Senin, November 25, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Saham Asia Tegang di Tengah Kekhawatiran Inflasi Tinggi

Federal Reserve AS semakin dekat untuk mulai mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran bantuan pandemi, sebuah keputusan yang diperumit oleh meningkatnya kekhawatiran di seluruh dunia bahwa kenaikan biaya energi akan memicu inflasi sementara juga membatasi pemulihan ekonomi.

Harga minyak saat ini mendekati level tertinggi multi-tahun, tetapi lebih stabil di perdagangan pagi Asia.

Minyak mentah Brent turun 0,29 persen menjadi 83,18 dolar AS per barel, tak jauh dari tertinggi tiga tahun pada Senin (11/10) di 84,6 dolar AS, sementara minyak mentah AS turun 0,2 persen menjadi 80,48 dolar AS dari tertinggi tujuh tahun pada Senin (11/10) di 82,18 dolar AS.

Meskipun kekhawatiran inflasi meningkat, ada optimisme yang tumbuh tentang keadaan pemulihan ekonomi. Tiga pembuat kebijakan Federal Reserve AS pada Selasa (12/10) mengatakan ekonomi AS telah cukup pulih bagi bank sentral untuk mulai menarik dukungan era krisisnya.

Akibatnya, saham-saham tergelincir di Wall Street semalam. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,34 persen, S&P 500 kehilangan 0,24 persen, dan Komposit Nasdaq turun 0,14 persen.

Kemungkinan tapering juga berarti dolar kuat, duduk tepat di bawah level tertinggi satu tahun dibandingkan mata uang utama lainnya yang dicapai pada hari sebelumnya.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama rivalnya terakhir di 94,413, tak jauh dari tertinggi Selasa (12/10) di 94,563, tertinggi sejak September 2020.

Dolar sangat kuat terhadap yen dengan satu dolar dibeli 113,39 yen, mendekati level terendah tiga tahun pada Senin (11/10). Karena Jepang membeli sebagian besar minyaknya dari luar negeri, melemahnya yen berarti Jepang berjuang lebih keras dengan harga yang tinggi.

Emas stabil menjelang data dari AS dengan harga spot naik 0,04 persen menjadi 1.760 dolar AS per ounce, berada di pertengahan kisaran bulan ini. (ant/ape/ahm)

Baca Juga :  Jalan Sehat Bersama BUMN di Palangka Raya Meriah

Federal Reserve AS semakin dekat untuk mulai mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran bantuan pandemi, sebuah keputusan yang diperumit oleh meningkatnya kekhawatiran di seluruh dunia bahwa kenaikan biaya energi akan memicu inflasi sementara juga membatasi pemulihan ekonomi.

Harga minyak saat ini mendekati level tertinggi multi-tahun, tetapi lebih stabil di perdagangan pagi Asia.

Minyak mentah Brent turun 0,29 persen menjadi 83,18 dolar AS per barel, tak jauh dari tertinggi tiga tahun pada Senin (11/10) di 84,6 dolar AS, sementara minyak mentah AS turun 0,2 persen menjadi 80,48 dolar AS dari tertinggi tujuh tahun pada Senin (11/10) di 82,18 dolar AS.

Meskipun kekhawatiran inflasi meningkat, ada optimisme yang tumbuh tentang keadaan pemulihan ekonomi. Tiga pembuat kebijakan Federal Reserve AS pada Selasa (12/10) mengatakan ekonomi AS telah cukup pulih bagi bank sentral untuk mulai menarik dukungan era krisisnya.

Akibatnya, saham-saham tergelincir di Wall Street semalam. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,34 persen, S&P 500 kehilangan 0,24 persen, dan Komposit Nasdaq turun 0,14 persen.

Kemungkinan tapering juga berarti dolar kuat, duduk tepat di bawah level tertinggi satu tahun dibandingkan mata uang utama lainnya yang dicapai pada hari sebelumnya.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama rivalnya terakhir di 94,413, tak jauh dari tertinggi Selasa (12/10) di 94,563, tertinggi sejak September 2020.

Dolar sangat kuat terhadap yen dengan satu dolar dibeli 113,39 yen, mendekati level terendah tiga tahun pada Senin (11/10). Karena Jepang membeli sebagian besar minyaknya dari luar negeri, melemahnya yen berarti Jepang berjuang lebih keras dengan harga yang tinggi.

Emas stabil menjelang data dari AS dengan harga spot naik 0,04 persen menjadi 1.760 dolar AS per ounce, berada di pertengahan kisaran bulan ini. (ant/ape/ahm)

Baca Juga :  Jalan Sehat Bersama BUMN di Palangka Raya Meriah

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/