Sabtu, November 23, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Populasi Sapi di Kotim Belum Cukupi Kebutahan

SAMPIT–Kebutuhan daging sapi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), hingga saat ini masih dipasok dari luar daerah. Hal itu dilakukan, karena populasi sapi di daerah ini tidak mencukupi yang hanya sekitar 25 persen dari kebutahan, sebab kebutuhan sapi di Kabupaten Kotim sendiri setiap tahunnya mencapai 30 ribu ekor.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotim H.Ary Dewar mengatakan Kabupaten Kotim masih belum mampu mengembangkan sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di pasaran, Sehingga daerah ini masih ketergantungan sapi dari luar daerah yang membuat harga daging sapi relatif mahal bagi masyarakat.

“Kalau daerah ini dapat mengembangkan peternak sapi lokal, kita tidak akan bergantung lagi dengan sapi dari luar daerah. Tinggal berdayakan peternak yang ada di daerah ini saja, maka harga daging sapi di pasar akan lebih terjangkau bagi masyarakat,” kata Ary Dewar Senin (23/5).

Menurutnya selama ini pasokan sapi untuk Kabupaten Kotim di datangkan dari luar daerah yaitu dari Jawa, Sulawesi, Madura, Banjarmasin dan Kabupaten tetangga  Kotawaringin Barat (Kobar), karena jarak yang cukup jauh, tentunya biaya yang dikeluarkan lebih banyak untuk transportasinya, sehingga menyebabkan bertambah tingginya harga daging sapi di pasaran.

Baca Juga :  DPRD Gelar RDP, Bahas Perbaikan Jalan Rusak di Kotim

“Kami menyarankan, agar pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pemberdayaan untuk peternak lokal, kita ketahui didaerah ini masih banyak memiliki lahan kosong atau yang tidak ada kegiatan di atasnya, sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan peternakan seperti Kabupaten Kobar yang sudah berhasil mengembangkan penernakan sapi dengan populasi sudah diatas 25 ribu pertahunnya,” terang Ary Dewar.

Politisi Partai Hanura ini juga mendorong agar program integrasi antara sawit dan sapi di Kabupaten Kotim hendaknya diterapkan untuk menuju swasembada daging yang digaungkan sejak lama ini, dan kalau melihat dari indikator kelapa sawit di Kabupaten Kotim, maka sangat memungkinkan program itu terlaksana. Sayangnya, potensi terintegrasi ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. 

Baca Juga :  Gunakan Aplikasi Siskeudes Online

“Pemerintah harus mencanangkan bahwasanya Kabupaten Kotim menuju swasembada daging, dengan program integrasi dengan kelapa sawit di daerah ini, karena perkebunan sawit mempunyai potensi besar dalam penyediaan pakan murah dan mudah berupa pelepah daun, dahan kelapa sawit, limbah bungkil sawit dan solid yang dapat didayagunakan menjadi pakan ternak berkualitas,” ucap Ary Dewar

Dirinya juga mengatakan kalau melihat dari indikator kelapa sawit di Kabupaten Kotim ini, maka sangat memungkinkan program itu terlaksana. Karen integrasi pengelolaan perkebunan sawit dengan peternakan sapi dinilai bisa menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pasokan pakan berkualitas dan kebutuhan sapi setiap tahunnya.

“Selama ini sapi yang masuk ke daerah ini selalu didatangkan dari luar daerah,  seharusnya, peluang itu digarap secara serius saya meyakini Kabupaten ini bisa mandiri. Paling tidak dapat menutup kebutuhan daging lokal kita,” tutupnya.(bah)

SAMPIT–Kebutuhan daging sapi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), hingga saat ini masih dipasok dari luar daerah. Hal itu dilakukan, karena populasi sapi di daerah ini tidak mencukupi yang hanya sekitar 25 persen dari kebutahan, sebab kebutuhan sapi di Kabupaten Kotim sendiri setiap tahunnya mencapai 30 ribu ekor.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotim H.Ary Dewar mengatakan Kabupaten Kotim masih belum mampu mengembangkan sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di pasaran, Sehingga daerah ini masih ketergantungan sapi dari luar daerah yang membuat harga daging sapi relatif mahal bagi masyarakat.

“Kalau daerah ini dapat mengembangkan peternak sapi lokal, kita tidak akan bergantung lagi dengan sapi dari luar daerah. Tinggal berdayakan peternak yang ada di daerah ini saja, maka harga daging sapi di pasar akan lebih terjangkau bagi masyarakat,” kata Ary Dewar Senin (23/5).

Menurutnya selama ini pasokan sapi untuk Kabupaten Kotim di datangkan dari luar daerah yaitu dari Jawa, Sulawesi, Madura, Banjarmasin dan Kabupaten tetangga  Kotawaringin Barat (Kobar), karena jarak yang cukup jauh, tentunya biaya yang dikeluarkan lebih banyak untuk transportasinya, sehingga menyebabkan bertambah tingginya harga daging sapi di pasaran.

Baca Juga :  DPRD Gelar RDP, Bahas Perbaikan Jalan Rusak di Kotim

“Kami menyarankan, agar pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pemberdayaan untuk peternak lokal, kita ketahui didaerah ini masih banyak memiliki lahan kosong atau yang tidak ada kegiatan di atasnya, sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan peternakan seperti Kabupaten Kobar yang sudah berhasil mengembangkan penernakan sapi dengan populasi sudah diatas 25 ribu pertahunnya,” terang Ary Dewar.

Politisi Partai Hanura ini juga mendorong agar program integrasi antara sawit dan sapi di Kabupaten Kotim hendaknya diterapkan untuk menuju swasembada daging yang digaungkan sejak lama ini, dan kalau melihat dari indikator kelapa sawit di Kabupaten Kotim, maka sangat memungkinkan program itu terlaksana. Sayangnya, potensi terintegrasi ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. 

Baca Juga :  Gunakan Aplikasi Siskeudes Online

“Pemerintah harus mencanangkan bahwasanya Kabupaten Kotim menuju swasembada daging, dengan program integrasi dengan kelapa sawit di daerah ini, karena perkebunan sawit mempunyai potensi besar dalam penyediaan pakan murah dan mudah berupa pelepah daun, dahan kelapa sawit, limbah bungkil sawit dan solid yang dapat didayagunakan menjadi pakan ternak berkualitas,” ucap Ary Dewar

Dirinya juga mengatakan kalau melihat dari indikator kelapa sawit di Kabupaten Kotim ini, maka sangat memungkinkan program itu terlaksana. Karen integrasi pengelolaan perkebunan sawit dengan peternakan sapi dinilai bisa menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pasokan pakan berkualitas dan kebutuhan sapi setiap tahunnya.

“Selama ini sapi yang masuk ke daerah ini selalu didatangkan dari luar daerah,  seharusnya, peluang itu digarap secara serius saya meyakini Kabupaten ini bisa mandiri. Paling tidak dapat menutup kebutuhan daging lokal kita,” tutupnya.(bah)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/