Kamis, November 14, 2024
30.7 C
Palangkaraya

David dan Aprila, Pelajar SMPN 3 Palangka Raya Peraih Medali Ajang Internasional

Pamerkan Khasiat Buah Karamunting sebagai Pewarna Kain

DAVID Jesse Manuah Patianom dan Aprila Christina Amiany, pelajar dari SMPN 3 Palangka Raya menyabet medali perak dalam ajang International Science and Invention Fair (ISIF) 2024. Ajang tersebut diselenggarakan 5-10 November di Balai Diklat Industri, Denpasar, Bali.

Ada 973 tim peserta dari 24 negara. Mulai dari Indonesia, Kazakhstan, India, Iran, hingga Rusia berpartisipasi dalam ajang ini. Pesertanya pun dari berbagai jenjang. Dari sekolah dasar hingga universitas. ISIF adalah ajang bergengsi sebagai kegiatan terbesar di Asia yang diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA), bekerja sama dengan berbagai asosiasi peneliti internasional.

Tahun ini juri berasal dari berbagai negara. Termasuk juri dari India dan Malaysia yang turut menilai hasil penelitian tim SMPN 3 Palangka Raya. Ini merupakan keikutsertaan kedua bagi SMPN 3 Palangka Raya dalam ajang ISIF. Pada 2023 lalu, sekolah ini mengirimkan dua tim dan meraih dua medali perak dari kategori ilmu sosial dan budaya.

Kali ini, tim SMPN 3 Palangka Raya mengusung tema lingkungan. Penelitian berjudul Utilization of Karamunting Fruits as An Alternative Organic Fabric Dyes. Pewarna tekstil sering berdampak buruk pada lingkungan, karena menjadi polusi bagi tanah dan air. Oleh sebab itu, Mereka ingin mencari alternatif pewarna kain yang ramah lingkungan.

“Bersama April, akhirnya membedah khasiat buah karamunting,” kata David kepada Kalteng Pos, Senin (11/11/2024).

Aprila menimpali, buah karamunting mudah ditemukan di Pulau Kalimantan, yang menjadi salah satu alasan pemilihan bahan penelitian ini. “Buah karamunting biasanya hanya dijadikan makanan atau mainan, tetapi kami melihat potensi warnanya untuk dijadikan pewarna kain,” ungkap Aprila.

Selama satu bulan mereka melakukan berbagai uji coba. Dari pagi hingga malam. Proses dimulai dengan mencari buah karamunting di hutan hingga membuat pewarna kain, meski beberapa kali gagal.

Baca Juga :  Melihat Aktivitas Pedagang di Pasar Kahayan Kala Banjir Melanda

“Percobaan pertama kami gagal, karena kulit buahnya tidak dikupas dan kainnya tidak dibasahi, sehingga hasilnya tampak kotor dan berjamur,” jelas pemuda kelahiran tahun 2011 ini.

Tidak ingin menyerah, dengan bimbingan Arben dan Lucia, David dan April terus mencoba, hingga akhirnya percobaan ketiga berhasil. “Kami juga mencari referensi dari artikel internasional dan buku,” ujar David.

Dalam penelitian ini, mereka menggunakan kain satin. David menjelaskan bahwa pewarna alami ini tetap tahan lama setelah diberi cairan pengikat berupa air lemon dan garam.

“Kami sudah mencuci kain ini dengan detergen dan menjemurnya tiga kali, hasilnya warna kain tidak pudar,” ungkapnya.

Setelah melalui proses yang menguras tenaga, penelitian mereka berbuah hasil. “Ke depannya, kami berencana untuk mencoba menghasilkan warna merah, karena dalam penelitian ini baru menghasilkan warna ungu,” terang pelajar alumnus SDN 4 Menteng itu.

David dan April mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menulis paper, karena belum pernah melakukan penulisan ilmiah. Namun, dengan dukungan dari kedua guru pendamping, mereka berhasil menyelesaikan.

Selain itu, guru Bahasa Inggris mereka, Sista Safitri Laksanawati, juga turut membantu dalam persiapan lomba, khususnya dalam aspek pelafalan, bahasa tubuh, dan public speaking.

Ajang kompetisi ISIF 2024 berbentuk pameran, di mana tiap tim memiliki booth untuk memamerkan hasil penelitian. Selain menghadapi juri, mereka juga harus menjelaskan penelitian kepada peserta lain, pengawas dari tim lain, maupun kepada pengunjung yang ingin tahu.

