PALANGKA RAYA – Kemeriahan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kalimantan Tengah ke 67 terus berlanjut. Serangkaian kegiatan yang terdapat di dalam FBIM ini salah satunya adalah ajang pencarian Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata. Dalam seleksinya, peserta Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata dari masing-masing kabupaten/kota se-Kalteng diharuskan untuk menunjukkan bakatnya.
Hal ini tentunya menjadi salah satu penilaian yang nantinya akan menentukan siapa yang akan terpilih menjadi Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata tahun 2024. Ajang unjuk bakat ini berlangsung di Swissbell Hotel Danum, Selasa (21/5). Sorak penonton memenuhi aula tersebut, menyoraki seluruh peserta Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata yang tengah menunjukkan bakatnya dengan berbagai penampilan.
Disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata(Disbudpar) Kalteng, Rusita Murniasi sekaligus juga koordinator lomba Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata pada ajang unjuk bakat ini bertujuan untuk agar para putra putri daerah peserta Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata dapat menampilkan bakatnya masing-masing. “Mereka berkesempatan untuk menunjukkan bakat dan kelebihan mereka disini, jadi nanti tim juri akan menilai hasil penampilan mereka,” ujarnya.
Dirinya berharap putra putri Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata ini dapat mempromosikan budaya yang ada di Kalteng ini sendiri. “Sehingga budaya kita Kalimantan Tengah ini dapat lebih kenal oleh banyak bahkan hingga ke Mancanegara,” tambahnya.
Kalteng Pos juga berkesempatan untuk berbincang bersama peserta Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata asal dari Kabupaten Sukamara, Vadhio Nautsa Pradiyan dan Fibri Nur Lathifah. Mereka merupakan Ujang dan Galuh Pariwisata Kabupaten Sukamara yang juga menjadi perwakilan dari daerah untuk mengikuti ajang Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata ini.
“Perasaanya sangat luar biasa sekali, di mana saya tahu sendiri perjuangan kami untuk mengikuti kegiatan Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata ini cukup panjang, selain mengikuti seleksi di tingkat kabupaten kami juga melakukan beberapa persiapan hingga berbulan-bulan hingga bisa di titik ini,” ujar Vadhio.
Yang mana menurutnya untuk penampilan baju adat yang digunakan, presentasi untuk baju adat yang menggunakan bahasa daerah juga menjadi salah tantangan yang cukup berat. Namun lanjutnya, hasil kerja keras yang telah mereka lalui akhirnya memberikan hasil yang terbaik dan menampilkan hal yang maksimal untuk kabupaten asalnya.
Ditambahkan juga oleh Fibri jika dirinya sangat senang dan bersyukur melihat antusias penonton. “Antusias dari para penonton terhadap penampilan kami itu sangat luar biasa walaupun mungkin banyak yang enggak tahu bahasa adat Sukamara, tapi Masya Allah sekali dukungan mereka untuk penampilan kami tadi, ini tentunya sangat bagus dan itu juga yang membuat kami semakin semangat,” katanya.
Pada kesempatan tersebut keduanya menampilkan sebuah tarian yang merupakan salah satu cerita atau sejarah dari wisata alam yang ada di Kabupaten Sukamara, yaitu Bukit Jalungga. “Jadi ceritanya ada sejarahnya mengenai kutukan dalam bukit itu, sepasang suami istri dia saling mencintai tapi tidak direstui dengan orang tuanya sehingga mereka hidup jauh-jauh dan akhirnya di kutuk. Sang istrinya menjadi Putri Lais dan suaminya menjadi Bukit Jalungga,” cerita Fibri.
Kemudian di tambahkan juga oleh Vadhio alasan mereka memilih untuk menampilkan tarian tersebut. “Sebetulnya ini menjadi suatu experience dari Kabupaten Sukamara. Di mana setiap tahunnya Kabupaten Sukamara terkenal akan budaya Melayu dan biasanya mereka menampilkan tari pesisir.
Namun kami di sini ingin menunjukkan bahwa Sukamara tidak hanya memiliki suku Melayu tapi kami juga memiliki suku Dayak yang berada di wilayah kecamatan Baleriau di mana di situ ada salah satu wisata juga yaitu Bukit Jalungga dan memiliki salah satu cerita legendaris yang sudah tertulis di buku di dalam perpustakaan. Maka dari itu kami berani untuk mengangkatnya serta memberikan hal yang berbeda pada ajang pemilihan Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata tahun 2024 dengan mengangkat tarian pedalaman, yaitu Bukit Jalungga dan Putri Lais,” jelasnya.
Pada ajang pemilihan Jagau dan Bawi Nyai Pariwisata ini, Fibri menjadi satu-satunya peserta yang menggunakan hijab. Saat menampikan tariannya pada unjuk bakat, dirinya tampil memukau dengan hijab berwarna merah. Gadis berusia 23 tahun itu mengaku menggunakan hijab bukan berarti menjadi alasannya untuk tidak semangat dan optimis pada perlombaan ini. Karena ini merupakan ajang di mana dirinya bisa menunjukkan kecintaannya terhadap budaya dan pariwisata yang ada di Kalimantan Tengah.
“Saya tidak merasa masalah karena saya menggunakan hijab sendiri, apalagi ini dibuka untuk umum jadikan siapa saja boleh mengikuti yang penting kita dapat menjadi contoh serta menjadi role model bagi masyarakat khususnya anak muda yang ada di Kalimantan Tengah untuk dapat lebih mencintai pariwisata dan budaya kita Kalimantan Tentah,” tuturnya. Sehingga dengan begitu dapat mempromosikan budaya dan pariwisata yang ada di Kalimantan Tengah ke kancah internasional.
Vadhio juga menambahkan sekalipun mereka berasal dari daerah yang cukup jauh dari ibu kota mereka akan tetap andil untuk mempromosikan pariwisata yang ada di Kalteng. “Walaupun kami jauh, kami juga bisa bersinergi untuk meningkatkan sektor kebudayaan dan sektor pariwisata di wilayah Kalimantan Tengah ini,” pungkasnya.(zia)