Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Belum Ada Peserta Didik Baru, Berharap Dukungan Pemerintah

MUTOHAROH, Palangka Raya SMP Nathania Palangka Raya disebut sebagai salah satu sekolah yang minim peminat. Hingga saat ini SMP yang ada di Jalan Yos Sudarso belum dilirik calon peserta didik baru. Untuk saat ini, total keseluruhan pelajar di sekolah itu hanya berkisar 15 orang saja dengan total guru 12 orang. Pihak sekolah membuka pintu lebar-lebar bagi siapa yang ingin mendaftar.

“Hingga saat ini pendaftaran masih terus dibuka. Pendaftaran akan terus dibuka meski memakan waktu beberapa bulan,”ujar Hadi Tumon sebagai pendiri sekolah.

SMP Nathania berdiri tahun 2000 dan telah diakui serta berhasil meluluskan siswa terbaiknya selama ini. Sejak awal berdiri hingga tahun 2005 sekolah yang sudah berdiri 23 tahun itu, juga pernah di fase memiliki jumlah siswa yang banyak, namun seiring dengan berjalannya waktu serta banyak pembangunan, sekolah ini mengalami kemunduran dari jumlah peserta didik.

Baca Juga :  Bahas SDM, Pantarlih sampai Zona Integritas

“Awal berdirinya sekolah ini merupakan rasa kepedulian saya terhadap dunia pendidikan, hingga dibangunlah SMP Nathania, pada awalnya sekolah kita banyak pelajarnya, namun seiring berjalan waktu mulai ada perubahan,”kata Hadi Tumon kepada Kalteng Pos, Jumat (7/7).

Berkurangnya jumlah peserta didik ini dikarenakan beberapa hal. Menurut Hadi, saat ini sekolah swasta seperti ini tidak memiliki pengurus di bagian pemerintah pendidikan. Jika dibandingkan pada saat awal berdirinya sekolah ini, di Dinas Pendidikan ada kepala seksi (Kasi) yang memegang menguras sekolah swasta. Namun saat ini hal itu dinilai sudah tidak ada dan akhirnya digabungkan bersama dengan sekolah negeri yang mana dinilai tidak seharusnya disamakan.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah banyak sekolah satu atap atau sekolah yang mencakup SD, SMP dan SMA dalam satu sekolah yang berdiri di desa. Hal ini tentu mempengaruhi jumlah peserta didik. Hal yang juga berpengaruh ialah para orang tua yang lebih memilih anaknya masuk sekolah negeri dari pada sekolah swasta. “Tiga hal itu dinilai menjadi faktor penurunan jumlah di sekolah swasta,”ungkapnya.

Baca Juga :  170,34 Ribu Orang Sudah Gunakan QRIS

Uang komite yang ditetapkan oleh sekolah juga tidaklah besar, yaitu Rp100 ribu per bulan. Dalam hal operasional, pemerintah juga membantu sekolah ini dalam bentuk dana BOS. Namun diharapkan pemberian dana BOS dapat diberikan sesuai dengan keadaan serta fasilitas sekolah bukan hanya sekedar berdasarkan jumlah peserta didik saja.

Hadi Tumon berharap pemerintah dapat membantu SMP Nathania Palangka Raya bisa kembali seperti dulu, baik secara operasional atau dengan melakukan pembinaan terhadap sekolah agar dapat seperti sekolah pada umumnya. “Jika memang saya diberikan kesempatan dan dukungan oleh pemerintah dan masyarakat, ingin sekali memindahkan SMP Nathania ke tempat yang lebih luas.(ram)

MUTOHAROH, Palangka Raya SMP Nathania Palangka Raya disebut sebagai salah satu sekolah yang minim peminat. Hingga saat ini SMP yang ada di Jalan Yos Sudarso belum dilirik calon peserta didik baru. Untuk saat ini, total keseluruhan pelajar di sekolah itu hanya berkisar 15 orang saja dengan total guru 12 orang. Pihak sekolah membuka pintu lebar-lebar bagi siapa yang ingin mendaftar.

“Hingga saat ini pendaftaran masih terus dibuka. Pendaftaran akan terus dibuka meski memakan waktu beberapa bulan,”ujar Hadi Tumon sebagai pendiri sekolah.

SMP Nathania berdiri tahun 2000 dan telah diakui serta berhasil meluluskan siswa terbaiknya selama ini. Sejak awal berdiri hingga tahun 2005 sekolah yang sudah berdiri 23 tahun itu, juga pernah di fase memiliki jumlah siswa yang banyak, namun seiring dengan berjalannya waktu serta banyak pembangunan, sekolah ini mengalami kemunduran dari jumlah peserta didik.

Baca Juga :  Bahas SDM, Pantarlih sampai Zona Integritas

“Awal berdirinya sekolah ini merupakan rasa kepedulian saya terhadap dunia pendidikan, hingga dibangunlah SMP Nathania, pada awalnya sekolah kita banyak pelajarnya, namun seiring berjalan waktu mulai ada perubahan,”kata Hadi Tumon kepada Kalteng Pos, Jumat (7/7).

Berkurangnya jumlah peserta didik ini dikarenakan beberapa hal. Menurut Hadi, saat ini sekolah swasta seperti ini tidak memiliki pengurus di bagian pemerintah pendidikan. Jika dibandingkan pada saat awal berdirinya sekolah ini, di Dinas Pendidikan ada kepala seksi (Kasi) yang memegang menguras sekolah swasta. Namun saat ini hal itu dinilai sudah tidak ada dan akhirnya digabungkan bersama dengan sekolah negeri yang mana dinilai tidak seharusnya disamakan.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah banyak sekolah satu atap atau sekolah yang mencakup SD, SMP dan SMA dalam satu sekolah yang berdiri di desa. Hal ini tentu mempengaruhi jumlah peserta didik. Hal yang juga berpengaruh ialah para orang tua yang lebih memilih anaknya masuk sekolah negeri dari pada sekolah swasta. “Tiga hal itu dinilai menjadi faktor penurunan jumlah di sekolah swasta,”ungkapnya.

Baca Juga :  170,34 Ribu Orang Sudah Gunakan QRIS

Uang komite yang ditetapkan oleh sekolah juga tidaklah besar, yaitu Rp100 ribu per bulan. Dalam hal operasional, pemerintah juga membantu sekolah ini dalam bentuk dana BOS. Namun diharapkan pemberian dana BOS dapat diberikan sesuai dengan keadaan serta fasilitas sekolah bukan hanya sekedar berdasarkan jumlah peserta didik saja.

Hadi Tumon berharap pemerintah dapat membantu SMP Nathania Palangka Raya bisa kembali seperti dulu, baik secara operasional atau dengan melakukan pembinaan terhadap sekolah agar dapat seperti sekolah pada umumnya. “Jika memang saya diberikan kesempatan dan dukungan oleh pemerintah dan masyarakat, ingin sekali memindahkan SMP Nathania ke tempat yang lebih luas.(ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/