Asro Laelani Indrayanti, telah membuktikan bahwa keberhasilan bisa diraih dengan niat mulia. Lewat usaha oleh-oleh khas bernama Bahalap Oleh-oleh, Asro tidak hanya membangun bisnis, tetapi juga memberdayakan perempuan tangguh, termasuk janda dan ibu yang menjadi tulang punggung keluarga.
NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya
SEMUA berawal dari langkah sederhana. Pada 2013, Asro Laelani Indrayanti seorang dosen di Universitas PGRI Palangka Raya (UPPR), mendampingi mahasiswanya membuat keripik kelakai.
Siapa sangka, inisiatif kecil itu kini telah berkembang menjadi bisnis oleh-oleh khas daerah bernama Bahalap Oleh-Oleh. Lebih dari sekadar usaha, Bahalap menjadi wadah bagi perempuan tangguh untuk merajut asa dan memperjuangkan masa depan.
Berlokasi di Jalan Manjuhan Nomor 20, toko ini menawarkan aneka produk lokal yang menggugah selera. Mulai dari amplang pipih, keripik bilis, hingga keripik saluang yang diproduksi langsung di tempat. T
ak hanya itu, Asro juga membuka ruang bagi produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lainnya, seperti abon, emping, madu, stik kelakai, akar pinang patin, hingga sale pisang, untuk meramaikan etalase toko.
“Puluhan produk tersedia di toko saya, semuanya hasil karya lokal,” ujar Asro dengan bangga, Jumat (3/1).
Perjalanan Asro membangun Bahalap Oleh-Oleh dimulai dari sebuah kesempatan yang datang tanpa diduga.
Kala itu, ia mendampingi mahasiswanya yang mendapat hibah dari DIKTI untuk memproduksi keripik kelakai. Program tersebut bahkan diliput oleh GlobalTV dan disiarkan secara nasional.
“Karena rumah mahasiswa saya sedang direnovasi, akhirnya syuting dilakukan di rumah saya. Setelah tayangan itu, banyak orang yang tertarik dan ingin membeli produknya. Dari situ, saya mulai memasarkan produk mahasiswa dan berkembang hingga menjual produk lainnya,” kenangnya.
Namun, roda bisnis tidak selalu berjalan mulus. Ketika para mahasiswa mulai berhenti memproduksi, Asro memutuskan untuk melanjutkan upaya tersebut dengan tangannya sendiri.
Ia mulai menanamkan niat dan tekad untuk jadi pengusaha oleh-oleh khas daerah. Ia mulai memproduksi olahan makanan khas dan membuka kesempatan bagi para perempuan tangguh untuk menitipkan hasil karya mereka.
Asro mengadopsi sistem pembayaran tunai sebagai bentuk dukungan kepada para produsen lokal.
“Saya yakin semuanya laris dan membawa rezeki. Harapannya, produksi mereka tetap berjalan dan rezeki mereka lancar. Semakin banyak produk yang bisa saya pasarkan, semakin banyak perempuan tangguh yang bisa saya bantu,” katanya penuh optimisme.
Meski begitu, perjalanan Bahalap Oleh-Oleh tak lepas dari tantangan. Pandemi Covid-19 sempat menjadi badai yang menguji ketangguhan bisnis ini.
Saat produk-produk sulit terjual, Asro mengambil langkah mulia dengan mendonasikan stok yang ada kepada tenaga kesehatan yang berjibaku di garda terdepan.
“Daripada menumpuk, lebih baik diberikan kepada mereka yang membutuhkan,” tuturnya.
Namun, ketika hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, dan tahun baru tiba, omset Bahalap Oleh-Oleh bisa melesat hingga lima kali lipat. Produk yang dibanderol mulai dari Rp10 ribu ini menjadi favorit masyarakat untuk dijadikan buah tangan.
Tak hanya menjangkau pasar lokal, Bahalap Oleh-Oleh juga merambah dunia digital. Produk-produk unggulan Asro kini tersedia di berbagai platform e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. Bahkan, produk ini juga menghiasi rak-rak di Hypermart, Bonship, dan Dekranasda.
Dengan segala pencapaiannya, Asro berharap Bahalap Oleh-Oleh bisa terus berkembang dan membawa dampak positif yang lebih luas. Baginya, bisnis ini bukan sekadar soal keuntungan, tetapi juga misi sosial yang menyentuh hati.
“Saya ingin lebih banyak produk lokal yang dipasarkan dan semakin banyak perempuan tangguh yang terbantu. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga soal membantu mereka yang membutuhkan,” tutupnya dengan senyum penuh harapan.(*)