Nama Kurnia Sari SPd cukup familiar di dunia pendidikan. Selain dikenal sebagai pendongeng, perempuan 27 tahun tersebut juga aktif sebagai guru di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. Segudang prestasi telah ditorehkannya. Terbaru meraih penghargaan sebagai guru TK inspiratif dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
AKHMAD DHANI, Palangka Raya
GURU muda yang penuh karya. Ungkapan yang tepat menggambarkan sosok Kurnia Sari. Perempuan kelahiran 21 Februari 1995 tersebut menjadi peserta terbaik nasional yang menghadirkan alat peraga belajar inovatif pendukung kegiatan belajar anak didik. Membawa nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran lewat alat peraga tersebut, Kurnia Sari sukses meraih penghargaan sebagai guru TK inspiratif dari Kemendikbud Ristek.
Sabtu pagi (3/12), Kalteng Pos menyambangi tempat pengabdian Kurnia Sari di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. TK tersebut berdiri di wilayah Kelurahan Tumbang Rungan, Kecamatan Pahandut. Ketika saya (penulis, red) sampai, Kurnia Sari dan anak didiknya sedang menyanyikan lagu Profil Pelajar Pancasila, sembari bertepuk tangan. Kemudian pembelajaran pun dimulai. Dengan boneka dan alat peraga, Kurnia Sari mulai mengajar. Anak-anak antusias memperhatikan penjelasan. Tangan kanan Kurnia lincah menggerakkan mulut boneka bernama Cika, yang menjadi medianya menjelaskan pelajaran kepada anak-anak dari alat peraga pembelajaran. Alat peraga belajar tersebut dinamai Dermaga Pintar.
Peserta didik serius memperhatikan penjelasan dari boneka Cika untuk memainkan alat peraga belajar tersebut. Pada alat peraga itu terdapat angka-angka dan huruf-huruf yang harus disusun sesuai letaknya, disajikan dengan bentuk-bentuk unik dan tak biasa.
Salah seorang murid bernama Irham, tampak begitu antusias menyaksikan gurunya menjelaskan angka-angka dan huruf-huruf yang terdapat dalam alat peraga lewat boneka Cika. Sambil mendengar penjelasan Cika, anak didik TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan kelompok B memperhatikan alat peraga pembelajaran Dermaga Pintar. Berbentuk kelotok besar yang di bagian luarnya terdapat hiasan batik motif kelakai khas Dayak. Di dalam kelotok itu terdapat berbagai alat peraga pembelajaran yang menarik. Terdapat empat pola pembelajaran lewat permainan yang disajikan itu. Yakni menempel huruf sesuai tempat peletakannya, mengurutkan pola abjad lewat stik es krim, menyusun bentuk geometri sesuai lubang-lubang penempatan, menyusun warna berurutan pada miniatur jembatan pelabuhan, serta memancing ikan dan meletakkannya dalam ember sesuai nomor yang tertera.
Alat peraga pendidikan itu begitu menarik perhatian Irham dan kawan-kawannya. Seakan tak kuasa menahan untuk segera memainkan.
“Anak-anak, di Dermaga Pintar kalian bisa menyusun angka sesuai urutan dan menyusun huruf yang acak itu sesuai dengan tulisan ini,” ujar boneka Cika sambil menunjukkan kertas berukuran A3 bertuliskan Dermaga Pintar. Suara Cika merupakan suara Kurnia Sari dalam versi cempreng. Wanita yang sudah mengajar di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan sejak 2019 itu begitu piawai memainkan bunyi kerongkongan hingga menciptakan suara khas anak-anak. Maklum, wanita asal Banjarmasin itu sudah malang melintang di dunia storytelling sejak kuliah. Urusan bercerita dan dongeng-mendongeng lewat boneka sudah mendarah daging baginya.
