Selasa, September 17, 2024
24.2 C
Palangkaraya

Melihat Ratusan Karya Seni Rupa di Galeri Eko YES

Dipersembahkan untuk Istri yang Setia Menemani Berkarya

Mencatatkan sejarah, Galeri Seni Eko YES menjadi galeri seni pribadi pertama yang ada di Kalteng. Pemiliknya merelakan rumah pribadinya dijadikan galeri untuk memamerkan hasil karya seni rupa.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

RATUSAN karya seni rupa dipajang rapi pada setiap dinding ruang di salah satu rumah Jalan Dahlia, Kota Palangka Raya. Dilihat dari luar, rumah dua lantai itu tampak biasa saja, sama halnya dengan rumah pada umumnya. Namun, siapa sangka rumah itu menyimpan banyak warna dan cerita.

Rumah tersebut milik Yulianto Eko Sunugroho. Seniman senior Palangka Raya yang aktif berkarya di bidang seni, khususnya seni rupa lukis, dengan nama panggung Eko YES. Rumah yang selama ini menyimpan banyak cerita dan kenangan bersama keluarga maupun tentang lukisan-lukisannya, dijadikan galeri tempat memamerkan ratusan karyanya kepada masyarakat.

Rumah itu sudah lama dikenal sebagai padepokan seni. Letaknya di Jalan Dahlia Nomor 10, Kota Palangka Raya. Selain sebagai tempat tinggal bersama keluarga, rumah ini juga menjadi saksi cikal bakal didirikannya Galeri Seni Eko YES yang diresmikan Kamis (12/1).

Di bagian luar rumah ini terdapat satu lukisan berukuran besar. Lukisan Jembatan Kahayan itu menyita perhatian dan menyejukkan mata siapa saja yang melihatnya. Memasuki pintu utama, pengunjung akan langsung disajikan coretan penari Dayak Kalteng.

Setiap lukisan ditata rapi pada dinding rumah. Dari ruang tamu, ruang tengah, hingga kamar. Penataan yang menarik menghilangkan kesan bangunan ini sebagai rumah pribadi.

Eko menjadikan rumah miliknya itu sebagai galeri seni, karena ingin mewujudkan keinginan bersama istrinya. Terlebih rumahnya itu memiliki banyak cerita dan cinta.

“Galeri Eko YES ini tidak serta-merta ada, ini adalah keinginan saya dan istri, saat istri saya masih hidup, ia punya keinginan untuk membuat galeri seni pribadi,” katanya saat dibincangi di sela-sela peresmian, kemarin.

Namun sang istri meninggal dunia pada 2022 lalu. Kepergian istrinya itu menjadi motivasi yang kuat untuk segera mewujudkan galeri seni. Akhirnya pada Kamis (12/1), galeri diresmikan dan dibuka untuk umum. Dipersembahkan khusus untuk istri, dan untuk masyarakat Bumi Tambun Bungai.

Baca Juga :  Melestarikan Budaya tanpa Memandang Suku, Ras, dan Agama 

“Galeri ini secara pribadi saya dedikasikan untuk istri saya, secara umum untuk Kalteng,” ucapnya kepada awak media.

Rumah tersebut menjadi saksi kesetiaan sang istri menemani Eko dalam berkarya. Selalu mendampingi dalam menciptakan ratusan karya yang saat ini terpampang pada dinding rumah.

“Rumah ini menyimpan banyak cerita, khususnya untuk karya-karya saya, untuk itu galeri ini saya persembahkan khusus untuk istri saya yang selalu setia berada di samping saya ketika saya bekerja,” ucap pria kelahiran Yogjakarta, 26 Juli 1955.

Ada satu ruangan khusus untuk memamerkan wajah-wajah keluarganya dalam lukisan dan gambar. Ada beberapa gambar wajahnya sendiri, wajah istri dan empat anaknya. Eko mengaku, karya yang paling ia sayangi adalah lukisan wajah dirinya dan lukisan wajah istri terkasih.

“Lukisan yang paling saya suka yakni lukisan wajah saya dan istri saya, memang sebagai pelukis itu harus bisa melukis wajah sendiri, jika tidak maka bukanlah pelukis tapi tukang lukis,” tutur pensiunan guru ini.

Eko menyebut, tiap karya yang ia ciptakan merupakan luapan emosi dari lingkungan sekitar. Tak heran, meski ia bukan asli Kalimantan, tapi sebagian besar karyanya merupakan seni khas Kalteng.

“Banyak karya saya lahir dari apa yang ada di sekitar saya, seperti tentang lingkungan dan kesenian-kesian Kalteng, tak heran kalau banyak lukisan saya menggambarkan penari Dayak,” jelas Eko.

Eko yang sudah 40 tahun menetap di Kalteng ingin memberikan sesuatu hal yang bermanfaat di bidang seni. Ia menjadikan rumahnya sebagai galeri sekaligus tempat edukasi pengembangan seni rupa bagi masyarakat.

