Senin, Juli 8, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Sendratari Tenggelamnya Kapal Onrust, Kisah Perjuangan Suku Dayak

Karya luar biasa ini ditulis oleh Arbendi I Tue dan Dr Misnawati. Menyuguhkan drama dan tari tentang sejarah perjuangan suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) melawan penjajahan kolonial Belanda. Kemasan tak melulu soal perang. Nuansa kekinian juga dimasukkan. Mulai dari musik, kostum, hingga tarian.

AGUS JAYA, Palangka Raya

SUARA gendang dan beduk terdengar bertalu-talu. Ekspresi wajah laki-laki Dayak itu tampak    garang saat tombak yang dipegangnya ditancapkan bertubi-tubi ke tubuh Jenderal Van der Valde hingga tewas seketika.

Laki-laki itu bernama Tamanggung Surapati. Melihat tubuh Van der Valde tak bernyawa lagi, ia langsung mengacungkan tombaknya ke depan, kemudian memukul permukaan air sembari berpekik keras. Tamanggung Surapati meloncat ke dalam air. Tidak lama berselang, muncul kobaran api, disusul kepulan asap hitam.

Baca Juga :  Satlantas Kobar Tilang Pengendara yang Kedapatan Langgar Aturan Lalu Lintas

Kematian komandan pasukan Belanda, Jenderal  Van der Valde, di tangan Tamanggung Surapati itu, mengilustrasikan suasana di atas Kapal Onrust yang akhirnya tenggelam. Dan itu menjadi puncak dari pertunjukan sendratari berjudul Tenggelamnya Kapal Onrust, Kisah Perjuangan Suku Dayak.

Acara pertunjukan tersebut digagas oleh Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kalteng dan dilaksanakan di Taman Budaya Kalteng, Jalan Temanggung Tilung, Palangka Raya, Sabtu (22/10) lalu. Acara itu membius ratusan penonton yang datang.

Adegan mengilustrasikan suasana pertempuran besar suku Dayak dalam perang Sungai Barito yang legendaris pada tahun 1859. Mengisahkan bagaimana kapal perang milik Belanda bernama Onrust, yang merupakan salah satu kapal perang tercanggih masa itu dan dikirim oleh Kerajaan Belanda ke Pulau Kalimantan untuk membantu mengatasi perlawanan para pejuang suku Dayak.

Baca Juga :  Panahan Pertahankan Tradisi Emas

Kapal itu ditenggelamkan pasukan suku Dayak pimpinan Tamanggung Surapati pada 26 Desember 1859 di daerah Labo Lalotong Tour, Sungai Barito.

Dengan didukung sentuhan layar yang menampilkan berbagai foto kondisi masyarakat adat Dayak zaman dahulu, sendratari ini juga mengajak para penonton untuk lebih mengenal kehidupan masa lalu masyarakat Dayak.

Karya luar biasa ini ditulis oleh Arbendi I Tue dan Dr Misnawati. Menyuguhkan drama dan tari tentang sejarah perjuangan suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) melawan penjajahan kolonial Belanda. Kemasan tak melulu soal perang. Nuansa kekinian juga dimasukkan. Mulai dari musik, kostum, hingga tarian.

AGUS JAYA, Palangka Raya

SUARA gendang dan beduk terdengar bertalu-talu. Ekspresi wajah laki-laki Dayak itu tampak    garang saat tombak yang dipegangnya ditancapkan bertubi-tubi ke tubuh Jenderal Van der Valde hingga tewas seketika.

Laki-laki itu bernama Tamanggung Surapati. Melihat tubuh Van der Valde tak bernyawa lagi, ia langsung mengacungkan tombaknya ke depan, kemudian memukul permukaan air sembari berpekik keras. Tamanggung Surapati meloncat ke dalam air. Tidak lama berselang, muncul kobaran api, disusul kepulan asap hitam.

Baca Juga :  Satlantas Kobar Tilang Pengendara yang Kedapatan Langgar Aturan Lalu Lintas

Kematian komandan pasukan Belanda, Jenderal  Van der Valde, di tangan Tamanggung Surapati itu, mengilustrasikan suasana di atas Kapal Onrust yang akhirnya tenggelam. Dan itu menjadi puncak dari pertunjukan sendratari berjudul Tenggelamnya Kapal Onrust, Kisah Perjuangan Suku Dayak.

Acara pertunjukan tersebut digagas oleh Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kalteng dan dilaksanakan di Taman Budaya Kalteng, Jalan Temanggung Tilung, Palangka Raya, Sabtu (22/10) lalu. Acara itu membius ratusan penonton yang datang.

Adegan mengilustrasikan suasana pertempuran besar suku Dayak dalam perang Sungai Barito yang legendaris pada tahun 1859. Mengisahkan bagaimana kapal perang milik Belanda bernama Onrust, yang merupakan salah satu kapal perang tercanggih masa itu dan dikirim oleh Kerajaan Belanda ke Pulau Kalimantan untuk membantu mengatasi perlawanan para pejuang suku Dayak.

Baca Juga :  Panahan Pertahankan Tradisi Emas

Kapal itu ditenggelamkan pasukan suku Dayak pimpinan Tamanggung Surapati pada 26 Desember 1859 di daerah Labo Lalotong Tour, Sungai Barito.

Dengan didukung sentuhan layar yang menampilkan berbagai foto kondisi masyarakat adat Dayak zaman dahulu, sendratari ini juga mengajak para penonton untuk lebih mengenal kehidupan masa lalu masyarakat Dayak.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/