Minggu, Juni 8, 2025
32.7 C
Palangkaraya

Mimpi Dulu Boleh?  Sampit Jadi Contoh Kota Ramah Lingkungan

 

 

SAMPIT—Tumpukan sampah yang bercampur tanpa pemilahan di TPA diharapkan tak lagi menjadi pemandangan lazim di Kotawaringin Timur (Kotim).

 

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat kini bertekad menerapkan strategi baru dalam pengelolaan sampah. Targetnya, hanya 10 persen dari total timbunan harian yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), selebihnya harus dipilah sejak dari sumber.

 

“Prinsipnya, kita ingin sampah yang dibawa ke TPA benar-benar residu. Tidak boleh lagi semua jenis sampah tercampur begitu saja,” ujar Kepala DLH Kotim, Marjuki, saat ditemui usai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (5/6/2025).

 

Menurut data DLH, setiap hari Kotim menghasilkan sekitar 240 ton sampah. Dua kecamatan, yakni Baamang dan Mentawa Baru Ketapang, menjadi penyumbang terbesar dengan total sekitar 130 ton per hari.

Baca Juga :  Sempat Jadi Buron, Polisi Berhasil Amankan Pelaku Penembak4n

“Kalau dihitung, rata-rata satu orang menghasilkan sekitar 0,54 kilogram sampah per hari. Angka ini cukup besar, mengingat jumlah penduduk kita,” jelas Marjuki.

 

Namun, diakui pula bahwa belum seluruh timbunan sampah dapat ditangani secara optimal. Keterbatasan armada dan sumber daya membuat DLH harus memikirkan pola penanganan baru.

 

“Sejujurnya, kami belum mampu mengangkut semua sampah ke TPA. Karena itu, ke depan pendekatan kami akan diubah. Sampah harus dipilah sejak dari rumah atau tempat usaha,” tegasnya.

Upaya ini tak sekadar wacana. DLH sudah mulai membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk para pemulung, agar sistem pemilahan berjalan lebih efektif. Contohnya, di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Jalan Kopi, pemilahan sampah kini mulai diterapkan.

Baca Juga :  DLH Awasi Pengolahan Limbah

“Sudah satu minggu ini kami uji coba pemisahan sampah di TPS Jalan Kopi. Sampah organik dan anorganik tidak lagi langsung tercampur. Ini langkah awal,” ujar Marjuki.

Ia menambahkan, dukungan anggaran sangat dibutuhkan agar strategi ini dapat diperluas ke seluruh kota. “Kami ingin Sampit menjadi contoh pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Untuk itu, perlu komitmen bersama,” pungkasnya. (mif/ram)

 

 

SAMPIT—Tumpukan sampah yang bercampur tanpa pemilahan di TPA diharapkan tak lagi menjadi pemandangan lazim di Kotawaringin Timur (Kotim).

 

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat kini bertekad menerapkan strategi baru dalam pengelolaan sampah. Targetnya, hanya 10 persen dari total timbunan harian yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), selebihnya harus dipilah sejak dari sumber.

 

“Prinsipnya, kita ingin sampah yang dibawa ke TPA benar-benar residu. Tidak boleh lagi semua jenis sampah tercampur begitu saja,” ujar Kepala DLH Kotim, Marjuki, saat ditemui usai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (5/6/2025).

 

Menurut data DLH, setiap hari Kotim menghasilkan sekitar 240 ton sampah. Dua kecamatan, yakni Baamang dan Mentawa Baru Ketapang, menjadi penyumbang terbesar dengan total sekitar 130 ton per hari.

Baca Juga :  Sempat Jadi Buron, Polisi Berhasil Amankan Pelaku Penembak4n

“Kalau dihitung, rata-rata satu orang menghasilkan sekitar 0,54 kilogram sampah per hari. Angka ini cukup besar, mengingat jumlah penduduk kita,” jelas Marjuki.

 

Namun, diakui pula bahwa belum seluruh timbunan sampah dapat ditangani secara optimal. Keterbatasan armada dan sumber daya membuat DLH harus memikirkan pola penanganan baru.

 

“Sejujurnya, kami belum mampu mengangkut semua sampah ke TPA. Karena itu, ke depan pendekatan kami akan diubah. Sampah harus dipilah sejak dari rumah atau tempat usaha,” tegasnya.

Upaya ini tak sekadar wacana. DLH sudah mulai membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk para pemulung, agar sistem pemilahan berjalan lebih efektif. Contohnya, di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Jalan Kopi, pemilahan sampah kini mulai diterapkan.

Baca Juga :  DLH Awasi Pengolahan Limbah

“Sudah satu minggu ini kami uji coba pemisahan sampah di TPS Jalan Kopi. Sampah organik dan anorganik tidak lagi langsung tercampur. Ini langkah awal,” ujar Marjuki.

Ia menambahkan, dukungan anggaran sangat dibutuhkan agar strategi ini dapat diperluas ke seluruh kota. “Kami ingin Sampit menjadi contoh pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Untuk itu, perlu komitmen bersama,” pungkasnya. (mif/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/