Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Cerita di Balik Raihan Gold Winner Kalteng Pos di SPS Award 2024

Diumumkan Paling Akhir, Kalteng Pos Bangga Bisa Dapat Dua Emas

Di balik berita, selalu ada peristiwa, baik sedih, menegangkan, mencekam, haru, lucu, hingga bahagia. Wartawan selalu punya cerita di balik tiap berita yang ditulisnya. Cerita kali ini datang dari malam penganugerahan SPS Award di Hotel Ciputra, Jakarta Barat, Selasa malam (30/4). Perwakilan Kalteng Pos sempat ragu apakah akan mendapatkan penghargaan pada event bergengsi itu. Perasaan tegang terus menghantui jelang detik-detik pengumuman penghargaan.

AKHMAD DHANI, Jakarta

SELASA malam (30/4) pukul 23.00 WIB, lalu lintas di Jalan Tanjung Duren Raya masih ramai, meski tidak seramai siang hari. Pejalan kaki masih berlalu lalang. Banyak orang dewasa yang berjalan sambil sedikit tertunduk. Mungkin pekerja yang baru pulang karena lembur. Hidup betul kota ini, saya (penulis) membatin. Berbeda jauh dengan Palangka Raya yang pukul 21.00 WIB saja sudah sepi.

Saya duduk dari jendela kamar lantai III Hotel Bulevard, tempat saya dan Bang Roy menginap. Keriuhan kota ini membuat saya merenung sesaat. Dua trofi emas, tersalut rapi di dalam kotak biru tua yang mewah. Kotak biru tua mewah itu terbungkus dalam tas kain berlogo SPS Award. Misi mengambil penghargaan itulah yang menjadi alasan saya dan rekan saya, Viroyyanizza alias Bang Roy, datang ke Jakarta.

Saat-saat yang menegangkan pada malam penganugerahan SPS Award sudah kami lewati. Malam itu acara dimulai pukul 19.30 WIB sampai 22.30 WIB. Ada lima kategori penghargaan yang diumumkan. Ada penghargaan Indonesia Print Media Awards (IPMA), Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMA), Indonesia Young Readers Awards (IYRA), Indonesia Students Media Awards (ISMA), dan Indonesia Digital Media Awards (IDMA). Dari tiap kategori bahkan ada subkategori lagi.

Penghargaan kategori IPMA dijelaskan paling atas saat Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) terpilih Januar P Ruswita menyampaikan sambutan pembuka. Lucunya, penghargaan untuk media cetak se-Indonesia itu justru diumumkan di akhir, sehingga kami harus menyaksikan dengan banyak embusan napas dan senam jantung di tengah hiruk pikuk tepukan tangan media lain yang mendapat penghargaan. Perwakilan peraih penghargaan maju ke panggung di hadapan penonton untuk menerima langsung penghargaan itu dari Sekjen SPS, Asmono Wikan.

“Belum ada Kalteng Pos, bukan Kalteng Pos, mana Kalteng Pos,” gumam saya dalam hati.

Penghargaan yang diberikan sebenarnya tidak hanya untuk media massa konvensional, tetapi juga lembaga-lembaga negara yang mampu menyampaikan informasi secara transparan dan bagus kepada publik, serta lembaga pers mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi di Indonesia. Namun yang paling dominan tentu saja media konvensional. Tak kurang ada 100 pimpinan media yang hadir dalam acara itu.

Bang Roy, duduk tegang bersama para pimpinan media. Saya memperhatikan sekilas wajah beliau yang santai tiba-tiba tegang mendengar hasil demi hasil pengumuman. Kalteng Pos tidak ada. Rupanya kami menduga hal yang sama. Selama dua jam kami menyimak dengan saksama layar tancap informasi peraih penghargaan. Yang diumumkan bukan Kalteng Pos. Bahkan pos-pos atau radar-radar yang lain (koran Grup Jawa Pos selain Kalteng Pos) juga belum ada. Kompas, Harian Fajar, Media Indonesia, dan Pikiran Rakyat cukup sering disebutkan.

