Kamis, Juli 4, 2024
31.1 C
Palangkaraya

Tak Kalah Seru dari MotoGP, Berharap Event Besar Digelar Lagi

Animo Masyarakat Menyaksikan Kejuaraan Dunia di Kota Cantik

Kejuaraan dunia balap sepeda gunung yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya sukses besar. Promosi yang digaungkan kurang lebih dua bulan terakhir, berhasil menyedot perhatian khalayak luas. Animo masyarakat untuk menonton luar biasa. Rela merogoh kocek yang dalam untuk datang menyaksikan langsung perlombaan bertajuk UCI MTB Eliminator World Cup 2022 ini.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

WARGA berbondong-bondong mendatangi lokasi pelaksanaan UCI MTB Eliminator World Cup 2022 seri-8. Ini momen yang langka. Apalagi event dunia ini pertama kali digelar di Palangka Raya, diikuti para atlet dari 34 negara, dan ditayangkan stasiun televisi di 132 negara. Otomatis mendapat sambutan yang sangat meriah dari masyarakat Kota Cantik –julukan Kota Palangka Raya. Ribuan orang datang untuk menyaksikan event yang digelar di kawasan Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya, Minggu (28/8).

Sorak-sorai penonton terdengar sepanjang perlombaan. Ada tiga lokasi yang disiapakan untuk masyarakat yang ingin menyaksikan langsung. Pertama, tribun premium. Penonton yang ingin menyaksikan dari dekat perlombaan ini membeli tiket dekat biaya Rp500.000 per kursi. Kedua adalah tribun penonton tanpa kursi, dengan harga tiket Rp250.000. Kemudian ada satu lokasi lagi, yakni lajur kanan Jalan Tjilik Riwut Km 5. Lokasi ini diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin menonton secara gratis. Ada juga terdapat bazar UMKM dan para pedagang kaki lima di sebelah arena balap sepeda gunung. 

Kegiatan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Selain balapan sepeda gunung, ditampilkan juga aspek kebudayaan, agar dapat dikenal oleh orang-orang di luar Kalteng yang ikut menyaksikan perlombaan melalui media elektronik.

Sebagaimana yang diutarakan Yustinus, warga yang menonton balapan dari lajur kanan Jalan Tjilik Riwut Km 5. Ia mengaku tidak punya hobi olahraga sepeda gunung. Namun ia menyukai aspek kesenian dan kebudayaan yang ditampilkan pada kegiatan ini.

Baca Juga :  Mengurangi Sampah Organik, Produknya Bermanfaat untuk Pakan Ternak

“Saya pencinta seni budaya saja,” tuturnya.

“Biasanya kan event lokal saja ada pengenalan budaya seperti ini, kadang-kadang event nasional, apalagi ini kan event internasional,” ucapnya bersemangat.

Selain keinginannya untuk melihat seni budaya, Yustinus mengaku termotivasi karena event yang diselenggarakan ini merupakan event internasional yang langka diadakan di Palangka Raya. “Alasan terbesar ke sini, ya melihat seni budaya yang ditampilkan. Selain itu, ini kan event langka, event internasional yang jarang ada di Palangka Raya, apalagi masyarakat haus hiburan setelah melewati dua tahun pandemi,” ucapnya. 

Masih di lokasi yang sama, Tri Nugroho mengaku event yang diselenggarakan ini sangat bagus dan pertama kali diselenggarakan di Indonesia. “Ini sangat keren. Kerennya karena pertama kali dilaksanakan di Indonesia, termasuk di Asia Tenggara,” ucapnya.

Pria berusia 30 tahun itu berharap event seperti ini diadakan kembali ke depannya. “Masyarakat antusias sekali. Juga sukses terlaksana, meski baru pertama kali, semoga event ini bisa dilaksanakan lagi ke depannya,” tuturnya. 

Ia mengaku dengan adanya event ini bisa membuka wawasannya soal dunia olahraga balap sepeda. Ia ikut menonton karena ingin menyukseskan perhelatan dunia ini. “Event seperti ini membuka wawasan kita. Kegiatan seperti ini berarti namanya ini. Untuk kegiatan seperti ini kira-kira tidak banyak yang ada, ternyata baru ngeh kalau ada. Dan langsung nonton. Menonton itu kan sama saja dengan ikut menyukseskan ya, memberikan semangat, doa, terutama untuk tim Indonesia supaya menang,” tuturnya. 

Ia juga berharap fasilitas yang telah dibangun ini bisa difungsikan lagi untuk kegiatan-kegiatan ke depan yang berkaitan dengan lomba balap sepeda gunung, baik tingkat lokal maupun nasional.

“Untuk UCI, kalau event ini dilaksanakan lagi di sini, kami masyarakat akan menyambut dan ikut menyukseskan. Sirkuit yang sudah dibuat ini ke depannya bisa difungsikan lagi untuk kegiatan-kegiatan lokal maupun nasional,” tuturnya.