“Rumah ini dari sekitar tahun 1990 sudah jadi padepokan seni, sudah banyak peserta didik yang saat ini terjun ke dunia seni,” tegasnya.

Baca Juga :  Momen Hari Jadi, Bupati Sukamara Minta Tingkatkan Karya

Untuk itu, lanjutnya, galeri ini juga digabung dengan gerai Parei. Dalam bahasa Dayak, Parei berarti padi dan merupakan singkatan dari Palangka Raya elok dan indah. Eko membuka ruang bagi siapa saja yang ingin refreshing, dengan mendatangi galeri miliknya untuk menyegarkan pikiran dengan melihat lukisan-lukisan karyanya.

“Di lantai dua kami siapkan tempat untuk siapapun yang ingin melukis, mungkin saja yang sedang penat lalu ingin meluapkannya dengan melukis, silakan,” ucap pria yang sudah menggeluti dunia seni sejak duduk di bangku sekolah dasar itu.

Eko juga membuka pembelajaran melukis bagi khalayak setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sedangkan galeri dibuka tiap hari.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng tentu mengapresiasi galeri Eko YES sebagai salah satu langkah untuk memajukan kesenian Bumi Tambun Bungai.

“Dengan dibukanya galeri ini, harapannya dapat mengembangkan calon pelaku seni rupa yang ada di Kalteng, kami juga berharap berbagai prestasi bisa dilahirkan dari galeri ini,” ucap Kepala Bidang Kesenian Tradisi dan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Susi Asti.

Keberadaan galeri ini juga mendapat apresiasi dari para pelaku seni di Kota Palangka Raya. Salah satunya P Lampang. Ia mengatakan, dengan adanya galeri ini menjadi hal baru bagi kesenian di Kota Cantik. Ia berharap galeri tersebut menjadi titik awal dibukanya galeri-galeri seni lainnya.

“Ke depannya orang tidak hanya mengenal lukisan melalui sanggar, tapi bisa melalui galeri seperti ini,” katanya.

Sementara itu, Doni Paul yang juga pelaku seni berkeinginan menggelar pameran di galeri tersebut bersama para komunitas perupa Kalteng, dengan tujuan mengenalkan galeri ini kepada masyarakat luas.

“Biar masyarakat mengerti bahwa menikmati karya tidak hanya di taman budaya, tapi bisa juga di galeri yang dibangun mandiri,” ucapnya. (*/ce/ala)

Mencatatkan sejarah, Galeri Seni Eko YES menjadi galeri seni pribadi pertama yang ada di Kalteng. Pemiliknya merelakan rumah pribadinya dijadikan galeri untuk memamerkan hasil karya seni rupa.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

RATUSAN karya seni rupa dipajang rapi pada setiap dinding ruang di salah satu rumah Jalan Dahlia, Kota Palangka Raya. Dilihat dari luar, rumah dua lantai itu tampak biasa saja, sama halnya dengan rumah pada umumnya. Namun, siapa sangka rumah itu menyimpan banyak warna dan cerita.

Rumah tersebut milik Yulianto Eko Sunugroho. Seniman senior Palangka Raya yang aktif berkarya di bidang seni, khususnya seni rupa lukis, dengan nama panggung Eko YES. Rumah yang selama ini menyimpan banyak cerita dan kenangan bersama keluarga maupun tentang lukisan-lukisannya, dijadikan galeri tempat memamerkan ratusan karyanya kepada masyarakat.

Rumah itu sudah lama dikenal sebagai padepokan seni. Letaknya di Jalan Dahlia Nomor 10, Kota Palangka Raya. Selain sebagai tempat tinggal bersama keluarga, rumah ini juga menjadi saksi cikal bakal didirikannya Galeri Seni Eko YES yang diresmikan Kamis (12/1).

Di bagian luar rumah ini terdapat satu lukisan berukuran besar. Lukisan Jembatan Kahayan itu menyita perhatian dan menyejukkan mata siapa saja yang melihatnya. Memasuki pintu utama, pengunjung akan langsung disajikan coretan penari Dayak Kalteng.

Setiap lukisan ditata rapi pada dinding rumah. Dari ruang tamu, ruang tengah, hingga kamar. Penataan yang menarik menghilangkan kesan bangunan ini sebagai rumah pribadi.

Eko menjadikan rumah miliknya itu sebagai galeri seni, karena ingin mewujudkan keinginan bersama istrinya. Terlebih rumahnya itu memiliki banyak cerita dan cinta.

“Galeri Eko YES ini tidak serta-merta ada, ini adalah keinginan saya dan istri, saat istri saya masih hidup, ia punya keinginan untuk membuat galeri seni pribadi,” katanya saat dibincangi di sela-sela peresmian, kemarin.

