Fauna yang hidup di hutan Kalteng harus terus dilestarikan. Peran mereka sangat krusial dalam menjaga fungsi ekosistem. Salah satu fauna penting itu adalah owa. Populasi primata tersebut kini sedang terancam. Generasi muda diharapkan mampu menyadari arti penting owa bagi keseimbangan ekosistem.
AKHMAD DHANI, Palangka Raya
OWA tak bisa bernyanyi. Asap kebakaran hutan mengganggu pita suaranya. Ia terbatuk-batuk. Primata tersebut tak mampu lagi menghibur seisi hutan. Padahal, saban hari ia terus menghibur para penghuni hutan dengan suara khasnya: “Owa, owa, owa,” seraya bergelantungan di atas pohon, berjalan-jalan untuk menghibur seisi hutan.
“Aku tidak mampu bernyanyi lagi, suaraku tidak bisa keluar, uhuk, uhuk, uhuk,” keluh owa sembari terbatuk-batuk. Owa itu diperankan oleh Staf Divisi Edukasi dan Komunikasi Yayasan Borneo Nature Fondation (BNF) Indonesia, Abdul Khafidz.
Teater tersebut dipertontonkan oleh Yayasan BNF, bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya, di Aula Dinas Kehutanan Kalteng, Selasa pagi (24/10). Pada teater bertajuk Petualangan Owa, yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Owa Internasional itu, mengundang anak didik dari 10 TK se-Kota Palangka Raya.
Tak berselang lama, owa yang sibuk berjalan-jalan keliling hutan di tengah pekatnya kabut asap, berjumpa dengan beruang madu. Beruang madu pun turut terganggu dengan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ia berjalan-jalan keliling hutan, sampai akhirnya bertemu si owa. Owa pun menyampaikan keluhannya kepada beruang madu, bahwa ia tak mampu lagi bernyanyi untuk menghibur seisi hutan. Ia pun meminta kepada beruang madu untuk bernyanyi menggantikannya.
“Aku tidak bisa bernyanyi, owa. Aku tidak bisa mengeluarkan suara indah sepertimu,” kata beruang.
Mendengar itu, owa pun bersedih sambil terbatuk-batuk. Ia lantas membujuk beruang madu itu untuk bernyanyi. Namun beruang madu tetap menolak dengan alasan tidak bisa. Namun, akhirnya beruang madu bersedia bernyanyi. Akan tetapi, si owa mengeluh karena terdengar sangat menyeramkan. Suara beruang itu bukanlah nyanyian. Lebih mirip dengusan untuk menakut-nakuti.
“Hentikan, suaramu membuatku takut, sudah, hentikan!” kata owa dengan suara serak.
Penampilan owa dalam teater itu disambut riuh oleh puluhan anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Palangka Raya.
Kepala Operasional BNF, Tjatur Setyo Basuki menjelaskan, tiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Owa Sedunia. Owa merupakan primata yang tidak memiliki ekor. Berbeda dengan monyet.
Menurut Tjatur, keberadaannya sangat penting bagi keseimbangan ekosistem. Dalam kehidupan sehari-hari, owa makan tumbuhan yang ada di hutan. Owa mampu menyebarkan biji di hutan yang dapat bermanfaat bagi ekosistem.
“Tetapi kondisi sesungguhnya tidak baik-baik saja, karena banyak ancaman terhadap kehidupan owa akibat rusaknya hutan, kan hidupnya di atas pohon,” jelas Tjatur.
Tjatur menjelaskan, primata owa tidak berjalan di tanah seperti hewan lainnya, melainkan bergelantungan di pohon. Karena itu, kondisi hutan yang baik sangat dibutuhkan agar kehidupan owa tetap lestari.
“Hampir jarang atau hampir tidak pernah hidup di lantai hutan, owa hidupnya di atas pohon. Jadi kalau pohonnya hilang atau terbakar, tentu akan mengancam habitat mereka,” jelasnya.
Menurut Tjatur, kegiatan yang diselenggarakan pihaknya itu dalam rangka menanamkan nilai-nilai dan kesadaran kepada anak-anak selaku generasi muda agar mereka dapat melestarikan owa demi kelangsungan lingkungan hidup primata itu ke depannya.
“Sebenarnya ini sebuah pendekatan jangka panjang untuk tujuan jangka panjang, agar nilai-nilai itu bisa tertanam di dalam diri anak-anak, karena mereka adalah para pengambil kebijakan di masa depan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya, Achmad Zaini mengatakan, edukasi bagi anak-anak yang dikemas dengan cara yang menyenangkan akan menanamkan kesadaran lebih jauh sehingga akan membekas sampai mereka dewasa nanti.
Kegiatan serupa perlu untuk terus dilakukan guna tujuan jangka panjang. Menyiapkan sumber daya yang peduli terhadap pelestarian lingkungan merupakan aset yang sangat berharga di masa depan.
“Bagi kami anak-anak adalah masa depan. Merekalah yang nantinya mengambil keputusan-keputusan di masa depan. Karena itu, menjadi penting bagi kami mengintervensi sejak dini, menanamkan kesadaran itu dalam diri mereka dari sekarang,” katanya.
Pernyataan itu diungkapkan Zaini terkait pelaksanaan peringatan Hari Owa Internasional di Kota Palangka Raya yang diinisiasi BNF, dikemas dengan kegiatan petualangan owa dengan tema; Pelajari Alam, Cinta Alam, Tetap Dekat dengan Alam.
Staf Edukasi BNF Indonesia, Abdul Khafidz menerangkan, peringatan Hari Owa Internasional tahun ini diikuti anak-anak dari 10 lembaga pendidikan anak usia dini di Kota Palangka Raya. Digelar dengan menghadirkan sejumlah metode edukasi.
“Ada kegiatan mewarnai topeng owa, pembuatan wayang owa atau merangkai potongan gambar hingga terbentuk gambar owa, pertunjukan edukatif, serta penyampaian cerita atau dongeng,” bebernya.
Melalui metode-metode yang menyenangkan itu, diharapkan nilai-nilai edukasi lebih mudah diterima anak-anak dan akan menjadi memori positif yang tersimpan dalam pikiran dan hati mereka hingga ke masa depan. (ce/ram)