“Yang jelas saya sebagai masyarakat berterima kasih kepada Gubernur Kalteng yang sudah menyediakan fasilitas gratis agar masyarakat bisa ikut menonton dan memeriahkan,” tambahnya. 

Baca Juga :  Tak Hanya Daging, Kulit dan Tulang pun Bisa Dijadikan Rupiah

Di tribun yang berbeda, yakni tribun berdiri, tempat penonton dapat melihat perlombaan dari jarak dekat, Wahyu sebagai salah satu penonton mengaku menyukai olahraga balapan ini. Ia termotivasi menonton karena ingin menyaksikan langsung kejuaraan olahraga balap sepeda gunung dunia seperti halnya MotoGP dan F1 yang sering ia ikuti perkembangannya.  

“Saya memang lebih suka balapan seperti MotoGP dan F1, pokoknya olahraga balapan lah. Jadi karena enggak bisa nonton MotoGP ke Lombok, tidak bisa nonton F1 ke Singapura, ya udah nonton UCI MTB saja, sama-sama balapan kok,” tuturnya. 

Ia mengaku bahwa balapan sepeda gunung ini tidak kalah seru dari MotoGP. Terbukti, antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk datang menyaksikan langsung.

“Kalau harapan saya sebagai pencinta olahraga balap, enggak cuman yang kayak gini ya, semoga ke depannya ada road race antarkota, misalkan dari Sukamara sampai Puruk Cahu gitu, tapi berseri, seperti Tour De Singkarak di Padang, Sumatera Barat,” ujarnya.

“Namun kalau mau yang seperti itu, infrastruktur antarkabupaten harus baik, kan mantap tuh track-nya, dari Muara Teweh ke Puruk Cahu kan tanjakan semua,” tambahnya. 

Sementara, Mulyadi dari anggota rombongan Healty Cycling Community (HCC) Palangka Raya, mengaku rela merogoh kocek 250 ribu demi bisa menyaksikan tim nasional MTB Indonesia berlaga dalam event ini.

“Melihat timnas dengan tim luar, timnas kita sekarang sudah ada kemajuan, makin banyak orang yang tertarik dengan olahraga ini, komunitas sepeda pun makin banyak, termasuk di Palangka Raya,” ucapnya. Rekan komunitasnya, Hery menambahkan bahwa event internasional ini dapat memotivasi masyarakat untuk lebih sering bersepeda.

“Event ini memotivasi kawan-kawan yang di sini, jadi banyak yang suka gowes gitu, karena memang bagus untuk kesehatan,” ucapnya. (*/ce/ala/ko) 

Animo Masyarakat Menyaksikan Kejuaraan Dunia di Kota Cantik

Kejuaraan dunia balap sepeda gunung yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya sukses besar. Promosi yang digaungkan kurang lebih dua bulan terakhir, berhasil menyedot perhatian khalayak luas. Animo masyarakat untuk menonton luar biasa. Rela merogoh kocek yang dalam untuk datang menyaksikan langsung perlombaan bertajuk UCI MTB Eliminator World Cup 2022 ini.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

WARGA berbondong-bondong mendatangi lokasi pelaksanaan UCI MTB Eliminator World Cup 2022 seri-8. Ini momen yang langka. Apalagi event dunia ini pertama kali digelar di Palangka Raya, diikuti para atlet dari 34 negara, dan ditayangkan stasiun televisi di 132 negara. Otomatis mendapat sambutan yang sangat meriah dari masyarakat Kota Cantik –julukan Kota Palangka Raya. Ribuan orang datang untuk menyaksikan event yang digelar di kawasan Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya, Minggu (28/8).

Sorak-sorai penonton terdengar sepanjang perlombaan. Ada tiga lokasi yang disiapakan untuk masyarakat yang ingin menyaksikan langsung. Pertama, tribun premium. Penonton yang ingin menyaksikan dari dekat perlombaan ini membeli tiket dekat biaya Rp500.000 per kursi. Kedua adalah tribun penonton tanpa kursi, dengan harga tiket Rp250.000. Kemudian ada satu lokasi lagi, yakni lajur kanan Jalan Tjilik Riwut Km 5. Lokasi ini diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin menonton secara gratis. Ada juga terdapat bazar UMKM dan para pedagang kaki lima di sebelah arena balap sepeda gunung. 

Kegiatan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Selain balapan sepeda gunung, ditampilkan juga aspek kebudayaan, agar dapat dikenal oleh orang-orang di luar Kalteng yang ikut menyaksikan perlombaan melalui media elektronik.

Sebagaimana yang diutarakan Yustinus, warga yang menonton balapan dari lajur kanan Jalan Tjilik Riwut Km 5. Ia mengaku tidak punya hobi olahraga sepeda gunung. Namun ia menyukai aspek kesenian dan kebudayaan yang ditampilkan pada kegiatan ini.

Baca Juga :  Mengurangi Sampah Organik, Produknya Bermanfaat untuk Pakan Ternak

“Saya pencinta seni budaya saja,” tuturnya.

