandiri membeli serum itu dengan mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah.
Demam babi Afrika ini, sebutnya, terdeteksi masuk ke Kalteng pada Agustus 2021 atau bertepatan dengan awal banjir di daerah Tuwung, Kabupaten Gunung Mas. Kemudian, diketahui ada kasus di Palangka Raya pada pertengahan September 2021, lalu menyebar. Kematian babi yang dilaporkan sampai saat ini sudah ribuan ekor.
“Virus ASF ini tidak menular ke manusia atau hewan lain. Daging babi yang positif virus ASF juga aman dikonsumsi manusia,” katanya.
Namun, virus ini bila sudah masuk ke kandang babi, bisa cepat menular, dan tingkat kematian bisa mencapai 100 persen. Cara penularan virus ASF ini bermacam-macam. Paling umum adalah melalui orang atau pedagang babi yang pada tubuhnya telah menempel virus ASF, kemudian masuk ke kandang babi yang sehat.
Selain itu, virus ini juga bisa menular ke ternak babi yang sehat melalui pakan ternak yang sudah tercemar, terutama melalui air yang telah tercemar virus ASF. “Virus ASF ini dapat bertahan di dalam air selama berbulan-bulan,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (Keswan, Kesmavet PPHP) DPKP Kota Palangka Raya Sumardi menyampaikan, di wilayah Palangka Raya, virus ASF pertama kali ditemukan di peternakan babi kompleks Mendawai I. Diketahui 70 ekor babi mati dalam waktu berdekatan.
Upaya yang dilakukan sejauh ini adalah melakukan sosialisasi kepada peternak babi, agar menjaga kebersihan kandang dan mengolah terlebih dahulu pakan sebelum diberikan ke ternak piaraan.
Karena wabahnya mirip Covid-19 dan hanya menyerang pada ternak babi saja, maka cara pencegahan paling ampuh adalah dengan protokol kesehatan ketat.
Para peternak sebaiknya tidak mengizinkan orang lain masuk ke area kandang babi. Sebelum dan sesudah memasuki kandang babi, para peternak juga harus menjaga kebersihan diri untuk mencegah penularan virus ASF.
Para peternak babi lokal saat ini disarankan untuk tidak mengambil bibit atau anakan babi dari luar daerah, karena khawatir anak babi dari luar daerah justru menjadi pembawa virus ASF.
Saat ini pihaknya berupaya mencari bantuan serum yang sangat dibutuhkan oleh peternak babi dan mencari solusi untuk keberlangsungan usaha peternak.
“Kerugian mereka cukup besar. Untuk itu kami berharap pemprov dan pemerintah pusat bisa memberi solusi terkait persoalan ini,” pungkasnya. (sja/ena/ahm/nue/ce/ram)