Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Mampu Produksi Hingga 199 Ton Hidrogen Per Tahun

PLN Resmikan 21 Unit Green Hydrogen Plant

JAKARTA-PT PLN (Persero) meresmikan 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) tersebar di seluruh Indonesia, di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/11). Upaya ini membuat PLN menjadi perusahaan yang memiliki GHP terbanyak di Asia Tenggara. Sebelumnya, pada Oktober PLN juga telah meresmikan GHP pertama di Indonesia yang berlokasi di PLTGU Muara Karang, Jakarta.

Gebrakan PLN melalui inovasi ini mampu memproduksi 199 ton per tahun. Langkah ini juga membuat PLN menjadi pionir terbentuknya rantai pasok kebutuhan hidrogen hijau di masa depan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. sekaligus mendukung target Pemerintah mencapai Net Zero Emissions (NZE) 2060.

Mewakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi menjelaskan, hidrogen merupakan bahan bakar masa depan yang sedang banyak dikembangkan di kancah global. Indonesia, memiliki potensi hidrogen yang besar, bahkan bisa menjadi pemasok kebutuhan hidrogen hijau di dunia.

“Indonesia punya potensi pengembangan hidrogen hijau besar. Bahkan bisa kita pakai sendiri, maupun menjadi potensi ekspor. Leadership yang luar biasa dari PLN untuk bisa mengakselerasi pengembangan hidrogen hijau ini,” ujar Yudo dalam sambutannya.
Yudo juga mengapresiasi langkah cepat PLN dalam mengembangkan hidrogen hijau di Indonesia. Dalam waktu satu bulan, PLN berhasil menambah 20 unit GHP tersebar di seluruh Indonesia.

“Setelah pertemuan terakhir bulan lalu di PLTU Muara Karang, PLN berjanji untuk memperbanyak hydrogen plant ini. PLN telah mengakselerasi langkah ini,” katanya.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan, GHP adalah langkah strategis PLN untuk membangun rantai pasok green hydrogen pertama di Indonesia. Inisiatif hijau ini diharapkan mampu mengakselerasi transisi energi dan mencapai NZE tahun 2060.

Baca Juga :  Kepala SKIPM Palangka Raya Sambut Petouring Vespa dari Papua

“Hari ini menjadi bukti, we walk the talk bahwa komitmen ini kami wujudkan dalam bentuk nyata. Ini tidak hanya sekadar green hydrogen plant, ini akan menjadi tonggak terbentuk supply chain green hydrogen di Indonesia dan PLN pionirnya,” ungkap Darmawan.
GHP besutan PLN ini diproduksi dengan menggunakan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terdapat di area pembangkit. Selain dihasilkan dari PLTS yang terpasang, hidrogen hijau juga menggunakan Renewable Energy Certificate (REC) yang berasal dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia.

Dengan 21 unit GHP ini mampu memproduksi hampir 200 ton per tahun, dari sebelumnya hanya 51 ton hidrogen per tahun. Hasil produksi green hydrogen tersebut, sebanyak 75 ton per tahun digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit (cooling generator). Sementara 124 ton lainnya bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, salah satunya kendaraan.

“Lewat GHP, kami bangun transisi sektor transportasi ke low carbon transport ini berjalan baik. Tentu kalau kita berbicara transportasi, terdapat dua mazhab. Satu mengenai mobil listrik yang berbasis baterai. Kendaraan listrik sudah kita bangun ekosistemnya. Kemudian ada mahzab lain berbasis hidrogen. Ini perlu rantai pasok yang khusus, ini perlu green hydrogen,” tuturnya.

Baca Juga :  Bareskrim Polri Gelar Sosialisasi dan Supervisi Pengelolaan Barang Bukti

Dengan rata-rata konsumsi hidrogen kendaraan 0,8 kg per 100 km, maka 124 ton green hydrogen yang diproduksi bisa dipakai 424 mobil per tahun yang bergerak 100 kilometer dalam sehari. Angka itu bisa menurunkan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2 dan mengurangi impor BBM 1,55 juta liter per tahun, mengubah energi impor menjadi energi domestik.

Ke depan, PLN tidak hanya menghadirkan GHP saja namun juga membuat Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen dan juga pengoperasian Fuel Cell Generator yang berbahan bakar green hydrogen.

21 GHP milik PLN terdapat di PLTU Pangkalan Susu, PLTGU Muara Karang, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Suralaya 8, PLTGU Cilegon, PLTU Labuhan, PLTU Lontar, PLTGU Tanjung Priok, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Muara Tawar, PLTU Indramayu, PLTGU Tambak Lorok, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Rembang, PLTU Tanjung Awar-awar, PLTGU Gresik, PLTG Pemaron, PLTU Paiton, PLTU Grati, PLTU Pacitan, dan PLTU Adipala.

