PALANGKA RAYA-Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan III-2021, Alhamdulillah berada pada level yang cukup baik. Ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan III-2021 melanjutkan tren pertumbuhan positif sebesar 3,57% (yoy), setelah pada triwulan II-2020 hingga triwulan I-2021 mengalami kontraksi yang cukup dalam.
“Hal ini menunjukkan bahwa, aktivitas ekonomi masyarakat mulai bangkit, seiring dengan melandainya kasus covid-19, sebagai dampak percepatan vaksinasi yang masif di Kalimantan Tengah dan adanya perbaikan harga komoditas global, yang mendorong kinerja ekspor daerah, dan dibarengi dengan perbaikan aktivitas investasi,”ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah, Rihando pada acara saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2021 di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Rabu (24/11).
Dikatakanya, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus melanjutkan tren positif, inflasi Kalimantan Tengah mulai menunjukan peningkatan, namun masih berada pada kisaran target inflasi nasional sebesar 3±1%. Inflasi Kalimantan Tengah pada bulan Oktober 2021 tercatat sebesar 3,06% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 1,66% (yoy), dan inflasi Pulau Kalimantan yang sebesar 2,13% (yoy).
“Tumbuhnya inflasi di Kalimantan Tengah menunjukan bahwa aktivitas perekonomian masyarakat mulai pulih dan upaya Pemerintah daerah dalam mengendalikan pandemi telah berjalan dengan baik,”ucapnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat fundamental ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Bank Indonesia melihat masih adanya potensi daerah yang dapat dikelola untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah yang kuat.
“Antara lain melalui peningkatan produktivitas dan kualitas komoditas ekspor, melalui hilirisasi. Pada umumnya, sebagian besar komoditas ekspor unggulan Kalteng merupakan komoditas bahan mentah yang dilakukan dengan teknologi sederhana atau tanpa proses pengolahan lebih lanjut,”ujarnya.
Menurutnya, hal ini menyebabkan kurangnya nilai tambah yang dihasilkan oleh komoditas ekspor tersebut, sehingga kurang optimal dalam memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, hilirisasi produk dapat secara bertahap didorong, yang tentunya dengan tetap mempertimbangkan berbagai faktor.
Selain itu, perlu kiranya dilakukan eksplorasi Komoditas lain yang memiliki potensi ekspor. Melihat besarnya ketergantungan ekspor kita terhadap batu bara dan kelapa sawit. Sudah saatnya kita mencoba mendorong potensi komoditas lain.
“Adapun komoditas yang menurut kami berpotensi antara lain komoditas sarang walet, komoditas Nipah yang tersebar luas di muara sungai/pesisir laut Kalimantan Tengah, Komoditas Ubi Porang dan udang vaname yang saat ini tengah menjadi komoditas primadona yang didukung oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan,”tambahnya.
“Optimalisasi pengolahan dan pemasaran terhadap komoditas tersebut diharapkan dapat dilakukan dari Kalimantan Tengah, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru, sekaligus dapat menambah kontribusi UMKM bagi ekonomi daerah,”pungkasnya. (bud)