Perlu melewati empat kategori pengumuman dulu baru sampai pada kategori IPMA. Kategori penghargaan pertama yang diumumkan adalah Penghargaan Indonesia Student Media Awards atau ISMA. Tentunya penghargaan ini ditujukan bagi media massa milik mahasiswa yang dinilai bagus oleh para juri. Tentunya tidak ada Kalteng Pos atau media konvensional lain.

Baca Juga :  Wow! Jalan Sehat Kalteng Pos Berhadiah Umrah, Motor dan Door Prize Menarik

Kategori selanjutnya adalah Indonesia Young Readers Awards alias IYRA. Penghargaan untuk media yang konsen menyediakan konten bagi pembaca muda. Saya awalnya cukup yakin Kalteng Pos dapat meraih penghargaan ini. Sebab 2022 lalu kami mendapatkan penghargaan gold winner pada kategori itu. Ditambah lagi dengan adanya rubrik G-Pop yang ditujukan spesial bagi pembaca muda di Kalteng. Tetapi sepertinya tahun ini kami belum beruntung. Di sini ada dua subkategori, yakni media cetak terbaik dan website media terbaik. Harian Fajar dan Radar Bogor berhasil meraih gold winner kategori media cetak terbaik.

Lalu diumumkan kategori Indonesia Digital Media Awards atau IDMA. Penghargaan bagi institusi atau media massa yang melakukan digitalisasi dalam penyebaran konten-konten berita dan artikelnya. Dinilai melalui website resmi masing-masing instansi. Pada kategori ini, ada banyak subkategori penghargaan yang diberikan bagi website resmi milik instansi, korporasi, hingga perguruan tinggi. Khusus untuk media konvensional, ada dua subkategori, yakni website media lokal terbaik dan website media nasional terbaik. Kalteng Pos juga masih nihil.

Saya mendatangi Bang Roy. Untuk ukuran orang yang biasa memasang raut wajah datar, kali ini ia terlihat tegang. “Kok belum juga ya kita dapat, kategori-kategori tadi kita enggak ada dapat, padahal IYRA kan mungkin bisa dapat, apa jangan-jangan enggak dapat sama sekali, ya,” ucapnya.

Saya mengiyakan sembari mengangguk. Kami sama-sama berpikir demikian. Saya pun duduk di kursi kosong di sebelahnya. Kendati di pertemuan itu ada banyak hidangan camilan yang lezat, memakannya pun kami tidak selera. Bahkan meminum air putih pun terasa hambar. Belum lagi membayangkan wajah orang kantor ketika melihat kami datang jauh-jauh tanpa membawa penghargaan apa-apa. Segede apa malunya.

Saya pun mengecek rundown kegiatan. Masih ada penghargaan Indonesia In-house Magazine Awards (InMA). Penghargaan ini diberikan khusus untuk organisasi/korporasi yang mengelola majalah digital maupun cetak, dengan harapan untuk merangsang peningkatan kualitas kreatif penerbitan inhouse di seluruh Indonesia. Tentu tidak ada kami di situ.

Kami mencoba untuk bersikap santai. Berserah diri pada Tuhan di detik-detik akhir, sebelum akhirnya penghargaan kategori IPMA diumumkan. Dua orang host, laki-laki dan perempuan yang sedari tadi tidak kami perhatikan, langsung menjadi perhatian kami. Apalagi setelah mereka mengucapkan kalimat yang menurut saya pemungkas itu.

“Ya inilah, akan kita saksikan bersama-sama, penghargaan yang paling ditunggu-tunggu, yakni kategori penghargaan Indonesia Print Media Awards atau IPMA,” ucap host laki-laki.

“Penghargaan ini merupakan forum tahunan kompetisi cover media cetak nasional dan lokal sejak tahun 2010,” ucap host perempuan.

“Tahun ini, IPMA memperlombakan sejumlah kategori, dan berikut kita saksikan inilah media lokal maupun nasional yang menjadi pemenangnya,” ucap host laki-laki dan perempuan serentak, sembari terus meninggikan intonasi bicara hingga penghujung kalimat.

