Senin, November 25, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Satu Kali Panen Bisa Hasilkan Empat Liter Madu

Madu Kelulut Muara Marang yang Banyak Diminati

PALANGKA RAYA –Be­berapa tahun terakhir, budi daya lebah madu kelulut menjamur di Palangka Raya. Ada yang sekadar ikut-ikutan, ada juga yang memang serius untuk mengembangkan. Seperti yang dialami M Syaukat Nugraha, owner Madu Ke­lulut Muara Marang.

Motivasi awal budi daya lebah madu kelulut ini tak lain untuk menyembuhkan sakit asma yang diderita ayahnya, Tamiyang. Ikh­tiar itu membuahkan hasil, ayahnya mulai jarang men­derita penyakit gangguan pernafasan tersebut.

Momen awal budi daya lebah madu kelulut ini ber­barengan dengan pandemi Covid-19. Banyak orang yang mulai peduli menjaga kesehatan. Akhirnya, ban­yak yang mencari madu untuk menangkal penyakit.

“Jadi dari mulut ke mulut mulai tahu kalau di sini (di rumah Jalan Tjilik Riwut Kilometer 22, depan ger­bang menuju Desa Marang, red) ada budi daya madu kelulut. Beberapa akhirnya pesan ke kami,” tambah Syaukat saat dibincangi, baru-baru ini.

Pengembangan usaha ini juga dibantu oleh ibun­ya, Sri Tetin Fitriwaty. Tak jarang guru olahraga di Se­kolah Dasar Negeri (SDN) 2 Marang itu ikut terlibat dalam panen maupun pe­misahan koloni lebah. Se­lain itu, untuk pemasaran pun ibunya tak malu ikut memposting produk madu mereka di media sosial.

Baca Juga :  Terus Dukung Penanganan Covid-19 di Palangka Raya, Telkomsel Berikan Bantuan Logistik

“Sebenarnya ini usaha anak dan ayahnya, ka­lau saya mendampingi. Memang saya juga dari awal ikut melihat prosesnya dan menggali informasi di youtube. Akhirnya saya juga bisa memisahkan ratu lebah, pekerja dan telurnya. Jadi bisa mengembangkan lebih banyak,” tutur Sri Tetin Fitriwaty.

Saat informasi mulai menyebar, mereka tidak menduga pesanan datang hampir lebih dari 20 botol per bulan. Beruntung meski di awal jumlah log (sarang lebah yang umumnya dari kayu, red) hanya lima tapi mereka bisa memenuhi pe­sanan tersebut. Melihat pe­luang cukup bagus, mereka memutuskan untuk menam­bah log sekitar 27 log.

“Beberapa log ada yang kami kasih ke saudara yang berminat untuk mengem­bangkan budi daya madu kelulut. Ada juga yang kami titipkan sementara kare­na di samping rumah lagi diperbaiki. Total sekarang kurang lebih ada sekitar 11 log,” tambah Sri.

Baca Juga :  Pihak Sekolah Jangan Memberatkan Orang Tua Murid

Dari jumlah log yang ter­sisa itu, mereka bisa mema­nen dalam satu bulan se­banyak empat liter madu kelulut. Saat ini mereka tidak sering melakukan pe­manenan. Panen dilakukan saat ada yang pesan madu saja. Tujuannya, demi men­jaga kesegaran madu terse­but saat dikemas.

Saat ditanya mengenai harga jual, keduanya hanya memproduksi untuk botol ukuran 200 mililiter dengan harga Rp100ribu per botol. “Sempat ada yang mena­warkan jual per liter, tapi kami tidak berani dengan harga yang ditawarkan. Jadi ya cukup dengan ukuran 200ml saja,” ungkap Sri.

