PALANGKA RAYA–Istilah wisuda lebih identik dilakukan pada jenjang pendidikan sarjana ataupun pascasarjana. Namun saat ini, istilah wisuda banyak dipakai dan dilakukan oleh jenjang pendidikan yang kecil. Ya, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Namun tak jarang pelaksanaan kegiatan sebagai momen selebrasi kelulusan itu, justru mendapatkan protes dari orang tua. Sebab, sebagian besar anggaran pelaksanaan wisuda juga bebankan kepada para anak sekolah. Sehingga menuntut para orang tua mengeluarkan biaya lebih.
Hal demikian, menjadi perhatian Wakil Ketua I DPRD Kota Palangka Raya, Ruselita. Dia mengatakan bahwa biaya pelaksanaan kegiatan tersebut jangan sampai memberatkan orang tua murid. Srikandi Partai Perindo ini menilai, setiap orang tua murid memiliki perekonomian yang berbeda-beda.
“Selama ini yang sudah menjadi tradisi adalah wisuda untuk sarjana. Tapi kalau dari TK, SMA, SMK juga diberlakukan, saya rasa tidak terlalu penting. Apalagi bila akhirnya nanti dibebankan dengan biaya untuk pelaksanaannya, tentu sangat memberatkan orang tua murid,”ucapnya, Kamis (15/6).
Legislator yang membidangi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) di DPRD Kota Palangka Raya itu, memberikan solusi dalam hal tersebut. Yakni dikembalikan lagi kepada dinas terkait maupun pihak sekolah. Dia berpesan, persoalan wisuda di tingkat sekolah ini jangan sampai menjadi keadaan yang serba salah dalam dunia pendidikan.
Dirinya juga mengimbau, agar pihak sekolah dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan komite sekolah dan Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG).
“Tapi kita kembalikan lagi kepada dinas terkait seperti dinas pendidikan. Kalau memang itu dianggap perlu, ya silakan saja. Yang penting dalam pelaksanaannya tidak memberatkan orang tua murid,”tandasnya.(rin/hnd/kpg/uni)