Namun sang istri meninggal dunia pada 2022 lalu. Kepergian istrinya itu menjadi motivasi yang kuat untuk segera mewujudkan galeri seni. Akhirnya pada Kamis (12/1), galeri diresmikan dan dibuka untuk umum. Dipersembahkan khusus untuk istri, dan untuk masyarakat Bumi Tambun Bungai.

Baca Juga :  Melestarikan Budaya tanpa Memandang Suku, Ras, dan Agama 

“Galeri ini secara pribadi saya dedikasikan untuk istri saya, secara umum untuk Kalteng,” ucapnya kepada awak media.

Rumah tersebut menjadi saksi kesetiaan sang istri menemani Eko dalam berkarya. Selalu mendampingi dalam menciptakan ratusan karya yang saat ini terpampang pada dinding rumah.

“Rumah ini menyimpan banyak cerita, khususnya untuk karya-karya saya, untuk itu galeri ini saya persembahkan khusus untuk istri saya yang selalu setia berada di samping saya ketika saya bekerja,” ucap pria kelahiran Yogjakarta, 26 Juli 1955.

Ada satu ruangan khusus untuk memamerkan wajah-wajah keluarganya dalam lukisan dan gambar. Ada beberapa gambar wajahnya sendiri, wajah istri dan empat anaknya. Eko mengaku, karya yang paling ia sayangi adalah lukisan wajah dirinya dan lukisan wajah istri terkasih.

“Lukisan yang paling saya suka yakni lukisan wajah saya dan istri saya, memang sebagai pelukis itu harus bisa melukis wajah sendiri, jika tidak maka bukanlah pelukis tapi tukang lukis,” tutur pensiunan guru ini.

Eko menyebut, tiap karya yang ia ciptakan merupakan luapan emosi dari lingkungan sekitar. Tak heran, meski ia bukan asli Kalimantan, tapi sebagian besar karyanya merupakan seni khas Kalteng.

“Banyak karya saya lahir dari apa yang ada di sekitar saya, seperti tentang lingkungan dan kesenian-kesian Kalteng, tak heran kalau banyak lukisan saya menggambarkan penari Dayak,” jelas Eko.

Eko yang sudah 40 tahun menetap di Kalteng ingin memberikan sesuatu hal yang bermanfaat di bidang seni. Ia menjadikan rumahnya sebagai galeri sekaligus tempat edukasi pengembangan seni rupa bagi masyarakat.

“Rumah ini dari sekitar tahun 1990 sudah jadi padepokan seni, sudah banyak peserta didik yang saat ini terjun ke dunia seni,” tegasnya.

Baca Juga :  Momen Hari Jadi, Bupati Sukamara Minta Tingkatkan Karya

Untuk itu, lanjutnya, galeri ini juga digabung dengan gerai Parei. Dalam bahasa Dayak, Parei berarti padi dan merupakan singkatan dari Palangka Raya elok dan indah. Eko membuka ruang bagi siapa saja yang ingin refreshing, dengan mendatangi galeri miliknya untuk menyegarkan pikiran dengan melihat lukisan-lukisan karyanya.

“Di lantai dua kami siapkan tempat untuk siapapun yang ingin melukis, mungkin saja yang sedang penat lalu ingin meluapkannya dengan melukis, silakan,” ucap pria yang sudah menggeluti dunia seni sejak duduk di bangku sekolah dasar itu.

Eko juga membuka pembelajaran melukis bagi khalayak setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sedangkan galeri dibuka tiap hari.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng tentu mengapresiasi galeri Eko YES sebagai salah satu langkah untuk memajukan kesenian Bumi Tambun Bungai.

“Dengan dibukanya galeri ini, harapannya dapat mengembangkan calon pelaku seni rupa yang ada di Kalteng, kami juga berharap berbagai prestasi bisa dilahirkan dari galeri ini,” ucap Kepala Bidang Kesenian Tradisi dan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Susi Asti.

Keberadaan galeri ini juga mendapat apresiasi dari para pelaku seni di Kota Palangka Raya. Salah satunya P Lampang. Ia mengatakan, dengan adanya galeri ini menjadi hal baru bagi kesenian di Kota Cantik. Ia berharap galeri tersebut menjadi titik awal dibukanya galeri-galeri seni lainnya.

“Ke depannya orang tidak hanya mengenal lukisan melalui sanggar, tapi bisa melalui galeri seperti ini,” katanya.

Sementara itu, Doni Paul yang juga pelaku seni berkeinginan menggelar pameran di galeri tersebut bersama para komunitas perupa Kalteng, dengan tujuan mengenalkan galeri ini kepada masyarakat luas.

“Biar masyarakat mengerti bahwa menikmati karya tidak hanya di taman budaya, tapi bisa juga di galeri yang dibangun mandiri,” ucapnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/