Jumat, Januari 31, 2025
30.7 C
Palangkaraya

Terharu dengan Warga Bulgaria yang Antusias Belajar Tari Dayak

DHEA UMILATI, Palangka Raya

SEJAK kecil, Siti Habibah sudah jatuh cinta pada seni tari. Berawal dari gerakan sederhana yang diajarkan di taman kanak-kanak, kini ia berhasil membawa tarian tradisional Dayak ke panggung internasional. Perjalanan panjangnya dari sebuah sanggar kecil di Kalimantan Tengah hingga mengajar tari di Eropa menjadi bukti bahwa mimpi besar bisa terwujud dengan kerja keras dan ketekunan.

Habibah, seorang guru sekolah dasar sekaligus pengajar tari tradisional, mengawali kiprahnya di dunia seni dari Sanggar Seni dan Budaya Darung Tingang. Ketertarikannya terhadap tari makin berkembang saat ia berkuliah di Universitas Palangka Raya.

Ia bergabung dengan sebuah sanggar tari yang dibina oleh kampus dan belajar langsung dari Kak Charlie, seorang pelatih tari yang membimbingnya dari nol. “Awalnya saya tidak punya dasar sama sekali. Beliau yang mengajari saya hingga akhirnya bisa seperti sekarang,” kenangnya.

Mimpi Habibah untuk tampil di Eropa mulai tumbuh sejak tahun 2016. Kesempatan pertamanya datang saat ia membuka workshop tari dalam ajang Bali Spirit Festival, sebuah festival internasional yang banyak dihadiri peserta asing. Pengalaman itu membuka jaringan globalnya, meski butuh delapan tahun sebelum mimpinya benar-benar terwujud.

Baca Juga :  Fairid Berbagi Bersama Anak-anak Panti Asuhan

Pada September 2024, melalui program Fasilitasi Interaksi Budaya yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ibu dua anak ini akhirnya terpilih untuk mengajarkan tarian tradisional Indonesia di Bulgaria. Di sana, ia tinggal selama satu bulan.

Namun, perjalanannya tidak mudah. Ia harus melalui proses seleksi ketat, menyusun portofolio, serta menghadapi kendala administratif seperti keterlambatan visa.

“Saya sempat mengajar secara daring sebelum akhirnya bisa berangkat ke Eropa. Tapi semua itu adalah bagian dari proses yang membuat pengalaman ini lebih berharga,” ucapnya.

 

Setiba di Eropa, ia langsung merasakan apresiasi tinggi terhadap seni dan budaya Indonesia. Para peserta kelas tari yang ia ajar menunjukkan antusiasme luar biasa dalam mempelajari gerakan khas tari Dayak.

“Saya terharu melihat bagaimana orang-orang Eropa begitu menghormati seni dan budaya kita. Mereka sangat ramah dan terbuka,” katanya.

Habibah juga menyoroti makin eratnya hubungan bilateral Indonesia dan Eropa melalui seni dan pendidikan. Program pengajaran bahasa Indonesia di universitas-universitas Eropa menjadi salah satu indikasinya.

Baca Juga :  Tingkatkan Kompetensi Anggota PMI

“Banyak orang Eropa yang tertarik belajar tentang budaya kita, termasuk tarian tradisional dan bahasa Indonesia,” tambahnya.

Sebagai seorang seniman, ia berpesan kepada generasi muda agar tidak takut bermimpi besar.  “Semua biaya perjalanan ini ditanggung oleh kementerian, termasuk tiket, visa, hingga gaji. Jadi, untuk teman-teman seniman yang punya impian seperti saya, jangan pernah ragu untuk mencoba. Bahasa Inggris saya pun tidak lancar, yang penting kita percaya diri dan berani,” pesannya.

Wanita kelahiran 1989 asal Mungku Baru, Kecamatan Rakumpit, Palangka Raya ini percaya bahwa kerja keras, ketekunan, dan doa akan membawa hasil.

“Allah itu enggak tidur. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk kita. Jadi, teruslah berusaha dan yakin bahwa tiap usaha akan membuahkan hasil,” tuturnya penuh keyakinan.