Meski merasa gugup, David dan April berhasil mempresentasi karya mereka di hadapan juri hingga memperoleh medali perak.

Salah satu guru pendamping, Lucia Isadora, menjelaskan bahwa tiap lomba penelitian memiliki tema berbeda, sehingga pemilihan tema bergantung pada kemampuan pelajar. Anak-anak diberi kesempatan melalui ekstrakurikuler untuk ikut penelitian.

Baca Juga :  Prof Danes Dikenal sebagai Sosok Pekerja Keras dan Pembawa Perubahan

“Lalu kami koordinasikan dengan orang tua terkait pendanaan,” ujarnya.

Tim ini terdiri dari anak didik yang mengikuti ekstrakurikuler Bahasa Inggris dan diberi tawaran untuk ikut serta dalam penelitian. Setelah diskusi antara pelajar dan guru pendamping, diputuskan untuk mengambil tema yang sesuai kemampuan mereka, yang juga dihubungkan dengan P5.

“Pengalaman tahun lalu membuat kami menyadari pentingnya kaitan penelitian dengan pelajaran sekolah,” timpal Arbendi I Tue, guru pendamping.

Arben, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa guru hanya berperan sebagai pendamping dan pengarah dalam penelitian. Mulai bulan Juli, ia melakukan penjaringan. Setelah terpilih, mereka mulai mencari ide untuk penelitian.

“Setelah menyeleksi beberapa ide, akhirnya diputuskan untuk membuat pewarna kain organik,” jelas Arben.

Kepala SMPN 3 Palangka Raya, Hj Wahidah, menyatakan rasa bangganya atas prestasi anak didiknya. Dia ingin anak-anak memiliki kesempatan untuk menunjukkan potensi dan meraih prestasi yang mereka inginkan. Wahidah berharap pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap penelitian yang dilakukan para pelajar di Kota Palangka Raya.

Setelah kegiatan ini, lanjutnya, pada Januari 2025 nanti David dan April akan mengikuti lagi perlombaan yang diadakan IYSA dan Institut Pertanian Bogor, dengan mengusung penelitian mengenai teknologi pertanian untuk ajang kompetisi internasional bernama Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) 2025.

“Saya sangat bangga dengan David dan April, semoga prestasi yang didapatkan mereka bisa menjadi motivasi bagi anak didik lain dan para pelajar pada umumnya,” ucap Wahidah sembari tersenyum ke arah David dan April. (ce/ram)

DAVID Jesse Manuah Patianom dan Aprila Christina Amiany, pelajar dari SMPN 3 Palangka Raya menyabet medali perak dalam ajang International Science and Invention Fair (ISIF) 2024. Ajang tersebut diselenggarakan 5-10 November di Balai Diklat Industri, Denpasar, Bali.

Ada 973 tim peserta dari 24 negara. Mulai dari Indonesia, Kazakhstan, India, Iran, hingga Rusia berpartisipasi dalam ajang ini. Pesertanya pun dari berbagai jenjang. Dari sekolah dasar hingga universitas. ISIF adalah ajang bergengsi sebagai kegiatan terbesar di Asia yang diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA), bekerja sama dengan berbagai asosiasi peneliti internasional.

Tahun ini juri berasal dari berbagai negara. Termasuk juri dari India dan Malaysia yang turut menilai hasil penelitian tim SMPN 3 Palangka Raya. Ini merupakan keikutsertaan kedua bagi SMPN 3 Palangka Raya dalam ajang ISIF. Pada 2023 lalu, sekolah ini mengirimkan dua tim dan meraih dua medali perak dari kategori ilmu sosial dan budaya.

Kali ini, tim SMPN 3 Palangka Raya mengusung tema lingkungan. Penelitian berjudul Utilization of Karamunting Fruits as An Alternative Organic Fabric Dyes. Pewarna tekstil sering berdampak buruk pada lingkungan, karena menjadi polusi bagi tanah dan air. Oleh sebab itu, Mereka ingin mencari alternatif pewarna kain yang ramah lingkungan.

“Bersama April, akhirnya membedah khasiat buah karamunting,” kata David kepada Kalteng Pos, Senin (11/11/2024).

Aprila menimpali, buah karamunting mudah ditemukan di Pulau Kalimantan, yang menjadi salah satu alasan pemilihan bahan penelitian ini. “Buah karamunting biasanya hanya dijadikan makanan atau mainan, tetapi kami melihat potensi warnanya untuk dijadikan pewarna kain,” ungkap Aprila.

