IBU pedagang ikan laut langganan di Pasar Rajawali itu akhirnya kembali berjualan. Cukup lama ia berhenti beraktivitas karena sakit yang dideritanya.
Sembari memilih ikan, ia pun bercerita tentang rutinitas baru yang harus dijalaninya saban dua minggu sekali. Ya. Dia harus cuci darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur medis untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan dalam darah saat ginjal tidak berfungsi dengan baik.
Prosedur ini menggantikan fungsi ginjal dalam membersihkan darah dan membantu menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
“Usai cuci darah, seharian badan terasa tidak enak. Intinya tidak nyaman. Alhamdulillah, besok paginya biasanya sudah enakan, fresh gitu,” tuturnya.
Pola hidupnya pun berubah drastis. Makan dan minuman sangat dibatasi. Terutama air putih. Yang bagi orang normal bisa minum sepuasnya, tidak dengan mereka yang mengalami kondisi gagal ginjal.
Hanya beberapa gelas sehari. Kurang dari empat gelas. Tidak kebayang begitu sulitnya kondisi tersebut.
Demikian pun dengan para penderita diabetes melitus (DM). Penyakit yang juga dikenal sebagai kencing manis ini, merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula darah (glukosa) yang terlalu tinggi.
Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup, atau sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
Mereka pun sama. Memiliki batasan ketat dalam makan dan minum. Namun tidak se-ekstrem penderita gagal ginjal. Mereka harus mengurangi, bahkan menghentikan asupan gula berlebih dalam tubuhnya.
Praktis, sebisa mungkin menghindari makan nasi putih yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia.
Bisa dibayangkan sendiri, bagaimana makan ikan bakar atau ayam bakar lengkap dengan lalapan dan sambalnya tanpa nasi putih. Belum lagi, sudah tidak bisa menikmati manisnya es teh sebagai pelengkapnya.
Seiring berbagai kondisi itu, sejumlah rezeki yang biasanya bisa dinikmati pun, seperti Allah cabut kenikmatannya. Sudah tidak bisa dirasakan lagi.
Tentunya hal ini menjadi peringatan tersendiri untuk kita, agar lebih banyak bersyukur atas nikmat makan dan minum yang masih bisa kita nikmati dan rasakan.
“Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban” adalah ayat dalam Al-Qur’an yang artinya “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.” Ayat ini terdapat dalam Surat Ar-Rahman, surat ke-55 dalam juz 28.
Dalam surah itu, sebanyak 31 kali Allah ingatkan kita untuk mensyukuri nikmat-Nya.
Tidak ada yang sulit. Bahkan begitu mudah bagi Allah Yang Maha Kuasa untuk mencabut nikmat dalam diri kita. Cukup hitungan detik, nikmat yang biasanya kita rasakan bisa dicabut seketika.
Yang kita ceritakan dari tadi baru sebatas nikmat makan dan minum yang begitu mudah untuk dicabut kenikmatannya. Belum lagi jika kita berbicara soal fisik.
Tentu juga mudah bagi Allah membuat orang yang tadinya nyaman melihat, tiba-tiba buta. Atau bisa berjalan dengan mudah ke sana ke mari dengan kedua kaki, tiba-tiba lumpuh tak bisa bergerak. Atau seluruh badannya dibuat tidak bisa bangkit dan hanya matanya yang bergerak, juga sangat mudah bagi Allah.
Namun, Allah Maha Baik. Dalam surah Ibrahim ayat 7, mengingatkan kita untuk bersyukur.
“Lain syakartum laazidannakum walain kafartum inna adzabi lasyadid.” Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Jika kita tahu bersyukur, maka akan ditambah nikmat itu. Sebaliknya, jika kita mengingkari, ancaman Allah siap menanti. (*)