“Biasanya kan event lokal saja ada pengenalan budaya seperti ini, kadang-kadang event nasional, apalagi ini kan event internasional,” ucapnya bersemangat.

Selain keinginannya untuk melihat seni budaya, Yustinus mengaku termotivasi karena event yang diselenggarakan ini merupakan event internasional yang langka diadakan di Palangka Raya. “Alasan terbesar ke sini, ya melihat seni budaya yang ditampilkan. Selain itu, ini kan event langka, event internasional yang jarang ada di Palangka Raya, apalagi masyarakat haus hiburan setelah melewati dua tahun pandemi,” ucapnya. 

Masih di lokasi yang sama, Tri Nugroho mengaku event yang diselenggarakan ini sangat bagus dan pertama kali diselenggarakan di Indonesia. “Ini sangat keren. Kerennya karena pertama kali dilaksanakan di Indonesia, termasuk di Asia Tenggara,” ucapnya.

Pria berusia 30 tahun itu berharap event seperti ini diadakan kembali ke depannya. “Masyarakat antusias sekali. Juga sukses terlaksana, meski baru pertama kali, semoga event ini bisa dilaksanakan lagi ke depannya,” tuturnya. 

Ia mengaku dengan adanya event ini bisa membuka wawasannya soal dunia olahraga balap sepeda. Ia ikut menonton karena ingin menyukseskan perhelatan dunia ini. “Event seperti ini membuka wawasan kita. Kegiatan seperti ini berarti namanya ini. Untuk kegiatan seperti ini kira-kira tidak banyak yang ada, ternyata baru ngeh kalau ada. Dan langsung nonton. Menonton itu kan sama saja dengan ikut menyukseskan ya, memberikan semangat, doa, terutama untuk tim Indonesia supaya menang,” tuturnya. 

Ia juga berharap fasilitas yang telah dibangun ini bisa difungsikan lagi untuk kegiatan-kegiatan ke depan yang berkaitan dengan lomba balap sepeda gunung, baik tingkat lokal maupun nasional.

“Untuk UCI, kalau event ini dilaksanakan lagi di sini, kami masyarakat akan menyambut dan ikut menyukseskan. Sirkuit yang sudah dibuat ini ke depannya bisa difungsikan lagi untuk kegiatan-kegiatan lokal maupun nasional,” tuturnya.

“Yang jelas saya sebagai masyarakat berterima kasih kepada Gubernur Kalteng yang sudah menyediakan fasilitas gratis agar masyarakat bisa ikut menonton dan memeriahkan,” tambahnya. 

Baca Juga :  Tak Hanya Daging, Kulit dan Tulang pun Bisa Dijadikan Rupiah

Di tribun yang berbeda, yakni tribun berdiri, tempat penonton dapat melihat perlombaan dari jarak dekat, Wahyu sebagai salah satu penonton mengaku menyukai olahraga balapan ini. Ia termotivasi menonton karena ingin menyaksikan langsung kejuaraan olahraga balap sepeda gunung dunia seperti halnya MotoGP dan F1 yang sering ia ikuti perkembangannya.  

“Saya memang lebih suka balapan seperti MotoGP dan F1, pokoknya olahraga balapan lah. Jadi karena enggak bisa nonton MotoGP ke Lombok, tidak bisa nonton F1 ke Singapura, ya udah nonton UCI MTB saja, sama-sama balapan kok,” tuturnya. 

Ia mengaku bahwa balapan sepeda gunung ini tidak kalah seru dari MotoGP. Terbukti, antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk datang menyaksikan langsung.

“Kalau harapan saya sebagai pencinta olahraga balap, enggak cuman yang kayak gini ya, semoga ke depannya ada road race antarkota, misalkan dari Sukamara sampai Puruk Cahu gitu, tapi berseri, seperti Tour De Singkarak di Padang, Sumatera Barat,” ujarnya.

“Namun kalau mau yang seperti itu, infrastruktur antarkabupaten harus baik, kan mantap tuh track-nya, dari Muara Teweh ke Puruk Cahu kan tanjakan semua,” tambahnya. 

Sementara, Mulyadi dari anggota rombongan Healty Cycling Community (HCC) Palangka Raya, mengaku rela merogoh kocek 250 ribu demi bisa menyaksikan tim nasional MTB Indonesia berlaga dalam event ini.

“Melihat timnas dengan tim luar, timnas kita sekarang sudah ada kemajuan, makin banyak orang yang tertarik dengan olahraga ini, komunitas sepeda pun makin banyak, termasuk di Palangka Raya,” ucapnya. Rekan komunitasnya, Hery menambahkan bahwa event internasional ini dapat memotivasi masyarakat untuk lebih sering bersepeda.

“Event ini memotivasi kawan-kawan yang di sini, jadi banyak yang suka gowes gitu, karena memang bagus untuk kesehatan,” ucapnya. (*/ce/ala/ko) 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/