Saya berlari kecil menuju layar tengah di belakang para tamu, merekam menggunakan kamera ponsel. Bang Roy bergeming. Matanya awas menatap layar. Mulailah diumumkan IPMA subkategori infografis terbaik. Bronze Winner: Bengkulu Ekspress. Silver Winner: Kompas. Silver Winner: Kompas. Golden Winner: Kalteng Pos. Kaget. Bang Roy tampak tersenyum, sesaat kemudian menoleh-noleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari saya. Saya mempersilakan Bang Roy maju ke panggung sebagai perwakilan untuk menerima langsung penghargaan itu dari Sekjen SPS.

Baca Juga :  Ada yang Ngeluh Gas Melon sampai Ngeluh Ayamnya Kemalingan

Infografis terbaik itu berjudul Tradisi Leluhur Tak Akan Lebur. Berita itu didapat dari hasil liputan dua rekan saya, Ilham dan Mutoharoh, sebagai bentuk tugas akhir dari masa magang mereka. Dua wartawan yang kini punya desk liputan sehari-hari di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya. Adapun layouter atau desainer halaman infografis dari berita itu adalah perwakilan yang menerima penghargaan itu sendiri. Siapa lagi kalau bukan Bang Roy.

“Alhamdulillah, satu emas aja kayaknya cukup,” ucap Bang Roy kepada saya, sesaat usai turun dari panggung. Kami berdua pun termakan euforia gold winner IPMA kategori infografis, sehingga hampir melupakan masih banyak subkategori yang bakal diumumkan, terutama subkategori koran terbaik kategori regional.

Mencoba kembali duduk, saya banyak mengobrol dengan Bang Roy, sembari memerhatikan layar tancap pengumuman penghargaan. Setelah infografis terbaik, subkategori yang diumumkan selanjutnya adalah foto jurnalistik terbaik, editorial terbaik, laporan investigasi terbaik, majalah dan tabloid minat khusus terbaik, majalah/tabloid berita politik dan bisnis terbaik, kemudian surat kabar nasional terbaik.

Kali ini surat kabar regional terbaik. Pada subkategori regional, ada subkategori surat kabar regional terbaik Sulawesi, Maluku, dan Papua, subkategori surat kabar regional Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terbaik, surat kabar regional Sumatera terbaik, dan subkategori surat kabar regional Kalimantan terbaik. Di regional Kalimantan, Kalteng Pos dan Radar Sampit berhasil meraih gold winner sehingga menjadi surat kabar terbaik regional Kalimantan. Diikuti Kaltim Post yang meraih silver winner, Radar Banjarmasin yang meraih silver winner, Banjarmasin Post yang meraih silver winner, Radar Banjarmasin yang meraih silver winner, dan Kalsel Pos yang meraih bronze winner.

Kalteng Pos berhasil meraih penghargaan sebagai surat kabar terbaik regional Kalimantan itu dari infografis berita haji dan umrah berjudul Momentum Menjernihkan Hati di Tanah Suci yang covernya didesain oleh koordinator layout, Mas Erik. Dhea Umilati, rekan wartawan saya yang sama-sama punya desk liputan sehari-hari di Pemprov Kalteng, yang menggarap berita itu.

Kembali ke lantai III Hotel Bulevard, mendekati dini hari, lalu lintas Jalan Tanjung Duren Raya mulai lengang. Saya masih belum ingin beringsut dari jendela hotel. Benar kata orang, malam memang waktu yang bagus untuk merenung. Saya terus merenungi apa yang sudah saya lakukan hari itu. Termasuk pada momen berharga penganugerahan SPS Award 2024.

