Dermaga Kereng Bangkirai, selama ini menjadi pusat aktivitas wisata, ekonomi, dan transportasi masyarakat bantaran sungai. Hanya saja hingga saat ini, daerah ini kerap dihadapkan pada persoalan sampah, terutama sampah plastik yang mencemari perairan.
DHEA UMILATI, Palangka Raya
MENJAWAB tantangan ini, Komunitas Green Leadership Indonesia (GLI) bersama Generasi Baru Indonesia (Genbi) dari berbagai perguruan tinggi di Palangka Raya menggelar kegiatan Clean-Up atau pembersihan di Dermaga Kereng Bangkirai sekaligus sosialisasi dan edukasi bank sampah di masyarakat.
Saat matahari mulai menyingsing naik, dengan menggunakan pakaian hitam sembari membawa perlengkapan lainnya mereka membagi timnya untuk membersihkan sampah yang ada di sekitar Dermaga.
Kegiatan bersih-bersih ini bukan hanya sekadar membersihkan sampah, namun menjadi bentuk nyata kepedulian terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan. Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, Yusran R. Nayan yang juga turut berhadir pada kegiatan itu mengungkapkan pentingnya menjaga dermaga yang memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat di bantaran sungai.
“Dengan menjaga kebersihan dermaga, kita menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman, serta meningkatkan daya tarik wisatawan,” ujar Yusran R Nayan, Minggu (8/9).
Dermaga Kereng Bangkirai memiliki potensi besar sebagai pusat pariwisata di Palangka Raya. Namun, masalah pencemaran sampah, khususnya plastik, menurunkan kualitas lingkungan dan merusak estetika di sekitarnya. Oleh karena itu Yusran mengingatkan bahwa tanggung jawab menjaga lingkungan adalah tugas bersama.
Kegiatan ini juga menjadi momentum edukasi penting bagi masyarakat, khususnya dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, edukasi harus terus dilakukan agar masyarakat tidak hanya berhenti pada aksi bersih-bersih, tetapi juga aktif dalam mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah sesuai jenisnya, serta mendaur ulang sampah.
Senada dengan Yusran, Kepala Subbagian Tata Usaha UPTD Pengelolaan Sampah Jekan Raya, Maria Edi Jatiwirawati, menegaskan bahwa generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam pengelolaan sampah.
“Membiasakan diri sejak dini untuk memilah sampah dari sumbernya sangat penting. Ini akan menjadi budaya yang berdampak positif di masa depan,” ungkapnya.
Maria juga menyoroti pentingnya perubahan kebiasaan masyarakat di bantaran sungai yang kerap membuang sampah langsung ke sungai.
“Sampah yang dibuang sembarangan akan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, mari kita budayakan membuang sampah pada tempatnya dan memisahkan sesuai jenisnya,” imbuhnya.
Ia menyebut Kota Palangka Raya, dengan jumlah penduduk yang mencapai 306 ribu jiwa, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah.
Setiap harinya, sekitar 150 hingga 160 ton sampah dihasilkan oleh masyarakat. Jika sampah-sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, dampaknya tidak hanya akan merusak pemandangan, tetapi juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat.
Diketahui sebagian besar sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik. Tanpa pengelolaan yang baik, sampah organik akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas metana (CH₄), sebuah gas rumah kaca yang diketahui 28 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida (CO₂) dalam mempercepat perubahan iklim.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa isu ini tidak lagi hanya menjadi persoalan lokal atau nasional, tetapi sudah menjadi isu internasional. Penumpukan sampah tak hanya mempengaruhi estetika lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan risiko penyakit. Sampah yang dibiarkan menumpuk dapat menjadi sarang penyakit dan mencemari sumber air bersih di sekitarnya.
“Jika kita tidak melakukan pengelolaan sampah dengan benar, lama-kelamaan sampah akan menumpuk, merusak lingkungan, dan menimbulkan masalah kesehatan yang serius,” terangnya.
Ia berharap kegiatan Clean-Up ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam menjaga lingkungan. “Keberlanjutan aksi semacam ini menjadi kunci dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, terutama bagi generasi mendatang,” tambahnya.
Di tambahkan juga oleh Ketua Lewu Barigas GLI Kalteng, Muhammad Fakhrully Akbar, kepedulian terhadap kebersihan bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tetapi melibatkan peran aktif seluruh lapisan masyarakat. “Dengan sinergi yang kuat antara diharapkan masalah sampah di wilayah bantaran sungai dapat diatasi secara berkelanjutan,” tuturnya.
Sebagai selaku pemangku wilayah di daerah Dermaga Kereng Bangkirai, Sudianoor ia tentunya merasa terbantu dengan adanya aksi Clean-Up dan sosialisasi bank sampah ini.
Tidak hanya sekedar bersih-bersih namun juga masyarakat sekitar diberikan edukasi untuk memilah sampah dan diberikan pemahaman mana sampah yang bisa daur ulang dan mana sampah yang seharusnya dihancurkan.
“Jadi masyarakat bisa tau mana sampah yang bernilai ekonomis, sehingga mereka bisa memanfaatkan itu untuk kedepannya nanti,” ungkapnya.
Dengan adanya kegiatan ini pun tentunya dapat meningkatkan kesadaran kepada masyarakat untuk mulai menerapkan kebersihan kepada anak-anak.
Dari lingkungan yang kecil dulu, dari keluarga membiasakan kepada anak-anak. Memang sudah seharusnya membiasakan kepada mereka sedari kecil untuk membuang sampah pada tempatnya kemungkinan nanti karena sudah menjadi kebiasaan mereka untuk membuang sampah pada tempatnya kedepannya akan terus menerapkan kebiasaan baik itu.
“Karena untuk memberikan kesadaran kepada orang yang sudah tua cukup sulit sehingga ini bisa dimulakan dari anak-anak,” tutupnya. (*/ala)