Terkait upaya lain, pihak keluarga juga akan berusaha meminta bantuan ke Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
“Rencananya kami akan ke kantor bupati meminta bantuan dan solusi agar bisa memulangkan Iwan,” tutur Nurjanah.
Dari keterangannya, diketahui Iwan merupakan anak tertua dan belum berkeluarga. Iwan juga merupakan tulang punggung keluarga. Sebelum berangkat, Iwan sudah satu bulan tinggal di rumah. Sebelumnya Iwan pernah bekerja di sebuah perusahaan perkebunan sawit.
“Dia dulu ikut pamannya bekerja di PT Agro Bukit, tapi sudah berhenti,” terangnya. Lebih lanjut dikatakannya, berdasarkan komunikasi terakhir, Iwan meminta agar secepatnya dijemput pulang ke Indonesia.
Iwan mengaku takut orang-orang di Malaysia, khususnya di tempat kerjanya, terlebih dahulu mengetahui perihal kasus ini.
“Dia takut kalau orang tahu dia ada melapor, terus ponselnya disita dan dipindahkan ke tempat yang dia tidak bisa menghubungi kami lagi,” kata Nurjanah.
Dari cerita keponakannya itu, pihak keluarga mengetahui bahwa Yuda, teman anaknya yang berasal dari Sampit, yang semula tinggal di bengkel tersebut, sudah dipindahkan ke tempat lain.
“Temannya yang dari Sampit itu sudah dibawa orang, jadi mereka sekarang lost kontak,” kata Nurjanah.
Nurjanah mengungkapkan, dari penjelasan Iwan, semua keluarga dari teman-temannya yang berangkat
ke Malaysia, tak ada yang tahu soal keberadaan mereka. Untuk itu, kemungkinan besar pihak keluarga dari rekan-rekan keponakannya itu tidak mengetahui kalau anggota keluarga mereka sudah menjadi korban perdagangan manusia.
“Coba saja bapak datangin rumah teman Iwan yang dari Sampit, atau rumah temannya yang bernama Tarung, kata Iwan orang Palangka, tinggalnya di Jalan Cempaka, mereka pasti enggak tahu kalau anaknya ada di Malaysia,” katanya.
Nrjanah sendiri mengharapkan bantuan dari pihak-pihak terkait untuk bisa membantu memulangkan Iwan dan teman-temannya.
Ketika Kalteng Pos mendatangi Kantor Perwakilan Kementerian Hukum dam Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Kalteng untuk menanyakan prosedur yang bisa ditempuh korban perdagangan orang untuk dipulangkan, sayangnya pimpinan sedang tidak berada di tempat.
“Maaf mas, pimpinan sedang padat jadwal, begitu juga dengan para bawahannya, mungkin bisa nanti mas,” ucap salah satu pegawai.
Begitu pun saat Kalteng Pos mendatangi Kantor Imigrasi Palangka Raya. “Pimpinan tidak ada di tempat mas, begitu juga dengan yang lainnya,” ucap seorang pegawai.
Diberitakan sebelumnya, Iwan mengaku menjadi korban perdagangan orang. Sejak 12 November lalu ia menginjakkan kaki di Negeri Jiran, Malaysia. Iwan tak sendiri. Ada lima rekannya yang juga mengalami nasib yang sama.
Mereka adalah Yuda, Sandy, Tarung, Juna, dan Ari. Iwan, pemuda asal Desa Patai, Kecamatan Cempaga ini sekarang bersama Yuda. Satu kamar. Dipekerjakan pada salah satu bengkel mobil di Sarawak, Malaysia. (bah/sja/irj/ce/uni/ram)