Dari momen itu saya belajar nilai penting dalam pekerjaan saya. Nilai dasarnya adalah bahwa sebagai orang dari daerah nonkota besar, jangan pernah merendahkan diri sendiri. Terus berkarya sebaik mungkin. Ketika orang melihat bagus karyamu, mereka tidak peduli siapa kamu dan dari mana kamu berasal. (*/ce/ala)

Di balik berita, selalu ada peristiwa, baik sedih, menegangkan, mencekam, haru, lucu, hingga bahagia. Wartawan selalu punya cerita di balik tiap berita yang ditulisnya. Cerita kali ini datang dari malam penganugerahan SPS Award di Hotel Ciputra, Jakarta Barat, Selasa malam (30/4). Perwakilan Kalteng Pos sempat ragu apakah akan mendapatkan penghargaan pada event bergengsi itu. Perasaan tegang terus menghantui jelang detik-detik pengumuman penghargaan.

AKHMAD DHANI, Jakarta

SELASA malam (30/4) pukul 23.00 WIB, lalu lintas di Jalan Tanjung Duren Raya masih ramai, meski tidak seramai siang hari. Pejalan kaki masih berlalu lalang. Banyak orang dewasa yang berjalan sambil sedikit tertunduk. Mungkin pekerja yang baru pulang karena lembur. Hidup betul kota ini, saya (penulis) membatin. Berbeda jauh dengan Palangka Raya yang pukul 21.00 WIB saja sudah sepi.

Saya duduk dari jendela kamar lantai III Hotel Bulevard, tempat saya dan Bang Roy menginap. Keriuhan kota ini membuat saya merenung sesaat. Dua trofi emas, tersalut rapi di dalam kotak biru tua yang mewah. Kotak biru tua mewah itu terbungkus dalam tas kain berlogo SPS Award. Misi mengambil penghargaan itulah yang menjadi alasan saya dan rekan saya, Viroyyanizza alias Bang Roy, datang ke Jakarta.

Saat-saat yang menegangkan pada malam penganugerahan SPS Award sudah kami lewati. Malam itu acara dimulai pukul 19.30 WIB sampai 22.30 WIB. Ada lima kategori penghargaan yang diumumkan. Ada penghargaan Indonesia Print Media Awards (IPMA), Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMA), Indonesia Young Readers Awards (IYRA), Indonesia Students Media Awards (ISMA), dan Indonesia Digital Media Awards (IDMA). Dari tiap kategori bahkan ada subkategori lagi.

Penghargaan kategori IPMA dijelaskan paling atas saat Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) terpilih Januar P Ruswita menyampaikan sambutan pembuka. Lucunya, penghargaan untuk media cetak se-Indonesia itu justru diumumkan di akhir, sehingga kami harus menyaksikan dengan banyak embusan napas dan senam jantung di tengah hiruk pikuk tepukan tangan media lain yang mendapat penghargaan. Perwakilan peraih penghargaan maju ke panggung di hadapan penonton untuk menerima langsung penghargaan itu dari Sekjen SPS, Asmono Wikan.

“Belum ada Kalteng Pos, bukan Kalteng Pos, mana Kalteng Pos,” gumam saya dalam hati.

Penghargaan yang diberikan sebenarnya tidak hanya untuk media massa konvensional, tetapi juga lembaga-lembaga negara yang mampu menyampaikan informasi secara transparan dan bagus kepada publik, serta lembaga pers mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi di Indonesia. Namun yang paling dominan tentu saja media konvensional. Tak kurang ada 100 pimpinan media yang hadir dalam acara itu.

Bang Roy, duduk tegang bersama para pimpinan media. Saya memperhatikan sekilas wajah beliau yang santai tiba-tiba tegang mendengar hasil demi hasil pengumuman. Kalteng Pos tidak ada. Rupanya kami menduga hal yang sama. Selama dua jam kami menyimak dengan saksama layar tancap informasi peraih penghargaan. Yang diumumkan bukan Kalteng Pos. Bahkan pos-pos atau radar-radar yang lain (koran Grup Jawa Pos selain Kalteng Pos) juga belum ada. Kompas, Harian Fajar, Media Indonesia, dan Pikiran Rakyat cukup sering disebutkan.

