Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Anne Angelina, Perempuan Kalteng yang Menjadi Translator pada Forum G20 Bali (1)

Berkumpul dengan Jurnalis Berbagai Negara, 30 Menit Terjemahkan Siaran Pers

Anne Angelina merupakan satu-satunya orang Kalteng yang menjadi penerjemah di KTT G20. Forum internasional yang mempertemukan para pemimpin negara besar di dunia. Segudang pengalaman didapatkannya. Dari yang menyenangkan hingga bikin tegang. Berikut ulasan perjalanan Anne sebagai penerjemah di forum multilateral terbesar di dunia ini.  

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

RASA bangga dan senang bercampur aduk jadi satu. Perasaan itulah yang memenuhi diri Anne Angelina, usai mendapat kabar terpilih menjadi salah satu petugas penerjemah pada Forum KTT G20 di Nusa Dua, Bali. Forum multilateral terbesar yang mempertemukan para pemimpin dari negara-negara besar di dunia.

Pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng itu tak menyangka bisa terpilih menjadi salah satu translator pada forum internasional tersebut. Kepada Kalteng Pos, Anne lantas menceritakan pengalamannya hingga bisa melihat langsung para pemimpin dari negara-negara besar dunia di KTT G20.

Awalnya Anne sempat mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) lisan lanjutan penerjemahan bahasa Inggris yang diadakan oleh Sekretariat Kabinet (Setkab). Wanita kelahiran 1982 itu merupakan penerjemah pemerintah provinsi yang dibina langsung oleh Setkab. Saat mengikuti diklat yang diadakan pada Juli lalu, Anne meraih peringkat satu, mengungguli para peserta lainnya yang datang dari nerbagai daerah di Indonesia.

“Jadi diklat itu mungkin salah satu dasar mengapa saya dipilih menjadi penerjemah di KTT G20. Dalam diklat itu saya dapat peringkat pertama, menjalani diklat selama seminggu di Kemensetneg,” beber Anne saat ditemui Kalteng Pos, Kamis (24/11/2022).

Baca Juga :  Anggota Dewan Apresiasi Distransnakerkop

Anne menyebut, keluarga dan teman-temannya ikut merasa bangga. Sejak tanggal 12 hingga 17 November Anne mulai bertugas. Dengan penuh rasa bangga dan berbekal kemampuan yang dimiliki, Anne pun penuh percaya diri menjalankan tugas sebagai penerjemah di forum multilateral itu.

Dalam forum ini, ia bergabung dalam tim penerjemah yang bertugas menerjemahkan kalimat dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris atau sebaliknya, kepada para delegasi dari berbagai negara.

Tim penerjemah beranggotakan 14 orang yang merupakan gabungan lima orang penerjemah Pemerintah Sekretariat Kabinet, tujuh orang penerjemah Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI, satu orang dari Kementerian Hukum dan HAM RI, dan satu orang dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang bertugas untuk menerjemahkan siaran pers, hasil rapat KTT, takarir foto (caption foto), dan deklarasi para kepala negara pada KTT G20 Bali, baik sebelum, selama, maupun sesudah KTT G20.

Perempuan berambut seleher itu mengungkapkan bahwa jadwalnya sangat padat selama bertugas. Siaran pers terus berdatangan untuk diterjemahkan, sementara waktu penerjemahan hanya 30 menit, mengingat waktu pemberitaan terus berjalan 24 jam. Setiap kedatangan para pemimpin negara, adanya berita dan foto baru dari tiap kunjungan, pertemuan bilateral, gala dinner, dan lainnya, para penerjemah harus siap untuk segera menerjemahkan bahan yang sudah ditugaskan. Itulah yang dikerjakannya bersama rekan tim.

“Jadi tiap hari itu kami bertugas secara rolling, itu pun tidak ada jadwal yang rigid, saling bagi-bagi tugas saja, yang lebih dahulu selesai, bantu yang belum, kami harus tetap stand by untuk menerjemahkan, tergantung kondisi di forum, kapan para kepala negara pulang, sesuai waktu itu,” tuturnya penuh semangat.

Baca Juga :  Mengunjungi Posko Layanan Cepat Emergency Call 112 Kota Kita

Anne mendapat tugas untuk menerjemahkan pers rilis dan deklarasi. “Pers rilis singkat, cuman satu halaman, tapi kalau deklarasi itu bisa tebal sekali, makanya kami bagi-bagi tugas kalau menerjemahkan teks deklarasi,” ungkapnya.

Hal menyenangkan yang dirasakan Anne adalah bisa bertemu dengan teman seprofesi sebagai penerjemah. Lokasi penerjemahan yang mana menjadi kantor mereka selama bertugas, bertempat di Media Center, Bali International Convention Center (BICC). Selain para penerjemah, di tempat itu juga berkumpul para jurnalis dari berbagai media nasional maupun internasional. Semuanya berkumpul di tempat itu untuk memproduksi berita dan rilis.

“Dalam satu ruangan yang besar banget, kami kumpul dengan media nasional maupun internasional, mereka kumpul dengan bahasa masing-masing, saya juga sempat kenalan dengan beberapa jurnalis dari media internasional,” ungkapnya.

Berseberangan dengan BICC wadah mereka bekerja selama dilangsungkannya KTT G20 itu, berdiri megah gedung konferensi yang menjadi wadah konferensi para kepala negara.

“Bagiku ini seperti ikut menjadi bagian dalam sejarah, walau hanya bertugas menerjemahkan deklarasi, itu bagian dari sejarah juga,” ucapnya.

