Masih berusia 18 tahun, Istiqomah sudah menjadi seorang hafizah 30 Juz. Sejak kecil dia juga mencintai Al-Qur’an, sangat senang mendengarkan lantunan ayat suci yang dibacakan dengan merdu. Tilawah seolah menghipnotis dirinya.
FITI SHAFA KAMILA, Palangka Raya
BELAJAR menjadi alasan utama seorang remaja cantik bernama Istiqomah ini mengenal dan mendalami Al-Qur’an. Istiqomah mantap masuk pondok pesantren (ponpes) atas keinginan sendiri, setelah lulus di bangku sekolah dasar. Dibantu kakaknya, mencari pondok pesantren khusus tahfiz. Hingga Pondok Pesantren Iqro Palangka Raya menjadi pilihanya untuk menimba ilmu.
Meskipun, pada saat awal masuk pondok pesantren Istiqomah mengaku tetap merasakan sedih ketika harus jauh dari orang tua dan rumah, namun ia menjalani dengan tabah dan sabar demi hafalanya.
“Sedih, karena suka rindu dengan rumah tapi tidak boleh pulang karena peraturan pondok,” kata Istiqomah lembut saat di wawancara, Senin (3/3).
Pada tahun pertama gadis muda itu mempelajari Al-Qur’an mulai dari iqra. Selama setengah tahun ia menghabiskan waktu untuk menyelesaikan dan mempelajari bagaimana pengucapan dalam bacaan itu sesuai dengan kaidah Al-Qur’an. Sampai dinyatakan lancar barulah lanjut ke tahap hafalan Al-Qur’an.
Tentu setiap sesuatu yang diinginkan, perlu perjuangan dan pengorbanan. Tidak terkecuali dengan Istiqomah. Dirinya kadang kala, mengalami kesulitan dalam menghafal jika suasana pondok ramai. Dia sering kali harus pandai mengatur waktu untuk hafalan Al-Qur’an. Selain itu, dengan mengulang bacaan (murojaah) juga membantunya lebih mudah dalam mengingat.
Bersama dengan teman-temannya, perempuan pemilik suara nan lembut ini menjalani rutinitas yang padat tiap harinya. Di samping harus menyetor hafalan, santriwan dan santriwati di sana juga tetap mengikuti kegiatan ngaji kitab fiqih, akhlak dan kitab serupa lainnya.
Dalam kurun waktu 5 tahun Istiqomah mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Suatu kebanggaan baginya dan keluarga. Hatinya sudah terpatri oleh Al-Qur’an karim. Di samping itu, anak dari pasangan Imo Atmojo dan Nurul Jannah ini juga sudah pernah mengikuti lomba keagamaan terutama di Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).
Namun, pencapaiannya ini tidak menyurutkan semangat untuk terus belajar. Sebab, di masa depan Istiqomah bermimpi bisa lanjut menimba ilmu di Pondok Pesantren di Jakarta untuk mengambil fokus Kajian Al-Qur’an.
“Kalau boleh, mau ke pondok di Jakarta namanya Pondok Pesantren Bayt Qur’an,” tuturnya agak malu-malu.
Ketekunan dan semangat yang menggebu nampak jelas dari mimpinya. Kini ia sedang dalam masa pengabdian di Pondok Pesantren tempatnya menghafal Al-Qur’an selama 1 tahun seperti mengajar TPA dan mengurus santri. (*/ala)