Selain untuk kebutuhan hidup, Syahdarani juga harus menabung agar Khadijah, si bungsu yang berusia belum 6 tahun, rutin menjalani kemoterapi di RS Ulin Banjarmasin. Itu karena sebelumnya didiagnosa memiliki tumor.
Setiap 20 hari, Syahdarani harus membawa Khadijah untuk berobat ke Banjarmasin. Tentu saja, ini perlu biaya yang cukup berat jika dihitung dengan penghasilannya setiap hari rata-rata sebesar Rp 50 ribu.
“Semoga dengan gerobak ini, saya bisa memiliki usaha yang lain sehingga bisa meningkatkan penghasilan. Dengan gerobak baru, semangat juga harus baru dan saya akan lebih giat berusaha,” janjinya.
Ketua Baznas Kalteng Mustain Khaitami, menyatakan bantuan gerobak usaha Baznas Kalteng ini diberikan kepada mustahik yang dipilih dan dianggap layak untuk menerima. Bantuan gerobak itu sendiri merupakan hasil penghimpunan dari zakat yang disalurkan muzaki melalui Baznas Kalteng.
“Harapannya, penerima bisa meningkatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik dengan modal gerobak yang diberikan. Yang terpenting, memiliki semangat untuk berusaha,” kata pria yang di kalangan jurnalis akrab disapa Ami.
Dikatakan, program rencananya kembali akan digelontorkan ke beberapa daerah di Kalteng. Itu sebagai upaya untuk pemerataan program.
Penjabat Sekda Kalteng H Nuryakin menyatakan apresiasinya atas program bantuan yang dilakukan Baznas Kalteng. Selain dinilai sebagai bentuk upaya pemberdayaan dan penggunaan zakat menjadi produktif, program tersebut juga bermanfaat langsung bagi penerima.
“Saya mengajak kepada para muzaki agar bisa menyalurkan zakat, infak, atau sedekah melalui Baznas Kalteng. Selain programnya terarah, pertanggungjawabannya juga jelas. Yang lebih utama, sedekah atau zakat yang dititipkan, bisa menjadi amal jariyah,” seru Nuryakin. (bud)