===========================
PRESTASI DAN PENGHARGAAN
- Peserta Terbaik Kategori Guru TK Inspiratif dari Kemendikbudristek (2022)
- Guru Champion Program Organisasi Penggerak (2021)
- Finalis Rumah Duta Belajar, Jakarta (2020)
- Lomba Mendongeng TK/RA se-Banjarmasin, Himpaudi PIAUD UIN (2018)
- Juara 1 Lomba Mendongeng Hardiknas “IMPS PG-PSD Unlam” Banjarmasin di Banjarbaru (2017)
- Juara 1 Lomba Mendongeng Balai Bahasa se-Kalsel (2017)
- Peserta Kemah Dongeng Nasional se-Indonesia di Malang (2016)
- Juara 1 Lomba Mendongeng se-Kalsel PGRA IAIN (2016)
- Harapan 1 Lomba Bercerita Kartini, Banjarbaru (2016)
- Harapan 3 Lomba Mendongeng se-Kalsel Pustarda, Banjarbaru (2016)
- Juara 3 Lomba Bercerita dengan Alat Peraga IGABA, Banjarmasin (2014)
=======================================
Usai boneka Cika menjelaskan teknis permainan, Irham dan kawan-kawan refleks menyambar satu dua huruf yang terpisah untuk segera disusun. Selain Irham, ada Azka, Nisa, Nasir, dan Azam yang lincah bermain alat peraga pembelajaran tersebut. Tangan keempat anak itu cekatan menyusun huruf demi huruf, angka demi angka, dan mencocokkan beberapa bangun geometri sesuai lubang penempatannya.
Irham dan empat kawannya begitu bersemangat memainkan alat peraga belajar Dermaga Pintar itu. Satu per satu huruf tersusun. Dua hingga tiga angka sudah diletakkan sesuai tempatnya. Bangun ruang sudah diletakkan sesuai lubang penempatannya. Stik berwarna pun sudah disusun sesuai urutan. Tak kesulitan sedikit pun bagi kelima anak itu. Padahal yang mereka lakukan itu adalah proses belajar.
Sambil memainkan alat peraga, menyusun potongan demi potongan sesuai letaknya, Irham dan kawan-kawan menyimak cerita dari boneka Cika mengenai pelabuhan Tumbang Rungan dan penjelasan singkat mengenai permainan yang mereka lakukan. Sesekali, boneka Cika melemparkan pertanyaan lucu kepada mereka, beberapa kali dibalas dengan tertawa kecil. Boneka Cika sudah menjadi teman belajar yang mengasyikkan bagi anak-anak itu.
Melalui alat peraga belajar Dermaga Pintar, kemampuan literasi dan numerasi anak didik dapat terbangun dengan mudah lewat pembelajaran yang mengasyikkan. Model pembelajaran yang disajikan dengan bercerita melalui boneka, menyampaikan pesan pembelajaran kepada anak-anak dengan cara menyenangkan dan tidak terkesan menggurui.
“Pola pembelajaran ini juga memperhitungkan kecenderungan anak didik akan suatu cara belajar. Misal, ada anak didik yang cenderung membutuhkan medium belajar secara visual atau medium belajar kinestetik, maka pola-pola kecenderungan belajar itu terakomodasi oleh alat peraga belajar Dermaga Pintar,” beber Kurnia sembari menyebut alat peraga itu berhasil mengantarkannya menjadi peserta lomba terbaik kategori guru TK inspiratif dalam rangka Hari Guru Nasional tahun 2022.
“Dermaga Pintar ini adalah alat peraga belajar yang dapat membentuk kemampuan literasi dan numerasi anak-anak, yang disampaikan dengan cara bercerita sehingga dapat menambah kesenangan anak-anak untuk belajar, kami juga belajar dengan bercerita dan mendongeng lewat boneka Cika, karena dengan dongeng dapat menerapkan karakter tanpa menggurui,” ujar wanita lulusan program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini ((PG) PAUD) Universitas Lambung Mangkurat saat ditemui Kalteng Pos di sekolah tempatnya mengajar, Sabtu (3/12).
Alat peraga pembelajaran tersebut mengangkat nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat, sehingga pembelajaran lewat media belajar tersebut terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari anak-anak TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. Kurnia telah membuat media belajar tersebut sejak mengikuti lomba guru berprestasi beberapa waktu lalu. Yang menginspirasinya untuk membuat alat peraga itu adalah latar belakang kehidupan sosial masyarakat di Kelurahan Tumbang Rungan.