Perlu melewati empat kategori pengumuman dulu baru sampai pada kategori IPMA. Kategori penghargaan pertama yang diumumkan adalah Penghargaan Indonesia Student Media Awards atau ISMA. Tentunya penghargaan ini ditujukan bagi media massa milik mahasiswa yang dinilai bagus oleh para juri. Tentunya tidak ada Kalteng Pos atau media konvensional lain.

Baca Juga :  Wow! Jalan Sehat Kalteng Pos Berhadiah Umrah, Motor dan Door Prize Menarik

Kategori selanjutnya adalah Indonesia Young Readers Awards alias IYRA. Penghargaan untuk media yang konsen menyediakan konten bagi pembaca muda. Saya awalnya cukup yakin Kalteng Pos dapat meraih penghargaan ini. Sebab 2022 lalu kami mendapatkan penghargaan gold winner pada kategori itu. Ditambah lagi dengan adanya rubrik G-Pop yang ditujukan spesial bagi pembaca muda di Kalteng. Tetapi sepertinya tahun ini kami belum beruntung. Di sini ada dua subkategori, yakni media cetak terbaik dan website media terbaik. Harian Fajar dan Radar Bogor berhasil meraih gold winner kategori media cetak terbaik.

Lalu diumumkan kategori Indonesia Digital Media Awards atau IDMA. Penghargaan bagi institusi atau media massa yang melakukan digitalisasi dalam penyebaran konten-konten berita dan artikelnya. Dinilai melalui website resmi masing-masing instansi. Pada kategori ini, ada banyak subkategori penghargaan yang diberikan bagi website resmi milik instansi, korporasi, hingga perguruan tinggi. Khusus untuk media konvensional, ada dua subkategori, yakni website media lokal terbaik dan website media nasional terbaik. Kalteng Pos juga masih nihil.

Saya mendatangi Bang Roy. Untuk ukuran orang yang biasa memasang raut wajah datar, kali ini ia terlihat tegang. “Kok belum juga ya kita dapat, kategori-kategori tadi kita enggak ada dapat, padahal IYRA kan mungkin bisa dapat, apa jangan-jangan enggak dapat sama sekali, ya,” ucapnya.

Saya mengiyakan sembari mengangguk. Kami sama-sama berpikir demikian. Saya pun duduk di kursi kosong di sebelahnya. Kendati di pertemuan itu ada banyak hidangan camilan yang lezat, memakannya pun kami tidak selera. Bahkan meminum air putih pun terasa hambar. Belum lagi membayangkan wajah orang kantor ketika melihat kami datang jauh-jauh tanpa membawa penghargaan apa-apa. Segede apa malunya.

Saya pun mengecek rundown kegiatan. Masih ada penghargaan Indonesia In-house Magazine Awards (InMA). Penghargaan ini diberikan khusus untuk organisasi/korporasi yang mengelola majalah digital maupun cetak, dengan harapan untuk merangsang peningkatan kualitas kreatif penerbitan inhouse di seluruh Indonesia. Tentu tidak ada kami di situ.

Kami mencoba untuk bersikap santai. Berserah diri pada Tuhan di detik-detik akhir, sebelum akhirnya penghargaan kategori IPMA diumumkan. Dua orang host, laki-laki dan perempuan yang sedari tadi tidak kami perhatikan, langsung menjadi perhatian kami. Apalagi setelah mereka mengucapkan kalimat yang menurut saya pemungkas itu.

“Ya inilah, akan kita saksikan bersama-sama, penghargaan yang paling ditunggu-tunggu, yakni kategori penghargaan Indonesia Print Media Awards atau IPMA,” ucap host laki-laki.

“Penghargaan ini merupakan forum tahunan kompetisi cover media cetak nasional dan lokal sejak tahun 2010,” ucap host perempuan.

“Tahun ini, IPMA memperlombakan sejumlah kategori, dan berikut kita saksikan inilah media lokal maupun nasional yang menjadi pemenangnya,” ucap host laki-laki dan perempuan serentak, sembari terus meninggikan intonasi bicara hingga penghujung kalimat.

