Tak pernah terlintas dalam benak Telhalia kecil untuk menjadi seorang pendeta maupun rektor. Karena ia sadar bahwa perekonomian keluarganya kurang mampu. Namun perjalanan hidupnya telah mengubah semuanya. Kini ia telah menyandang gelar doktor dan dipercayakan memimpin perguruan tinggi.
AGUS JAYA, Palangka Raya
MENDUDUKI posisi tertinggi di sebuah perguruan tinggi merupakan capaian yang biasa bagi seorang dosen. Namun proses untuk mencapai posisi tersebut tidaklah mudah. Perlu semangat kerja keras, kegigihan, serta doa. Hal itulah yang ditunjukkan Dr Telhalia M.Th, D.Th hingga mendapat amanah memimpin Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya.
Diberikan kepercayaan memimpin IAKN Palangka Raya, mendorong Dr Telhalia terus berjuang menjadian IAKN sebagai salah satu perguruan tinggi di Kalteng, tempat mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Lulusan IAKN bisa ikut membangun dan memajukan Provinsi Kalteng khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sebelum naik kelas menjadi IAKN, perguruan tinggi pencetak pendeta dan juga guru agama Kristen Protestan ini berstatus Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Palangka Raya.
“Saya berharap IAKN Palangka Raya bisa menjadi bagian penting bidang pendidikan di Kalteng bersama dengan perguruan tinggi lainnya, ikut memajukan daerah ini sesuai bidang keilmuan kami,” kata Dr Telhalia saat dibincangi Kalteng Pos di ruang kerjanya di Kampus IAKN Palangka Raya, Senin (24/1).
Perempuan yang ditunjuk dan dilantik sebagai rektor dan memimpin IAKN sejak 17 Februari 2020 itu, diketahui merupakan orang pertama yang menyandang jabatan rektor sejak IAKN Palangka Raya berubah status menjadi institut perguruan tinggi negeri. Sebelumnya saat masih bernama STKAN, pimpinan dijabat oleh seorang ketua sekolah tinggi.
Perempuan kelahiran Palangka Raya 26 Juni 1970 ini mengaku, meningkatnya status perguruan tinggi IAKN saat ini tak lepas dari peran dan kerja keras para pimpinan perguruan tinggi terdahulu beserta seluruh staf pengajar dan pegawai.