PALANGKA RAYA – Selama September 2022, nilai impor Provinsi Kalimantan Tengah mencapai US$6,18 juta atau turun 47,09 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat US$11,68 juta. Hal ini sebanding dengan volume impor Kalimantan Tengah yang mengalami penurunan pada September 2022 sebesar 26,84 persen atau 4,99 ribu ton, dari 10,47 ribu ton pada Agustus 2022 menjadi 7,66 ribu ton September 2022.
“Penurunan nilai impor disebabkan oleh turunnya nilai impor hasil industri sebesar US$5,43 juta, dari US$8,36 juta menjadi US$2,93 juta dan penurunan nilai impor migas sebesar US$0,07 juta, dari US$3,32 juta menjadi US$3,25 juta,” kata Kepala BPS Kalteng, Eko Marsoro, baru-baru ini.
Ditinjau menurut kelompok komoditas, jelas Eko, penurunan nilai impor di Kalimantan Tengah utamanya didorong dari penurunan nilai impor kelompok mesin/pesawat mekanik, berbagai produk kimia, pupuk, bahan bakar mineral, plastik dan barang dari plastik, serta beberapa kelompok komoditas lainnya pada September 2022.
Lebih lanjut Eko menyampaikan, untuk komoditas utama impor Kalimantan Tengah pada September 2022 adalah aspal atau bitumen petroleum US$3,25 juta, pupuk berupa Kalium klorida US$1,81 juta, generator US$0,58 juta, dan mesin ektraksi sawit US$0,54 juta.
Dibanding bulan sebelumnya, penurunan nilai impor Kalimantan Tengah 47,09 persen utamanya didorong oleh penurunan nilai impor mesin pengolahan sawit sebesar US$4,60 juta (89,49 persen), pupuk sebesar US$0,34 juta atau 15,81 persen, dan aspal (Bitumen petroleum) sebesar US$0,07 juta atau 2,11 persen.
“Disamping itu, terdapat sejumlah komoditas yang diimpor selama Agustus 2022, tetapi tidak lagi diimpor pada bulan September 2022, seperti mesin boiler dan mesin penyortir sawit,” ungkapnya.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2021, terjadi kenaikan nilai impor pada September 2022 (169,87persen), seperti nilai impor pupuk naik US$1,81 juta (bulan yang sama tahun sebelumnya tidak ada impor pada kelompok pupuk) dan bahan bakar mineral naik US$1,77 juta (119,59 persen).
“Kelompok mesin atau pesawat mekanik dan mesin atau peralatan listrik juga mengalami kenaikan nilai impor masing-masing sebesar US$0,46 juta (575,00 persen) dan US$0,45 juta (346,15 persen),” tandasnya. (aza)