SAMPIT – Masyarakat Kotawaringin Timur (Kotim) kini mulai merasakan perubahan cuaca yang tidak menentu seiring memasuki masa pancaroba atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Kondisi ini menandai fase transisi cuaca yang kerap disertai perubahan cepat dan cuaca ekstrim secara lokal.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kotim menjelaskan bahwa masa pancaroba ini ditandai dengan munculnya hujan lokal yang datang tiba-tiba serta angin kencang di beberapa wilayah.
“Fenomena ini terjadi karena adanya arus siklonik dan konvergensi massa udara di sekitar Kalimantan, yang mendukung terbentuknya awan hujan, terutama di bagian selatan Kotim,” ujar Prakirawan BMKG Kotim, Mita Hutauruk, Jumat (23/5).
Wilayah Teluk Sampit dan Pulau Hanaut tercatat sebagai daerah yang paling terdampak dengan hujan lokal akibat pola angin yang berubah-ubah, meski musim hujan secara resmi belum dimulai kembali.
Menurut Mita, awal musim kemarau di Kotim tidak terjadi secara serentak. Wilayah utara diperkirakan akan memasuki musim kemarau pada akhir Juni, sedangkan wilayah selatan baru akan menyusul pada awal Juli mendatang.
“Kita masih berada dalam masa transisi. Warga dihimbau untuk mewaspadai perubahan suhu, angin, dan potensi hujan mendadak. Meski intensitas hujan saat ini masih ringan hingga sedang, kewaspadaan tetap perlu dijaga,” tambahnya.
Hingga kini, BMKG belum mendeteksi adanya titik panas atau hotspot di wilayah Kotim, dan suhu harian masih dalam batas normal. Suhu siang hari rata-rata berkisar antara 32 hingga 34 derajat Celsius, tergolong normal selama tidak menyimpang lebih dari tiga derajat dari rata-rata.
Dengan kondisi ini, masyarakat Kotim disarankan untuk selalu memantau informasi cuaca terbaru dari BMKG dan tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang cepat selama masa pancaroba.(mif)