KUALA KURUN – Pada tahun 2022, angka stunting di Kabupaten Gunung Mas (Gumas) berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sebesar 17,9 persen. Angka itu turun drastis dibandingkan tahun 2021 lalu yakni 35,9 persen. Meskipun secara keseluruhan mengalami penurunan, tapi angka stunting di sejumlah kecamatan di Gumas malah naik.
”Ada lima kecamatan yang angka stuntingnya mengalami kenaikan, yakni Kurun, Tewah, Kahayan Hulu Utara (Kahut), Damang Batu, dan Miri Manasa,” kata Wakil Bupati yang juga Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Gumas Efrensia LP Umbing, Selasa (14/2).
Menurut wabup, stunting di Kecamatan Kurun naik 3,56 persen, Tewah naik 1,28 persen, Kahut naik 2,92 persen, Damang Batu naik 1,18 persen, dan Miri Manasa naik 16,13 persen. Selain itu, untuk kecamatan yang mengalami penurunan angka stunting yakni Rungan Hulu, Manuhing, Rungan, Manuhing Raya, Mihing Raya, Sepang, dan Rungan Barat.
”Upaya penurunan stunting terus kami lakukan, melalui kolaborasi yang baik dari seluruh pihak yang peduli dalam penanganan stunting. Dengan kerja optimal dan sinergisitas, kami yakni target angka stunting 0 persen pada tahun 2023 mampu tercapai,” ujarnya.
Efrensia mengakui, penanggulangan stunting merupakan bagian dari misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gumas, yaitu meningkatkan kualitas pembangunan sumber daya manusia (SDM) khususnya bidang kesehatan. Penanggulangan stunting bisa dimulai dari keluarga, karena merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
”Stunting bisa ditanggulangi dengan intervensi gizi spesifik yakni sasaran ibu hamil dan menyusui, kecukupan gizi anak usia 0-24 bulan, ketersediaan akses air bersih dan sanitasi, serta pentingnya pendidikan pengasuhan pada orang tua,” tuturnya.
Dalam upaya menurunkan angka stunting, menurut wabup, kolaborasi bersama antara pemkab, forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda), lembaga keagamaan, lembaga adat, organisasi kepemudaan, elemen masyarakat, termasuk perusahaan besar swasta (PBS) harus terus berlanjut.
”Kita harus mampu mengubah pola pikir masyarakat yang menyangkut pola hidup bersih dan sehat, sanitasi sehat, menghindari pernikahan usia anak, serta makan makanan yang bergizi,” tegasnya.
Wakil bupati menambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung upaya penurunan angka stunting adalah mengarahkan Corporate Social Responsibility (CSR) PBS, untuk pemberian makanan tambahan bergizi bagi ibu hamil dan anak usia 0-24 bulan. (okt/ens)
Wabup Mengakui Angka Stunting di Lima Kecamatan Naik
Misi Pemkab Meningkatkan Kualitas SDM
KUALA KURUN – Pada tahun 2022, angka stunting di Kabupaten Gunung Mas (Gumas) berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sebesar 17,9 persen. Angka itu turun drastis dibandingkan tahun 2021 lalu yakni 35,9 persen. Meskipun secara keseluruhan mengalami penurunan, tapi angka stunting di sejumlah kecamatan di Gumas malah naik.
”Ada lima kecamatan yang angka stuntingnya mengalami kenaikan, yakni Kurun, Tewah, Kahayan Hulu Utara (Kahut), Damang Batu, dan Miri Manasa,” kata Wakil Bupati yang juga Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Gumas Efrensia LP Umbing, Selasa (14/2).
Menurut wabup, stunting di Kecamatan Kurun naik 3,56 persen, Tewah naik 1,28 persen, Kahut naik 2,92 persen, Damang Batu naik 1,18 persen, dan Miri Manasa naik 16,13 persen. Selain itu, untuk kecamatan yang mengalami penurunan angka stunting yakni Rungan Hulu, Manuhing, Rungan, Manuhing Raya, Mihing Raya, Sepang, dan Rungan Barat.
”Upaya penurunan stunting terus kami lakukan, melalui kolaborasi yang baik dari seluruh pihak yang peduli dalam penanganan stunting. Dengan kerja optimal dan sinergisitas, kami yakni target angka stunting 0 persen pada tahun 2023 mampu tercapai,” ujarnya.
Efrensia mengakui, penanggulangan stunting merupakan bagian dari misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gumas, yaitu meningkatkan kualitas pembangunan sumber daya manusia (SDM) khususnya bidang kesehatan. Penanggulangan stunting bisa dimulai dari keluarga, karena merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
”Stunting bisa ditanggulangi dengan intervensi gizi spesifik yakni sasaran ibu hamil dan menyusui, kecukupan gizi anak usia 0-24 bulan, ketersediaan akses air bersih dan sanitasi, serta pentingnya pendidikan pengasuhan pada orang tua,” tuturnya.
Dalam upaya menurunkan angka stunting, menurut wabup, kolaborasi bersama antara pemkab, forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda), lembaga keagamaan, lembaga adat, organisasi kepemudaan, elemen masyarakat, termasuk perusahaan besar swasta (PBS) harus terus berlanjut.
”Kita harus mampu mengubah pola pikir masyarakat yang menyangkut pola hidup bersih dan sehat, sanitasi sehat, menghindari pernikahan usia anak, serta makan makanan yang bergizi,” tegasnya.
Wakil bupati menambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung upaya penurunan angka stunting adalah mengarahkan Corporate Social Responsibility (CSR) PBS, untuk pemberian makanan tambahan bergizi bagi ibu hamil dan anak usia 0-24 bulan. (okt/ens)