Demi memantapkan usaha, mereka yang merupakan UMKM binaan BRI ini sudah mengurus sejumlah legalitas seperti Surat Izin Usaha hingga la­bel halal. Tujuannya untuk memperluas pemasaran. “Jadi dapatsaran untuk mengurus adminstrasi itu, biar bisa kirim ke luar Kota Palangka Raya. Sudah selesai dan belum ditem­pel,” ungkap Sri. (ila/aza)

PALANGKA RAYA –Be­berapa tahun terakhir, budi daya lebah madu kelulut menjamur di Palangka Raya. Ada yang sekadar ikut-ikutan, ada juga yang memang serius untuk mengembangkan. Seperti yang dialami M Syaukat Nugraha, owner Madu Ke­lulut Muara Marang.

Motivasi awal budi daya lebah madu kelulut ini tak lain untuk menyembuhkan sakit asma yang diderita ayahnya, Tamiyang. Ikh­tiar itu membuahkan hasil, ayahnya mulai jarang men­derita penyakit gangguan pernafasan tersebut.

Momen awal budi daya lebah madu kelulut ini ber­barengan dengan pandemi Covid-19. Banyak orang yang mulai peduli menjaga kesehatan. Akhirnya, ban­yak yang mencari madu untuk menangkal penyakit.

“Jadi dari mulut ke mulut mulai tahu kalau di sini (di rumah Jalan Tjilik Riwut Kilometer 22, depan ger­bang menuju Desa Marang, red) ada budi daya madu kelulut. Beberapa akhirnya pesan ke kami,” tambah Syaukat saat dibincangi, baru-baru ini.

Pengembangan usaha ini juga dibantu oleh ibun­ya, Sri Tetin Fitriwaty. Tak jarang guru olahraga di Se­kolah Dasar Negeri (SDN) 2 Marang itu ikut terlibat dalam panen maupun pe­misahan koloni lebah. Se­lain itu, untuk pemasaran pun ibunya tak malu ikut memposting produk madu mereka di media sosial.

Baca Juga :  Terus Dukung Penanganan Covid-19 di Palangka Raya, Telkomsel Berikan Bantuan Logistik

“Sebenarnya ini usaha anak dan ayahnya, ka­lau saya mendampingi. Memang saya juga dari awal ikut melihat prosesnya dan menggali informasi di youtube. Akhirnya saya juga bisa memisahkan ratu lebah, pekerja dan telurnya. Jadi bisa mengembangkan lebih banyak,” tutur Sri Tetin Fitriwaty.

Saat informasi mulai menyebar, mereka tidak menduga pesanan datang hampir lebih dari 20 botol per bulan. Beruntung meski di awal jumlah log (sarang lebah yang umumnya dari kayu, red) hanya lima tapi mereka bisa memenuhi pe­sanan tersebut. Melihat pe­luang cukup bagus, mereka memutuskan untuk menam­bah log sekitar 27 log.

“Beberapa log ada yang kami kasih ke saudara yang berminat untuk mengem­bangkan budi daya madu kelulut. Ada juga yang kami titipkan sementara kare­na di samping rumah lagi diperbaiki. Total sekarang kurang lebih ada sekitar 11 log,” tambah Sri.

Baca Juga :  Pihak Sekolah Jangan Memberatkan Orang Tua Murid

Dari jumlah log yang ter­sisa itu, mereka bisa mema­nen dalam satu bulan se­banyak empat liter madu kelulut. Saat ini mereka tidak sering melakukan pe­manenan. Panen dilakukan saat ada yang pesan madu saja. Tujuannya, demi men­jaga kesegaran madu terse­but saat dikemas.

Saat ditanya mengenai harga jual, keduanya hanya memproduksi untuk botol ukuran 200 mililiter dengan harga Rp100ribu per botol. “Sempat ada yang mena­warkan jual per liter, tapi kami tidak berani dengan harga yang ditawarkan. Jadi ya cukup dengan ukuran 200ml saja,” ungkap Sri.

Demi memantapkan usaha, mereka yang merupakan UMKM binaan BRI ini sudah mengurus sejumlah legalitas seperti Surat Izin Usaha hingga la­bel halal. Tujuannya untuk memperluas pemasaran. “Jadi dapatsaran untuk mengurus adminstrasi itu, biar bisa kirim ke luar Kota Palangka Raya. Sudah selesai dan belum ditem­pel,” ungkap Sri. (ila/aza)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/