Kamis, Juni 12, 2025
25 C
Palangkaraya

Kopi Gerobak Menjamur di Sampit, Ini Harga dan Lokasi Jualnya

SAMPIT-Fenomena gerobak kopi keliling tengah merebak di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Dalam beberapa bulan terakhir, kemunculan gerobak-gerobak kecil penjual kopi mulai mendominasi area publik, dari taman kota hingga kawasan perkantoran.

Para penjual kopi keliling ini biasanya mulai bermunculan sejak pagi. Mereka menyulap sepeda listrik menjadi gerobak yang siap dibawa berkeliling kota atau sekedar mangkal di tempat-tempat ramai. Makin siang, pelanggannya masih banyak.

Kehadirannya tak sekadar menawarkan minuman berkafein. Lebih dari itu, gerobak kopi menjelma sebagai simbol baru gaya hidup masyarakat urban yang menginginkan kepraktisan tanpa mengorbankan selera.

Harganya bervariasi, mulai Rp8 ribu sampai Rp12 ribu. Rasanya juga beda-beda.

“Empat bulan ini saya keliling bawa gerobak. Alhamdulillah, peminatnya banyak. Kadang bisa sampai 100 gelas per hari, apalagi kalau cuaca mendukung,” ujar Nur Fikri Fahriansyah, salah satu pelaku usaha kopi gerobak yang biasa mangkal di kawasan Taman Kota Sampit, Rabu (11/6).

Baca Juga : 
Perubahan PPnBM DTP 2022 Gerus Penjualan Otomotif

Di tempatnya berjualan, setidaknya ada lima gerobak lain yang juga aktif menawarkan berbagai varian kopi, dari klasik hitam robusta hingga kopi susu kekinian yang disukai anak muda. Persaingan tak menjadi masalah, sebab menurut Fikri, pasar kopi jalanan ini masih sangat luas.

“Kebanyakan pembeli itu pegawai, pelajar, sama anak-anak muda. Mereka suka karena praktis dan harganya ramah di kantong,” tambahnya.

Tak jauh berbeda, di kawasan Jalan Tjilik Riwut, tepat di samping Kantor Bupati, gerobak kopi lain juga terlihat sibuk melayani pelanggan. Aktivitas ini mulai jam tujuh pagi dan berlanjut hingga sore, menyasar mereka yang ingin menyegarkan pikiran di tengah kesibukan kerja.

Baca Juga : 
PLN Paparkan Strategi Pengembangan Kelistrikan Kalimantan Tengah

“Saya lebih suka beli kopi di sini. Rasanya enak, harganya juga pas. Bisa sambil duduk santai lihat suasana kota,” kata Abu Tholib, salah satu pelanggan yang mengaku rutin membeli kopi dari gerobak langganannya setiap pagi.

Fenomena ini tak hanya menunjukkan kreativitas pelaku usaha mikro, tapi juga merefleksikan perubahan selera dan kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi kopi. Masyarakat lebih suka mengkonsumsi kopi yang mudah didapat dan dengan harga murah.

“Harganya murah. Cuman Rp8 ribu sudah dapat. Kalau ke cafe kan biasanya habis sampai Rp50 ribu. Jadi praktis saja kalau di gerobak,” tandas Abu. (mif/ram)

SAMPIT-Fenomena gerobak kopi keliling tengah merebak di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Dalam beberapa bulan terakhir, kemunculan gerobak-gerobak kecil penjual kopi mulai mendominasi area publik, dari taman kota hingga kawasan perkantoran.

Para penjual kopi keliling ini biasanya mulai bermunculan sejak pagi. Mereka menyulap sepeda listrik menjadi gerobak yang siap dibawa berkeliling kota atau sekedar mangkal di tempat-tempat ramai. Makin siang, pelanggannya masih banyak.

Kehadirannya tak sekadar menawarkan minuman berkafein. Lebih dari itu, gerobak kopi menjelma sebagai simbol baru gaya hidup masyarakat urban yang menginginkan kepraktisan tanpa mengorbankan selera.

Harganya bervariasi, mulai Rp8 ribu sampai Rp12 ribu. Rasanya juga beda-beda.

“Empat bulan ini saya keliling bawa gerobak. Alhamdulillah, peminatnya banyak. Kadang bisa sampai 100 gelas per hari, apalagi kalau cuaca mendukung,” ujar Nur Fikri Fahriansyah, salah satu pelaku usaha kopi gerobak yang biasa mangkal di kawasan Taman Kota Sampit, Rabu (11/6).

Baca Juga : 
Perubahan PPnBM DTP 2022 Gerus Penjualan Otomotif

Di tempatnya berjualan, setidaknya ada lima gerobak lain yang juga aktif menawarkan berbagai varian kopi, dari klasik hitam robusta hingga kopi susu kekinian yang disukai anak muda. Persaingan tak menjadi masalah, sebab menurut Fikri, pasar kopi jalanan ini masih sangat luas.

“Kebanyakan pembeli itu pegawai, pelajar, sama anak-anak muda. Mereka suka karena praktis dan harganya ramah di kantong,” tambahnya.

Tak jauh berbeda, di kawasan Jalan Tjilik Riwut, tepat di samping Kantor Bupati, gerobak kopi lain juga terlihat sibuk melayani pelanggan. Aktivitas ini mulai jam tujuh pagi dan berlanjut hingga sore, menyasar mereka yang ingin menyegarkan pikiran di tengah kesibukan kerja.

Baca Juga : 
PLN Paparkan Strategi Pengembangan Kelistrikan Kalimantan Tengah

“Saya lebih suka beli kopi di sini. Rasanya enak, harganya juga pas. Bisa sambil duduk santai lihat suasana kota,” kata Abu Tholib, salah satu pelanggan yang mengaku rutin membeli kopi dari gerobak langganannya setiap pagi.

Fenomena ini tak hanya menunjukkan kreativitas pelaku usaha mikro, tapi juga merefleksikan perubahan selera dan kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi kopi. Masyarakat lebih suka mengkonsumsi kopi yang mudah didapat dan dengan harga murah.

“Harganya murah. Cuman Rp8 ribu sudah dapat. Kalau ke cafe kan biasanya habis sampai Rp50 ribu. Jadi praktis saja kalau di gerobak,” tandas Abu. (mif/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/