Saya berlari kecil menuju layar tengah di belakang para tamu, merekam menggunakan kamera ponsel. Bang Roy bergeming. Matanya awas menatap layar. Mulailah diumumkan IPMA subkategori infografis terbaik. Bronze Winner: Bengkulu Ekspress. Silver Winner: Kompas. Silver Winner: Kompas. Golden Winner: Kalteng Pos. Kaget. Bang Roy tampak tersenyum, sesaat kemudian menoleh-noleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari saya. Saya mempersilakan Bang Roy maju ke panggung sebagai perwakilan untuk menerima langsung penghargaan itu dari Sekjen SPS.

Baca Juga :  Ada yang Ngeluh Gas Melon sampai Ngeluh Ayamnya Kemalingan

Infografis terbaik itu berjudul Tradisi Leluhur Tak Akan Lebur. Berita itu didapat dari hasil liputan dua rekan saya, Ilham dan Mutoharoh, sebagai bentuk tugas akhir dari masa magang mereka. Dua wartawan yang kini punya desk liputan sehari-hari di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya. Adapun layouter atau desainer halaman infografis dari berita itu adalah perwakilan yang menerima penghargaan itu sendiri. Siapa lagi kalau bukan Bang Roy.

“Alhamdulillah, satu emas aja kayaknya cukup,” ucap Bang Roy kepada saya, sesaat usai turun dari panggung. Kami berdua pun termakan euforia gold winner IPMA kategori infografis, sehingga hampir melupakan masih banyak subkategori yang bakal diumumkan, terutama subkategori koran terbaik kategori regional.

Mencoba kembali duduk, saya banyak mengobrol dengan Bang Roy, sembari memerhatikan layar tancap pengumuman penghargaan. Setelah infografis terbaik, subkategori yang diumumkan selanjutnya adalah foto jurnalistik terbaik, editorial terbaik, laporan investigasi terbaik, majalah dan tabloid minat khusus terbaik, majalah/tabloid berita politik dan bisnis terbaik, kemudian surat kabar nasional terbaik.

Kali ini surat kabar regional terbaik. Pada subkategori regional, ada subkategori surat kabar regional terbaik Sulawesi, Maluku, dan Papua, subkategori surat kabar regional Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terbaik, surat kabar regional Sumatera terbaik, dan subkategori surat kabar regional Kalimantan terbaik. Di regional Kalimantan, Kalteng Pos dan Radar Sampit berhasil meraih gold winner sehingga menjadi surat kabar terbaik regional Kalimantan. Diikuti Kaltim Post yang meraih silver winner, Radar Banjarmasin yang meraih silver winner, Banjarmasin Post yang meraih silver winner, Radar Banjarmasin yang meraih silver winner, dan Kalsel Pos yang meraih bronze winner.

Kalteng Pos berhasil meraih penghargaan sebagai surat kabar terbaik regional Kalimantan itu dari infografis berita haji dan umrah berjudul Momentum Menjernihkan Hati di Tanah Suci yang covernya didesain oleh koordinator layout, Mas Erik. Dhea Umilati, rekan wartawan saya yang sama-sama punya desk liputan sehari-hari di Pemprov Kalteng, yang menggarap berita itu.

Kembali ke lantai III Hotel Bulevard, mendekati dini hari, lalu lintas Jalan Tanjung Duren Raya mulai lengang. Saya masih belum ingin beringsut dari jendela hotel. Benar kata orang, malam memang waktu yang bagus untuk merenung. Saya terus merenungi apa yang sudah saya lakukan hari itu. Termasuk pada momen berharga penganugerahan SPS Award 2024.

Dari momen itu saya belajar nilai penting dalam pekerjaan saya. Nilai dasarnya adalah bahwa sebagai orang dari daerah nonkota besar, jangan pernah merendahkan diri sendiri. Terus berkarya sebaik mungkin. Ketika orang melihat bagus karyamu, mereka tidak peduli siapa kamu dan dari mana kamu berasal. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/