Rabu, Juli 16, 2025
29.9 C
Palangkaraya

Sikap PGI Kalteng Sangat Jelas, Tolak Hubungan Sedarah dan Ideologi Menyimpang 

PALANGKA RAYA – Fenomena inses atau hubungan sedarah merupakan hal baru nan tabu di Indonesia.

Beberapa waktu lalu, jagat media sosial dihebohkan dengan beberapa postingan berupa tangkapan layar yang berisikan isi pesan. Isi pesan itu seperti menggiring opini publik untuk bebas berimajinasi.

Hal menyimpang tersebut memang tak dapat diterima di seluruh daerah. Terkhusus di Kota Palangka Raya.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Kalteng, Pdt. Ayang Setiawan Tundan melalui Sekretaris Umum PGIW Kalteng, St. Dr. Parluhutan Dodo. B., MP berpandangan bahwa inses merupakan penyakit masyarakat. Karena masuk ke kategori penyakit masyarakat, hal ini menjadi fokus pelayanan di gereja.

 

Ia menjelaskan di Alkitab, hubungan sedarah termasuk kepada dosa yang sangat dimurkai oleh Tuhan.

Tertulis di Alkitab pada kejadian 19 tentang Sodom dan Gomora, yang dimana masyarakat dari Kota Sodom dan Gomora telah senang kepada sesame jenis bahkan keluarga sendiri.

Baca Juga :  13 Kelurahan di Palangka Raya Kebanjiran, Warga Diminta Siaga

“Akhirnya, Tuhan menurunkan hukuman berupa api, yang menghancurkan kota itu, dan seluruh penduduknya habis,” katanya saat ditemui di Sekretariat PGI Kalteng, Selasa (15/7/2025).

Ia sangat menolak aksi tersebut terjadi di Bumi Tambun Bungai. Maka sudah semestinya pihak gereja berperan untuk mencegah penyakit tersebut.

Ketua III PGIW Kalteng, Pdt. Jevta Ay, STh menyebutkan bahwa pihak gereja telah secara khusus mengajarkan kepada anak-anak, remaja, hingga pemuda menekankan tentang hubungan dalam pernikahan harus dijaga dengan sungguh-sungguh sesuai dengan perintah daripada Tuhan.

“Secara khusus dalam pernikahan, kami mempunyai konseling pra nikah, di dalam konseling pra nikah biasanya ada yang tiga bulan sebelum masuk pernikahan itu dibina,” terangnya.

Di setiap pengajaran tentu memiliki tingkatan-tingkatan tertentu, lanjutnya. Saat dibedah, di setiap tingkatan pasti diajarkan firman yang berkaitan dengan hubungan khususnya seksualitas.

Baca Juga :  Cegah Paham Radikalisme dan Intoleransi

“Setiap pertemuan-pertemuan dengan jemaat, kami sangat intens membicarakan hal tersebut, dengan harapan pergaulan anak muda bisa lebih terarah,” bebernya.

Mereka berpesan agar setiap pendeta dan majelis gereja melakukan tugas pelayanannya dengan baik agar dapat menyentuh seluruh lapisan jemaat.

Kemudian pengajaran-pengajaran tentang inses dan lainnya bisa lebih dipertegas sesuai dengan firman Tuhan.

“Di sisi lain, umat gereja supaya tidak melakukan hal demikian, tidak mudah terprovokasi atau bahkan terbujuk rayu karena tindakan tersebut sangat jelas tidak sesuai dengan firman Tuhan,” jelasnya .

Selain itu, mereka juga mengingatkan agar masyarakat selalu waspada terhadap berbagai bentuk paham menyimpang yang dapat merusak moral dan ideologi bangsa, seperti radikalisme, terorisme, dan intoleransi. (ham/b/ram)

PALANGKA RAYA – Fenomena inses atau hubungan sedarah merupakan hal baru nan tabu di Indonesia.

Beberapa waktu lalu, jagat media sosial dihebohkan dengan beberapa postingan berupa tangkapan layar yang berisikan isi pesan. Isi pesan itu seperti menggiring opini publik untuk bebas berimajinasi.

Hal menyimpang tersebut memang tak dapat diterima di seluruh daerah. Terkhusus di Kota Palangka Raya.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Kalteng, Pdt. Ayang Setiawan Tundan melalui Sekretaris Umum PGIW Kalteng, St. Dr. Parluhutan Dodo. B., MP berpandangan bahwa inses merupakan penyakit masyarakat. Karena masuk ke kategori penyakit masyarakat, hal ini menjadi fokus pelayanan di gereja.

 

Ia menjelaskan di Alkitab, hubungan sedarah termasuk kepada dosa yang sangat dimurkai oleh Tuhan.

Tertulis di Alkitab pada kejadian 19 tentang Sodom dan Gomora, yang dimana masyarakat dari Kota Sodom dan Gomora telah senang kepada sesame jenis bahkan keluarga sendiri.

Baca Juga :  13 Kelurahan di Palangka Raya Kebanjiran, Warga Diminta Siaga

“Akhirnya, Tuhan menurunkan hukuman berupa api, yang menghancurkan kota itu, dan seluruh penduduknya habis,” katanya saat ditemui di Sekretariat PGI Kalteng, Selasa (15/7/2025).

Ia sangat menolak aksi tersebut terjadi di Bumi Tambun Bungai. Maka sudah semestinya pihak gereja berperan untuk mencegah penyakit tersebut.

Ketua III PGIW Kalteng, Pdt. Jevta Ay, STh menyebutkan bahwa pihak gereja telah secara khusus mengajarkan kepada anak-anak, remaja, hingga pemuda menekankan tentang hubungan dalam pernikahan harus dijaga dengan sungguh-sungguh sesuai dengan perintah daripada Tuhan.

“Secara khusus dalam pernikahan, kami mempunyai konseling pra nikah, di dalam konseling pra nikah biasanya ada yang tiga bulan sebelum masuk pernikahan itu dibina,” terangnya.

Di setiap pengajaran tentu memiliki tingkatan-tingkatan tertentu, lanjutnya. Saat dibedah, di setiap tingkatan pasti diajarkan firman yang berkaitan dengan hubungan khususnya seksualitas.

Baca Juga :  Cegah Paham Radikalisme dan Intoleransi

“Setiap pertemuan-pertemuan dengan jemaat, kami sangat intens membicarakan hal tersebut, dengan harapan pergaulan anak muda bisa lebih terarah,” bebernya.

Mereka berpesan agar setiap pendeta dan majelis gereja melakukan tugas pelayanannya dengan baik agar dapat menyentuh seluruh lapisan jemaat.

Kemudian pengajaran-pengajaran tentang inses dan lainnya bisa lebih dipertegas sesuai dengan firman Tuhan.

“Di sisi lain, umat gereja supaya tidak melakukan hal demikian, tidak mudah terprovokasi atau bahkan terbujuk rayu karena tindakan tersebut sangat jelas tidak sesuai dengan firman Tuhan,” jelasnya .

Selain itu, mereka juga mengingatkan agar masyarakat selalu waspada terhadap berbagai bentuk paham menyimpang yang dapat merusak moral dan ideologi bangsa, seperti radikalisme, terorisme, dan intoleransi. (ham/b/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/