Site icon KaltengPos

TN Sebangau dan BNF Evaluasi Penanganan Karhutla, Susun Strategi untuk 2024

MENGEVALUASI: BNF bersama Balai TNS bekerja sama untuk mengevaluasi penanganan karhutla 2023 dan menyusun strategi untuk tahun 2023, di Hotel Luwansa, Jumat (8/12/23). (FOTO : DHEA/ KALTENG POS )

PALANGKA RAYA – Musim kemarau di Kalimantan Tengah sering disertai risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Taman Nasional Sebangau (TNS). Untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, khususnya di kawasan TNS, perlu dilakukan optimalisasi berbasis masyarakat dan informasi.

Dalam upaya tersebut, Borneo Nature Foundation (BNF) bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Sebangau untuk mengevaluasi kinerja kelompok masyarakat peduli api (MPA) terkait penanganan kebakaran hutan. Evaluasi ini bertujuan untuk menyusun strategi yang lebih baik pada tahun 2024 mendatang.

Kepala Program Taman Nasional Sebangau, Ady Maruli, menyatakan evaluasi ini mencakup aspek teknis dan non-teknis terkait penanganan kebakaran hutan. Ady Maruli mengungkapkan pentingnya menyusun strategi untuk mengantisipasi risiko kebakaran hutan di masa mendatang. “Harapannya dengan adanya evaluasi ini di tahun mendatang kita memiliki capaian yang lebih baik lagi terkait karhutla,” katanya, dalam pertemuan di Hotel Luwansa, Jumat (8/12/23).

Sementara itu, Kaur Perlindungan dan Pengamanan kawasan TNS, Androw Mikho Sion, menekankan bahwa evaluasi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tahunan. Tujuannya adalah untuk memastikan koordinasi yang baik antara pelaksanaan kegiatan dan perencanaan. “Ini salah satu output yang memang kita harapkan bersama. Bagaimana nanti di tahun 2024 lebih solid lagi dalam melakukan penanggulangan kebakaran,” ungkapnya.

Dalam pertemuan tersebut, Androw juga mengumumkan rencana penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di TNS. “Ini mulai dari pencegahan dan penanggulangan karhutla, sistem koordinasi, alur kerja, monitoring, hingga pelaksanaannya seperti apa,” kata Androw. Hal ini bertujuan agar MPA dan Tim Satgas Anti Karhutla (TSAK) memiliki pemahaman yang jelas tentang rencana dan pelaksanaan kegiatan.

Sementara itu, Koordinator IFM Integrate Fire Management, Astria Yayanty, menambahkan bahwa kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar terkait bahaya kebakaran hutan. “Pemahaman kepada masyarakat itu penting, karena mereka yang bersinggungan langsung di lingkungan itu. Jika mereka tidak paham ataupun tidak menyadari akan bahaya karhutla maka akan sulit,” pungkasnya.(*zia/uni)

Exit mobile version