“Saya bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung, satu ruangan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres,” pungkasnya. (*/bersambung/ce/ala)

Anne Angelina merupakan satu-satunya orang Kalteng yang menjadi penerjemah di KTT G20. Forum internasional yang mempertemukan para pemimpin negara besar di dunia. Segudang pengalaman didapatkannya. Dari yang menyenangkan hingga bikin tegang. Berikut ulasan perjalanan Anne sebagai penerjemah di forum multilateral terbesar di dunia ini.  

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

RASA bangga dan senang bercampur aduk jadi satu. Perasaan itulah yang memenuhi diri Anne Angelina, usai mendapat kabar terpilih menjadi salah satu petugas penerjemah pada Forum KTT G20 di Nusa Dua, Bali. Forum multilateral terbesar yang mempertemukan para pemimpin dari negara-negara besar di dunia.

Pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng itu tak menyangka bisa terpilih menjadi salah satu translator pada forum internasional tersebut. Kepada Kalteng Pos, Anne lantas menceritakan pengalamannya hingga bisa melihat langsung para pemimpin dari negara-negara besar dunia di KTT G20.

Awalnya Anne sempat mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) lisan lanjutan penerjemahan bahasa Inggris yang diadakan oleh Sekretariat Kabinet (Setkab). Wanita kelahiran 1982 itu merupakan penerjemah pemerintah provinsi yang dibina langsung oleh Setkab. Saat mengikuti diklat yang diadakan pada Juli lalu, Anne meraih peringkat satu, mengungguli para peserta lainnya yang datang dari nerbagai daerah di Indonesia.

“Jadi diklat itu mungkin salah satu dasar mengapa saya dipilih menjadi penerjemah di KTT G20. Dalam diklat itu saya dapat peringkat pertama, menjalani diklat selama seminggu di Kemensetneg,” beber Anne saat ditemui Kalteng Pos, Kamis (24/11/2022).

Baca Juga :  Anggota Dewan Apresiasi Distransnakerkop

Anne menyebut, keluarga dan teman-temannya ikut merasa bangga. Sejak tanggal 12 hingga 17 November Anne mulai bertugas. Dengan penuh rasa bangga dan berbekal kemampuan yang dimiliki, Anne pun penuh percaya diri menjalankan tugas sebagai penerjemah di forum multilateral itu.

Dalam forum ini, ia bergabung dalam tim penerjemah yang bertugas menerjemahkan kalimat dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris atau sebaliknya, kepada para delegasi dari berbagai negara.

Tim penerjemah beranggotakan 14 orang yang merupakan gabungan lima orang penerjemah Pemerintah Sekretariat Kabinet, tujuh orang penerjemah Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI, satu orang dari Kementerian Hukum dan HAM RI, dan satu orang dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang bertugas untuk menerjemahkan siaran pers, hasil rapat KTT, takarir foto (caption foto), dan deklarasi para kepala negara pada KTT G20 Bali, baik sebelum, selama, maupun sesudah KTT G20.

Perempuan berambut seleher itu mengungkapkan bahwa jadwalnya sangat padat selama bertugas. Siaran pers terus berdatangan untuk diterjemahkan, sementara waktu penerjemahan hanya 30 menit, mengingat waktu pemberitaan terus berjalan 24 jam. Setiap kedatangan para pemimpin negara, adanya berita dan foto baru dari tiap kunjungan, pertemuan bilateral, gala dinner, dan lainnya, para penerjemah harus siap untuk segera menerjemahkan bahan yang sudah ditugaskan. Itulah yang dikerjakannya bersama rekan tim.

“Jadi tiap hari itu kami bertugas secara rolling, itu pun tidak ada jadwal yang rigid, saling bagi-bagi tugas saja, yang lebih dahulu selesai, bantu yang belum, kami harus tetap stand by untuk menerjemahkan, tergantung kondisi di forum, kapan para kepala negara pulang, sesuai waktu itu,” tuturnya penuh semangat.

Baca Juga :  Mengunjungi Posko Layanan Cepat Emergency Call 112 Kota Kita

Anne mendapat tugas untuk menerjemahkan pers rilis dan deklarasi. “Pers rilis singkat, cuman satu halaman, tapi kalau deklarasi itu bisa tebal sekali, makanya kami bagi-bagi tugas kalau menerjemahkan teks deklarasi,” ungkapnya.

Hal menyenangkan yang dirasakan Anne adalah bisa bertemu dengan teman seprofesi sebagai penerjemah. Lokasi penerjemahan yang mana menjadi kantor mereka selama bertugas, bertempat di Media Center, Bali International Convention Center (BICC). Selain para penerjemah, di tempat itu juga berkumpul para jurnalis dari berbagai media nasional maupun internasional. Semuanya berkumpul di tempat itu untuk memproduksi berita dan rilis.

“Dalam satu ruangan yang besar banget, kami kumpul dengan media nasional maupun internasional, mereka kumpul dengan bahasa masing-masing, saya juga sempat kenalan dengan beberapa jurnalis dari media internasional,” ungkapnya.

Berseberangan dengan BICC wadah mereka bekerja selama dilangsungkannya KTT G20 itu, berdiri megah gedung konferensi yang menjadi wadah konferensi para kepala negara.

“Bagiku ini seperti ikut menjadi bagian dalam sejarah, walau hanya bertugas menerjemahkan deklarasi, itu bagian dari sejarah juga,” ucapnya.

“Saya bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung, satu ruangan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres,” pungkasnya. (*/bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/