Senin, Juli 8, 2024
29.7 C
Palangkaraya

Dibangun Saudagar Asal Kotim saat Berdagang ke Lamandau Tahun 1926

Terletak di pinggiran sungai, tepatnya di Jalan Cempaka, RT 04, Kelurahan Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau, sebuah masjid berdiri kokoh di tengah permukiman padat penduduk. Masjid ini merupakan salah satu saksi bisu sejarah peradaban Islam di kabupaten berjuluk Bumi Bahaun Bakuba ini.

Oleh: Ruslan, Nanga Bulik

TAK banyak yang tahu jika Masjid Miftahul Jannah, ini merupakan salah satu masjid tertua di Lamandau. Letak geografisnya yang berada di pinggiran sungai Kota Nanga Bulik menjadikan masjid Miftahul Jannah mudah diakses karena sungai merupakan jalur perdagangan strategis saat itu.

Masjid ini dibangun secara pribadi oleh saudagar (julukan orang berada) bernama saudagar Ahmad, sekitar tahun 1926. Hal tersebut tertulis pada tiang bendera yang bertuliskan bahasa arab pada bagian depan masjid.

Baca Juga :  Pemko Berencana Bangun Tugu Adipura, Ini Kandidat Lokasinya

Awalnya pembangunannya masjid ini hanya berupa bangunan rumah panggung menyerupai pendopo persegi empat tanpa dilengkapi dinding dan hanya diberikan pagar kayu disekelilingnya.

Saudagar Ahmad sendiri merupakan waga Kotawaringin, yang saat ini menjadi Kecamatan Kotawaringin Lama, bagian dari Kabupaten Kotawaringin Barat. Sementara itu Kabupaten Lamandau saat ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat.

Pembangunan masjid ini sejatinya berada di lingkungan penduduk lokal yang mayoritasnya adalah suku dayak asli Lamandau. Namun untuk di wilayah pinggiran Sungai Lamandau, saat itu memang terdapat warga campuran, yang merupakan pendatang untuk keperluan berdagang, diantaranya dari Banjar (Kalsel), termasuk dari bangsa keturunan Tionghoa/Cina.

Menariknya saat di bangun,  keberadaan masjid ini diterima dengan baik oleh penduduk sekitar. Status bangsawan atau saudagar yang melekat pada Saudagar Ahmad, membuat ia dihormati penduduk sekitar, hal inilah yang kemudian diduga menjadi alasan kuat diperbolehkannya membangun masjid di sekitar pinggiran Sungai Lamandau saat itu.

Baca Juga :  Siapkan Empat Wakil Rektor, Ingin Wujudkan Fakultas Kedokteran

Terletak di pinggiran sungai, tepatnya di Jalan Cempaka, RT 04, Kelurahan Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau, sebuah masjid berdiri kokoh di tengah permukiman padat penduduk. Masjid ini merupakan salah satu saksi bisu sejarah peradaban Islam di kabupaten berjuluk Bumi Bahaun Bakuba ini.

Oleh: Ruslan, Nanga Bulik

TAK banyak yang tahu jika Masjid Miftahul Jannah, ini merupakan salah satu masjid tertua di Lamandau. Letak geografisnya yang berada di pinggiran sungai Kota Nanga Bulik menjadikan masjid Miftahul Jannah mudah diakses karena sungai merupakan jalur perdagangan strategis saat itu.

Masjid ini dibangun secara pribadi oleh saudagar (julukan orang berada) bernama saudagar Ahmad, sekitar tahun 1926. Hal tersebut tertulis pada tiang bendera yang bertuliskan bahasa arab pada bagian depan masjid.

Baca Juga :  Pemko Berencana Bangun Tugu Adipura, Ini Kandidat Lokasinya

Awalnya pembangunannya masjid ini hanya berupa bangunan rumah panggung menyerupai pendopo persegi empat tanpa dilengkapi dinding dan hanya diberikan pagar kayu disekelilingnya.

Saudagar Ahmad sendiri merupakan waga Kotawaringin, yang saat ini menjadi Kecamatan Kotawaringin Lama, bagian dari Kabupaten Kotawaringin Barat. Sementara itu Kabupaten Lamandau saat ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat.

Pembangunan masjid ini sejatinya berada di lingkungan penduduk lokal yang mayoritasnya adalah suku dayak asli Lamandau. Namun untuk di wilayah pinggiran Sungai Lamandau, saat itu memang terdapat warga campuran, yang merupakan pendatang untuk keperluan berdagang, diantaranya dari Banjar (Kalsel), termasuk dari bangsa keturunan Tionghoa/Cina.

Menariknya saat di bangun,  keberadaan masjid ini diterima dengan baik oleh penduduk sekitar. Status bangsawan atau saudagar yang melekat pada Saudagar Ahmad, membuat ia dihormati penduduk sekitar, hal inilah yang kemudian diduga menjadi alasan kuat diperbolehkannya membangun masjid di sekitar pinggiran Sungai Lamandau saat itu.

Baca Juga :  Siapkan Empat Wakil Rektor, Ingin Wujudkan Fakultas Kedokteran

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/