Profesi sebagian besar masyarakat setempat yang merupakan nelayan, perahu yang senantiasa menjadi kendaraan pencari nafkah, dan pelabuhan yang sehari-hari menjadi tumpuan ekonomi mayoritas masyarakat merupakan nilai-nilai yang ia masukkan dalam alat peraga itu.
“Anak-anak akan lebih paham mendengarkan penjelasan mengenai suatu pelajaran ketika alat peraga yang kita buat itu tak jauh dari kehidupan mereka,” tuturnya.
“Makanya di dalam alat peraga itu saya masukkan miniatur pelabuhan, pemancingan ikan, intinya gambaran skema kehidupan masyarakat di sini yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan. Ketika memberikan penjelasan kepada anak-anak, saya memakai penjelasan yang dekat dengan kehidupan mereka, sehingga mereka bisa lebih cepat menangkap apa yang disampaikan,” jelas wanita yang juga berprofesi sebagai pendongeng itu.
“Permainan dermaga itu namanya mengenal literasi dan numerasi. Literasi tadi mendengarkan cerita dan menempelkan huruf, numerasinya itu mereka mengenal angka dan geometri,” tambahnya.
Tak hanya pola pembelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, tapi sistem belajar juga mengakomodasi kebutuhan anak yang berbeda-beda sesuai penerapan Kurikulum Merdeka. Penerapan permainan Dermaga Pintar pun tak hanya berwujud fisik, tapi juga digital yang termuat dalam aplikasi di laptop.
“Kalau di permainan Dermaga Pintar yang berwujud fisik lebih banyak diminati oleh anak-anak yang punya kecenderungan belajar kinestetik, artinya kalau belajar dengan cara itu mereka lebih cepat paham, tapi namanya Kurikulum Merdeka kan kita harus memenuhi seluruh kebutuhan anak. Ada yang memiliki gaya visual seperti Nisa sama Nasir, mereka senang bermain digital karena lebih visual, mereka lebih cepat paham dari situ, makanya saya buat mereka Dermaga Pintar versi digital, diakses lewat laptop,” tutur wanita yang diangkat jadi PNS sejak 2019 itu.
Karya itu telah mengantarkannya menjadi guru berprestasi tingkat nasional. Lewat karyanya, anak-anak didik dapat lebih cepat mengenali huruf dan angka serta pola-pola bahasa dan matematika dasar. Anak-anak sangat membutuhkan sosok guru yang kreatif dan inovatif seperti Kurnia Sari. Apalagi mengajar untuk anak usia dini bukanlah perkara mudah. Perlu kesabaran dan kreativitas agar mampu menghasilkan terobosan-terobosan yang dapat menunjang pemahaman belajar anak. Usia dini merupakan usia emas. Ketika anak-anak diberi pembelajaran yang tepat, akan membentuk mindset belajar yang baik.
Guru TK memiliki peran vital dalam membentuk kebiasaan belajar anak. Usia prasekolah seperti mereka harus diberikan pola pembelajaran yang menyenangkan, agar ke depan mereka memiliki pola pikir bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang menyenangkan. Dengan kesukaan belajar, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pintar. Guru TK memiliki peran besar membentuk itu. Sayangnya, tutur Kurnia Sari, sampai saat ini guru TK belum terlalu diperhatikan pemerintah, meski sebenarnya peran mereka begitu besar di dunia pendidikan.
“Harapannya lebih terjaminlah untuk guru TK. Kalau saya perhatikan, guru TK jarang begitu diperhatikan, seperti dari segi formasinya. Harapan saya ke depan lebih diperhatikan lagi,” ucap wanita yang mengaku sudah menjadi guru anak usia prasekolah sejak 2013 lalu.
Selama adanya media belajar yang dirancangnya itu, anak-anak lebih tertarik untuk belajar. Semua aspek kebutuhan belajar anak didik pun terpenuhi. “Seorang guru TK dituntut harus inovatif. Alhamdulillah, mudah-mudahan dengan adanya karya ini, saya tetap bersemangat untuk terus menciptakan karya-karya lain sebagai guru TK,” pungkasnya. (*/ce/ala)