Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Bangunan Didirikan Tahun 1937, Awalnya Hanya 8×8 Meter

Setelah mengulas tiga masjid kuno di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), kali ini Kalteng Pos akan membahas tempat ibadah bersejarah di Kota Kasongan, Kabupaten Katingan. Ada satu masjid tua di daerah ini. Namanya Masjid Nurul Iman Muhammadiyah. 

Jeri, Kasongan

MUNGKIN selama ini banyak yang belum tahu jika Masjid Nurul Iman yang terletak di Jalan Semadi, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan merupakan satu-satunya masjid tua di Kota Kasongan. Masjid ini didirikan jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1937.

Kamis pagi (14/4), saya (penulis) menyambangi masjid berkubah hijau tersebut. Dari kejauhan, bangunan yang berlokasi di Jalan Semadi itu sudah terlihat kemegahannya. Kubahnya begitu besar. Didominasi warna hijau. Makin dekat makin tampak jelas kemegahan bagunan masjid. Umbul-umbul dan spanduk ucapan Ramadan dari pejabat kabupaten maupun provinsi terpasang di seputaran masjid.

Sekeliling bangunan masjid berwarna krem, pilar tiang warna cokelat muda, dan kubah warna hijau. Juga sudah ada tembok keliling menggunakan stainless steel. Masjid ini memiliki dua lahan parkir. Yakni dalam area masjid dan satu lahan parkir lagi terpisah oleh badan jalan. Jaraknya hanya beberapa meter dari bangunan masjid. Di area masjid juga terdapat tiga sekolah. PAUD, TK, dan MTs Muhammadiyah Kasongan.

Baca Juga :  Wisata Religi Mampu Mendongkrak Perekonomian

Ketika tiba di masjid ini, saya bertemu dengan seorang pria paruh baya. Namanya Dzawidul. Ia merupakan penasihat Masjid Nurul Iman Muhammadiyah Kasongan. Ia pun menceritakan kisah awal berdirinya tempat ibadah umat muslim ini. Kala itu hanya ada ia seorang diri. Tidak ada pengurus lain.

Obrolan kami terus mengalir. Dzawidul masih ingat betul ihwal dibangunnya Masjid Nurul Iman. Dikatakannya, masjid ini dibangun atas inisiatif beberapa orang pendiri. Kala itu organisasi masyarakat Muhammadiyah sudah masuk ke wilayah Kasongan. Namun belum ada tempat ibadah dan menjalankan salat.

“Waktu itu tokoh-tokoh agama Islam melaksanakan salat di rumah. Kemudian muncul pemikiran untuk membangun masjid sebagai sarana beribadah. Akan tetapi perihal pemberian nama Masjid Nurul Iman, saya tidak tahu pasti,” ucapnya. 

Baca Juga :  Kelotok Dinas Terbalik, Bingung Mencari Transportasi Pengganti

Kemudian pada tahun 1937, masjid mulai dibangun. Proses pembangunannya tak lepas dari peran serta banyak tokoh, sehingga masjid bisa berdiri megah dan kokoh hingga sekarang ini.  Ada sejumlah tokoh Islam Muhammadiyah yang cukup berandil dalam pembangunan masjid ini. Antara lain Rapet Muhammad, Atak, Dullah, Litang, serta sejumlah tokoh lainnya di Kasongan. “Masjid Nurul Iman ini awalnya berupa masjid kecil dengan ukuran 8×8 meter,” tutur Dzawidul.

Kini bangunan masjid sudah berdiri kokoh dan megah dengan tiga lantai. Masih ada item bangunan lama yang tersisa dan utuh hingga kini. Apa saja itu? Simak ulasannya pada edisi besok, Sabtu (16/4). (bersambung/ce/ala/ko)

Setelah mengulas tiga masjid kuno di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), kali ini Kalteng Pos akan membahas tempat ibadah bersejarah di Kota Kasongan, Kabupaten Katingan. Ada satu masjid tua di daerah ini. Namanya Masjid Nurul Iman Muhammadiyah. 

Jeri, Kasongan

MUNGKIN selama ini banyak yang belum tahu jika Masjid Nurul Iman yang terletak di Jalan Semadi, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan merupakan satu-satunya masjid tua di Kota Kasongan. Masjid ini didirikan jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1937.

Kamis pagi (14/4), saya (penulis) menyambangi masjid berkubah hijau tersebut. Dari kejauhan, bangunan yang berlokasi di Jalan Semadi itu sudah terlihat kemegahannya. Kubahnya begitu besar. Didominasi warna hijau. Makin dekat makin tampak jelas kemegahan bagunan masjid. Umbul-umbul dan spanduk ucapan Ramadan dari pejabat kabupaten maupun provinsi terpasang di seputaran masjid.

Sekeliling bangunan masjid berwarna krem, pilar tiang warna cokelat muda, dan kubah warna hijau. Juga sudah ada tembok keliling menggunakan stainless steel. Masjid ini memiliki dua lahan parkir. Yakni dalam area masjid dan satu lahan parkir lagi terpisah oleh badan jalan. Jaraknya hanya beberapa meter dari bangunan masjid. Di area masjid juga terdapat tiga sekolah. PAUD, TK, dan MTs Muhammadiyah Kasongan.

Baca Juga :  Wisata Religi Mampu Mendongkrak Perekonomian

Ketika tiba di masjid ini, saya bertemu dengan seorang pria paruh baya. Namanya Dzawidul. Ia merupakan penasihat Masjid Nurul Iman Muhammadiyah Kasongan. Ia pun menceritakan kisah awal berdirinya tempat ibadah umat muslim ini. Kala itu hanya ada ia seorang diri. Tidak ada pengurus lain.

Obrolan kami terus mengalir. Dzawidul masih ingat betul ihwal dibangunnya Masjid Nurul Iman. Dikatakannya, masjid ini dibangun atas inisiatif beberapa orang pendiri. Kala itu organisasi masyarakat Muhammadiyah sudah masuk ke wilayah Kasongan. Namun belum ada tempat ibadah dan menjalankan salat.

“Waktu itu tokoh-tokoh agama Islam melaksanakan salat di rumah. Kemudian muncul pemikiran untuk membangun masjid sebagai sarana beribadah. Akan tetapi perihal pemberian nama Masjid Nurul Iman, saya tidak tahu pasti,” ucapnya. 

Baca Juga :  Kelotok Dinas Terbalik, Bingung Mencari Transportasi Pengganti

Kemudian pada tahun 1937, masjid mulai dibangun. Proses pembangunannya tak lepas dari peran serta banyak tokoh, sehingga masjid bisa berdiri megah dan kokoh hingga sekarang ini.  Ada sejumlah tokoh Islam Muhammadiyah yang cukup berandil dalam pembangunan masjid ini. Antara lain Rapet Muhammad, Atak, Dullah, Litang, serta sejumlah tokoh lainnya di Kasongan. “Masjid Nurul Iman ini awalnya berupa masjid kecil dengan ukuran 8×8 meter,” tutur Dzawidul.

Kini bangunan masjid sudah berdiri kokoh dan megah dengan tiga lantai. Masih ada item bangunan lama yang tersisa dan utuh hingga kini. Apa saja itu? Simak ulasannya pada edisi besok, Sabtu (16/4). (bersambung/ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/