Minggu, Oktober 6, 2024
26.9 C
Palangkaraya

Ketahanan Pangan Penting di Tengah Pandemi

PALANGKA RAYA – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 sangat mengganggu banyak sektor yang menyokong kehidupan masyarakat. Termasuk sektor pertanian. Sektor ini menjadi sorotan, karena memiliki kaitan erat dengan ketahanan pangan nasional.

Tentunya pada masa pandemi yang sulit ini, ketahanan pangan menjadi sesuatu yang harus diupayakan untuk terhindar dari krisis pangan yang seakan menghantui Indonesia. Meskipun menurut data neraca bahan pangan strategis yang dipantau oleh Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kalimantan Tengah, stok pangan diprediksi aman, namun berbagai upaya tetap harus dilaksanakan. Data diambil minggu pertama Oktober  2021.

“Namun hal ini bukan berarti bahwa Kalteng serta merta terbebas dari ancaman krisis pangan yang bisa terjadi di masa mendatang,” kata Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Tengah, Lilis Suriani, beberapa waktu lalu.

Diungkapkannya, masa pandemi Covid-19 yang belum pasti kapan akan berakhir ini, memiliki dampak yang sangat terasa di bidang pertanian. Ketahanan pangan memiliki dua kata kunci penting. Yaitu ketersediaan pangan yang cukup dan merata serta akses penduduk terhadap pangan, baik secara fisik maupun ekonomi. “Jika diidentifikasi dari kedua poin tersebut, ketahanan pangan kita secara umum dapat dikatakan sedang terganggu,” akuinya.

Baca Juga :  Sekolah Terakreditasi A dan B Meningkat

Dijelaskannya, pada masa pandemi ini, pemerintah telah memberlakukan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah. Masyarakat juga diminta untuk mengurangi kontak fisik dan melakukan pekerjaan dari rumah. “Hal ini dapat berpengaruh pada produksi, distribusi dan juga konsumsi pangan,” jelasnya.

Dikatakannya, sarana untuk melakukan distribusi pangan menjadi terbatas sehingga terjadi kurangnya produktivitas pangan. Selain itu, dengan pola hidup masyarakat yang berubah, otomatis permintaan masyarakat sebagai konsumen pangan juga berubah.

“Hal ini dapat mengakibatkan perubahan harga-harga pada produk pangan. Salah satu contoh nyata yang dapat dilihat adalah ketika kebanyakan restoran dan kafe ditutup, maka permintaan bahan pangan pun menurun,” katanya.

Baca Juga :  Wagub Apresiasi Petugas Penanganan Banjir

Akhirnya, bahan pangan yang sudah terlanjur diproduksi dalam jumlah besar mengalami penurunan nilai jual. Banyaknya usaha kecil dan menengah (UKM) yang akhirnya harus gulung tikar di tengah situasi pandemi serta banyaknya pekerja yang dirumahkan juga berpengaruh pada akses ekonomi masyarakat terhadap pangan, dimana daya beli yang dimiliki masyarakat pun menurun.

Sementara itu, Kepala Bidang Distribusi Pangan, Rihanae mengungkapkan, meskipun jumlah produksi pangan saat ini tidak mengalami banyak perubahan dan masih dapat dikatakan stabil, namun permasalahan krisis pangan tetap dapat terjadi ke depannya. Permasalahan yang paling besar terjadi pada distribusi pangan.

“Dengan adanya pembatasan-pembatasan, distribusi pangan menjadi lemah. Akibatnya, stok pangan tidak merata di semua daerah di Kalteng. Petani selaku kunci dari penyedia pangan selama masa pandemi ini diharapkan dapat tetap sehat dan bekerja dengan maksimal,” pungkasnya. (ens)

PALANGKA RAYA – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 sangat mengganggu banyak sektor yang menyokong kehidupan masyarakat. Termasuk sektor pertanian. Sektor ini menjadi sorotan, karena memiliki kaitan erat dengan ketahanan pangan nasional.

Tentunya pada masa pandemi yang sulit ini, ketahanan pangan menjadi sesuatu yang harus diupayakan untuk terhindar dari krisis pangan yang seakan menghantui Indonesia. Meskipun menurut data neraca bahan pangan strategis yang dipantau oleh Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kalimantan Tengah, stok pangan diprediksi aman, namun berbagai upaya tetap harus dilaksanakan. Data diambil minggu pertama Oktober  2021.

“Namun hal ini bukan berarti bahwa Kalteng serta merta terbebas dari ancaman krisis pangan yang bisa terjadi di masa mendatang,” kata Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Tengah, Lilis Suriani, beberapa waktu lalu.

Diungkapkannya, masa pandemi Covid-19 yang belum pasti kapan akan berakhir ini, memiliki dampak yang sangat terasa di bidang pertanian. Ketahanan pangan memiliki dua kata kunci penting. Yaitu ketersediaan pangan yang cukup dan merata serta akses penduduk terhadap pangan, baik secara fisik maupun ekonomi. “Jika diidentifikasi dari kedua poin tersebut, ketahanan pangan kita secara umum dapat dikatakan sedang terganggu,” akuinya.

Baca Juga :  Sekolah Terakreditasi A dan B Meningkat

Dijelaskannya, pada masa pandemi ini, pemerintah telah memberlakukan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah. Masyarakat juga diminta untuk mengurangi kontak fisik dan melakukan pekerjaan dari rumah. “Hal ini dapat berpengaruh pada produksi, distribusi dan juga konsumsi pangan,” jelasnya.

Dikatakannya, sarana untuk melakukan distribusi pangan menjadi terbatas sehingga terjadi kurangnya produktivitas pangan. Selain itu, dengan pola hidup masyarakat yang berubah, otomatis permintaan masyarakat sebagai konsumen pangan juga berubah.

“Hal ini dapat mengakibatkan perubahan harga-harga pada produk pangan. Salah satu contoh nyata yang dapat dilihat adalah ketika kebanyakan restoran dan kafe ditutup, maka permintaan bahan pangan pun menurun,” katanya.

Baca Juga :  Wagub Apresiasi Petugas Penanganan Banjir

Akhirnya, bahan pangan yang sudah terlanjur diproduksi dalam jumlah besar mengalami penurunan nilai jual. Banyaknya usaha kecil dan menengah (UKM) yang akhirnya harus gulung tikar di tengah situasi pandemi serta banyaknya pekerja yang dirumahkan juga berpengaruh pada akses ekonomi masyarakat terhadap pangan, dimana daya beli yang dimiliki masyarakat pun menurun.

Sementara itu, Kepala Bidang Distribusi Pangan, Rihanae mengungkapkan, meskipun jumlah produksi pangan saat ini tidak mengalami banyak perubahan dan masih dapat dikatakan stabil, namun permasalahan krisis pangan tetap dapat terjadi ke depannya. Permasalahan yang paling besar terjadi pada distribusi pangan.

“Dengan adanya pembatasan-pembatasan, distribusi pangan menjadi lemah. Akibatnya, stok pangan tidak merata di semua daerah di Kalteng. Petani selaku kunci dari penyedia pangan selama masa pandemi ini diharapkan dapat tetap sehat dan bekerja dengan maksimal,” pungkasnya. (ens)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/