Selama satu bulan mereka melakukan berbagai uji coba. Dari pagi hingga malam. Proses dimulai dengan mencari buah karamunting di hutan hingga membuat pewarna kain, meski beberapa kali gagal.

Baca Juga :  Melihat Aktivitas Pedagang di Pasar Kahayan Kala Banjir Melanda

“Percobaan pertama kami gagal, karena kulit buahnya tidak dikupas dan kainnya tidak dibasahi, sehingga hasilnya tampak kotor dan berjamur,” jelas pemuda kelahiran tahun 2011 ini.

Tidak ingin menyerah, dengan bimbingan Arben dan Lucia, David dan April terus mencoba, hingga akhirnya percobaan ketiga berhasil. “Kami juga mencari referensi dari artikel internasional dan buku,” ujar David.

Dalam penelitian ini, mereka menggunakan kain satin. David menjelaskan bahwa pewarna alami ini tetap tahan lama setelah diberi cairan pengikat berupa air lemon dan garam.

“Kami sudah mencuci kain ini dengan detergen dan menjemurnya tiga kali, hasilnya warna kain tidak pudar,” ungkapnya.

Setelah melalui proses yang menguras tenaga, penelitian mereka berbuah hasil. “Ke depannya, kami berencana untuk mencoba menghasilkan warna merah, karena dalam penelitian ini baru menghasilkan warna ungu,” terang pelajar alumnus SDN 4 Menteng itu.

David dan April mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menulis paper, karena belum pernah melakukan penulisan ilmiah. Namun, dengan dukungan dari kedua guru pendamping, mereka berhasil menyelesaikan.

Selain itu, guru Bahasa Inggris mereka, Sista Safitri Laksanawati, juga turut membantu dalam persiapan lomba, khususnya dalam aspek pelafalan, bahasa tubuh, dan public speaking.

Ajang kompetisi ISIF 2024 berbentuk pameran, di mana tiap tim memiliki booth untuk memamerkan hasil penelitian. Selain menghadapi juri, mereka juga harus menjelaskan penelitian kepada peserta lain, pengawas dari tim lain, maupun kepada pengunjung yang ingin tahu.

Meski merasa gugup, David dan April berhasil mempresentasi karya mereka di hadapan juri hingga memperoleh medali perak.

Salah satu guru pendamping, Lucia Isadora, menjelaskan bahwa tiap lomba penelitian memiliki tema berbeda, sehingga pemilihan tema bergantung pada kemampuan pelajar. Anak-anak diberi kesempatan melalui ekstrakurikuler untuk ikut penelitian.

Baca Juga :  Prof Danes Dikenal sebagai Sosok Pekerja Keras dan Pembawa Perubahan

“Lalu kami koordinasikan dengan orang tua terkait pendanaan,” ujarnya.

Tim ini terdiri dari anak didik yang mengikuti ekstrakurikuler Bahasa Inggris dan diberi tawaran untuk ikut serta dalam penelitian. Setelah diskusi antara pelajar dan guru pendamping, diputuskan untuk mengambil tema yang sesuai kemampuan mereka, yang juga dihubungkan dengan P5.

“Pengalaman tahun lalu membuat kami menyadari pentingnya kaitan penelitian dengan pelajaran sekolah,” timpal Arbendi I Tue, guru pendamping.

Arben, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa guru hanya berperan sebagai pendamping dan pengarah dalam penelitian. Mulai bulan Juli, ia melakukan penjaringan. Setelah terpilih, mereka mulai mencari ide untuk penelitian.

“Setelah menyeleksi beberapa ide, akhirnya diputuskan untuk membuat pewarna kain organik,” jelas Arben.

Kepala SMPN 3 Palangka Raya, Hj Wahidah, menyatakan rasa bangganya atas prestasi anak didiknya. Dia ingin anak-anak memiliki kesempatan untuk menunjukkan potensi dan meraih prestasi yang mereka inginkan. Wahidah berharap pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap penelitian yang dilakukan para pelajar di Kota Palangka Raya.

Setelah kegiatan ini, lanjutnya, pada Januari 2025 nanti David dan April akan mengikuti lagi perlombaan yang diadakan IYSA dan Institut Pertanian Bogor, dengan mengusung penelitian mengenai teknologi pertanian untuk ajang kompetisi internasional bernama Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) 2025.

“Saya sangat bangga dengan David dan April, semoga prestasi yang didapatkan mereka bisa menjadi motivasi bagi anak didik lain dan para pelajar pada umumnya,” ucap Wahidah sembari tersenyum ke arah David dan April. (ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/