Peresmian tersebut dihadiri Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eniya Listiani Dewi, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Mohamad Priharto Dwinugroho, Walikota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim, Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN Hartanto Wibowo, Direktur Pembangkitan PLN Adi Lumakso, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah, dan Direktur Utama PLN Enjiniring Chairani Rachmatullah. (kom/hms/b17/aza)

JAKARTA-PT PLN (Persero) meresmikan 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) tersebar di seluruh Indonesia, di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/11). Upaya ini membuat PLN menjadi perusahaan yang memiliki GHP terbanyak di Asia Tenggara. Sebelumnya, pada Oktober PLN juga telah meresmikan GHP pertama di Indonesia yang berlokasi di PLTGU Muara Karang, Jakarta.

Gebrakan PLN melalui inovasi ini mampu memproduksi 199 ton per tahun. Langkah ini juga membuat PLN menjadi pionir terbentuknya rantai pasok kebutuhan hidrogen hijau di masa depan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. sekaligus mendukung target Pemerintah mencapai Net Zero Emissions (NZE) 2060.

Mewakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi menjelaskan, hidrogen merupakan bahan bakar masa depan yang sedang banyak dikembangkan di kancah global. Indonesia, memiliki potensi hidrogen yang besar, bahkan bisa menjadi pemasok kebutuhan hidrogen hijau di dunia.

“Indonesia punya potensi pengembangan hidrogen hijau besar. Bahkan bisa kita pakai sendiri, maupun menjadi potensi ekspor. Leadership yang luar biasa dari PLN untuk bisa mengakselerasi pengembangan hidrogen hijau ini,” ujar Yudo dalam sambutannya.
Yudo juga mengapresiasi langkah cepat PLN dalam mengembangkan hidrogen hijau di Indonesia. Dalam waktu satu bulan, PLN berhasil menambah 20 unit GHP tersebar di seluruh Indonesia.

“Setelah pertemuan terakhir bulan lalu di PLTU Muara Karang, PLN berjanji untuk memperbanyak hydrogen plant ini. PLN telah mengakselerasi langkah ini,” katanya.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan, GHP adalah langkah strategis PLN untuk membangun rantai pasok green hydrogen pertama di Indonesia. Inisiatif hijau ini diharapkan mampu mengakselerasi transisi energi dan mencapai NZE tahun 2060.

Baca Juga :  Kepala SKIPM Palangka Raya Sambut Petouring Vespa dari Papua

“Hari ini menjadi bukti, we walk the talk bahwa komitmen ini kami wujudkan dalam bentuk nyata. Ini tidak hanya sekadar green hydrogen plant, ini akan menjadi tonggak terbentuk supply chain green hydrogen di Indonesia dan PLN pionirnya,” ungkap Darmawan.
GHP besutan PLN ini diproduksi dengan menggunakan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terdapat di area pembangkit. Selain dihasilkan dari PLTS yang terpasang, hidrogen hijau juga menggunakan Renewable Energy Certificate (REC) yang berasal dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia.

Dengan 21 unit GHP ini mampu memproduksi hampir 200 ton per tahun, dari sebelumnya hanya 51 ton hidrogen per tahun. Hasil produksi green hydrogen tersebut, sebanyak 75 ton per tahun digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit (cooling generator). Sementara 124 ton lainnya bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, salah satunya kendaraan.

“Lewat GHP, kami bangun transisi sektor transportasi ke low carbon transport ini berjalan baik. Tentu kalau kita berbicara transportasi, terdapat dua mazhab. Satu mengenai mobil listrik yang berbasis baterai. Kendaraan listrik sudah kita bangun ekosistemnya. Kemudian ada mahzab lain berbasis hidrogen. Ini perlu rantai pasok yang khusus, ini perlu green hydrogen,” tuturnya.

Baca Juga :  Bareskrim Polri Gelar Sosialisasi dan Supervisi Pengelolaan Barang Bukti

Dengan rata-rata konsumsi hidrogen kendaraan 0,8 kg per 100 km, maka 124 ton green hydrogen yang diproduksi bisa dipakai 424 mobil per tahun yang bergerak 100 kilometer dalam sehari. Angka itu bisa menurunkan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2 dan mengurangi impor BBM 1,55 juta liter per tahun, mengubah energi impor menjadi energi domestik.

Ke depan, PLN tidak hanya menghadirkan GHP saja namun juga membuat Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen dan juga pengoperasian Fuel Cell Generator yang berbahan bakar green hydrogen.

21 GHP milik PLN terdapat di PLTU Pangkalan Susu, PLTGU Muara Karang, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Suralaya 8, PLTGU Cilegon, PLTU Labuhan, PLTU Lontar, PLTGU Tanjung Priok, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Muara Tawar, PLTU Indramayu, PLTGU Tambak Lorok, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Rembang, PLTU Tanjung Awar-awar, PLTGU Gresik, PLTG Pemaron, PLTU Paiton, PLTU Grati, PLTU Pacitan, dan PLTU Adipala.

Peresmian tersebut dihadiri Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eniya Listiani Dewi, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Mohamad Priharto Dwinugroho, Walikota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim, Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN Hartanto Wibowo, Direktur Pembangkitan PLN Adi Lumakso, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah, dan Direktur Utama PLN Enjiniring Chairani Rachmatullah. (kom/hms/b17/aza)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/