Dengan pengalaman berharga yang telah ia jalani, Habibah berharap dapat terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai seni dan budaya Indonesia, serta mengukir lebih banyak cerita indah di panggung dunia. (ce/ram)

 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

SEJAK kecil, Siti Habibah sudah jatuh cinta pada seni tari. Berawal dari gerakan sederhana yang diajarkan di taman kanak-kanak, kini ia berhasil membawa tarian tradisional Dayak ke panggung internasional. Perjalanan panjangnya dari sebuah sanggar kecil di Kalimantan Tengah hingga mengajar tari di Eropa menjadi bukti bahwa mimpi besar bisa terwujud dengan kerja keras dan ketekunan.

Habibah, seorang guru sekolah dasar sekaligus pengajar tari tradisional, mengawali kiprahnya di dunia seni dari Sanggar Seni dan Budaya Darung Tingang. Ketertarikannya terhadap tari makin berkembang saat ia berkuliah di Universitas Palangka Raya.

Ia bergabung dengan sebuah sanggar tari yang dibina oleh kampus dan belajar langsung dari Kak Charlie, seorang pelatih tari yang membimbingnya dari nol. “Awalnya saya tidak punya dasar sama sekali. Beliau yang mengajari saya hingga akhirnya bisa seperti sekarang,” kenangnya.

Mimpi Habibah untuk tampil di Eropa mulai tumbuh sejak tahun 2016. Kesempatan pertamanya datang saat ia membuka workshop tari dalam ajang Bali Spirit Festival, sebuah festival internasional yang banyak dihadiri peserta asing. Pengalaman itu membuka jaringan globalnya, meski butuh delapan tahun sebelum mimpinya benar-benar terwujud.

Baca Juga :  Fairid Berbagi Bersama Anak-anak Panti Asuhan

Pada September 2024, melalui program Fasilitasi Interaksi Budaya yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ibu dua anak ini akhirnya terpilih untuk mengajarkan tarian tradisional Indonesia di Bulgaria. Di sana, ia tinggal selama satu bulan.

Namun, perjalanannya tidak mudah. Ia harus melalui proses seleksi ketat, menyusun portofolio, serta menghadapi kendala administratif seperti keterlambatan visa.

“Saya sempat mengajar secara daring sebelum akhirnya bisa berangkat ke Eropa. Tapi semua itu adalah bagian dari proses yang membuat pengalaman ini lebih berharga,” ucapnya.

 

Setiba di Eropa, ia langsung merasakan apresiasi tinggi terhadap seni dan budaya Indonesia. Para peserta kelas tari yang ia ajar menunjukkan antusiasme luar biasa dalam mempelajari gerakan khas tari Dayak.

“Saya terharu melihat bagaimana orang-orang Eropa begitu menghormati seni dan budaya kita. Mereka sangat ramah dan terbuka,” katanya.

Habibah juga menyoroti makin eratnya hubungan bilateral Indonesia dan Eropa melalui seni dan pendidikan. Program pengajaran bahasa Indonesia di universitas-universitas Eropa menjadi salah satu indikasinya.

Baca Juga :  Tingkatkan Kompetensi Anggota PMI

“Banyak orang Eropa yang tertarik belajar tentang budaya kita, termasuk tarian tradisional dan bahasa Indonesia,” tambahnya.

Sebagai seorang seniman, ia berpesan kepada generasi muda agar tidak takut bermimpi besar.  “Semua biaya perjalanan ini ditanggung oleh kementerian, termasuk tiket, visa, hingga gaji. Jadi, untuk teman-teman seniman yang punya impian seperti saya, jangan pernah ragu untuk mencoba. Bahasa Inggris saya pun tidak lancar, yang penting kita percaya diri dan berani,” pesannya.

Wanita kelahiran 1989 asal Mungku Baru, Kecamatan Rakumpit, Palangka Raya ini percaya bahwa kerja keras, ketekunan, dan doa akan membawa hasil.

“Allah itu enggak tidur. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk kita. Jadi, teruslah berusaha dan yakin bahwa tiap usaha akan membuahkan hasil,” tuturnya penuh keyakinan.

Dengan pengalaman berharga yang telah ia jalani, Habibah berharap dapat terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai seni dan budaya Indonesia, serta mengukir lebih banyak cerita indah di panggung dunia. (ce/ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/