Sabtu, November 23, 2024
30.3 C
Palangkaraya

Cabai Manis

Oleh; Agus Pramono

SLUURRPP.….!!  Menyeruput kopi di kala pagi rasanya nikmat sekali. Apalagi kalau takarannya pas. Rasa pahitnya yang tak terlalu kena di lidah. Rasa manisnya, jangan ditanya, karena tertinggal sama yang menyajikannya.

Udara pagi di akhir Oktober ini begitu sejuk ketika dihirup. Rugi kalian jika bangun siang. Tak ada lagi bau asap yang terhisap kurang lebih dua bulan lamanya. Sinar matahari memberi motivasi positif dalam mengawali hari. Suara ayam yang merengek meminta makan menjadi teman menjadi momen yang mengasyikkan. Sengaja mengulur waktu memberi makan, biar lebih akrab. Karena tingkah laku ayam mudah ditebak. Perut kenyang, menjauh dari kandang.

Tak hanya hidung dan mulut, dan telinga yang dimanja oleh pagi. Mata juga demikian. Daun pisang melambai-lambai. Bunga mawar merah begitu riang saat menyempurnakan mekarnya. Lalu, tanaman cabai yang banyak berbuah seolah-olah meminta untuk segera dipetik.

Maklum, di pekarangan saya tanaman cabai tumbuh subur. Daunnya hijau. Sebagian keriting. Buahnya siap dipetik kapan saja. Enggak kayak tanaman cabai yang ada di lokasi pertanian di Jalan Tjilik Riwut Km 38. Luasannya 2,5 hektare. Lahan itu berada di area  Kantor UPT Balai Pengujian Pakan dan Hijau Makanan Ternak (BPP-HMT) Kalteng

Baca Juga :  Iklim Sejuk Diplomasi Lingkungan Indonesia pada Penghujung Tahun

Habis panen Desember 2022 lalu, kini tak tumbuh lagi tanaman. Lahan itu tumbuh rumput. Menurut petugas di sana, setelah panen cabai, lahan tersebut sempat ditanami jagung dan kacang tanah serta bawang merah. Gagal. Uniknya, orang-orang yang ada di sana bukan ahli di bidang pertanian. Melainkan khusus menangani bidang peternakan, termasuk soal masalah pakan ternak sapi. Makanya ditanami rumput gajah. Hehehe

Informasinya, tidak ada gelontoran dana untuk biaya mengawali menanam dan biaya operasional menjadi putusnya keberlangsungan program itu. Padahal, kalau melihat ke belakang, saat panen dulu, semua pejabat ke sana membawa pesan optimisme. Dengan bangga mereka berpose dengan latar depan tanaman cabai.

Baca Juga :  Unjuk Rasa Mahasiswa di Kantor Gubernur Berakhir Ricuh

Pemerintah Provinsi Kalteng melabeli dengan Gerakan Tanam Bawang Merah dan Cabai (Gertambabe). Gerakan pertanian yang dicanangkan langsung oleh Gubernur Kalteng tersebut bertujuan untuk mengampanyekan  pemanfaatan lahan pekarangan kosong agar dijadikan lahan pertanian.

Orang nomor satu di Kalteng kala itu berujar; Mudah-mudahan dengan panen perdana ini masyarakat bisa menyadari bahwa pentingnya tanaman pangan ini sebagai upaya jangka pendek menghadapi inflasi. Kita harapkan setiap rumah ada satu dua pohon cabai yang ditanam.”

Pesan manis dari gubernur itu berhasil sampai ke masyarakat. Salah satunya ya saya. Di pekarangan kecil di sisi kanan rumah disulap menjadi lahan produktif yang mendukung ketahanan pangan mandiri. Padahal, di akhir tahun lalu, masih berupa Padang ilalang. Sekarang, tumbuh subur tanaman cabai, pisang, tomat, bayam, timun, waluh, dan kacang Panjang. Berdiri gagah kandangnya ayam petelur. Kandangnya doang. Hanya saja, untuk mengisinya, modalnya enggak ada.(*)

 

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Oleh; Agus Pramono

SLUURRPP.….!!  Menyeruput kopi di kala pagi rasanya nikmat sekali. Apalagi kalau takarannya pas. Rasa pahitnya yang tak terlalu kena di lidah. Rasa manisnya, jangan ditanya, karena tertinggal sama yang menyajikannya.

Udara pagi di akhir Oktober ini begitu sejuk ketika dihirup. Rugi kalian jika bangun siang. Tak ada lagi bau asap yang terhisap kurang lebih dua bulan lamanya. Sinar matahari memberi motivasi positif dalam mengawali hari. Suara ayam yang merengek meminta makan menjadi teman menjadi momen yang mengasyikkan. Sengaja mengulur waktu memberi makan, biar lebih akrab. Karena tingkah laku ayam mudah ditebak. Perut kenyang, menjauh dari kandang.

Tak hanya hidung dan mulut, dan telinga yang dimanja oleh pagi. Mata juga demikian. Daun pisang melambai-lambai. Bunga mawar merah begitu riang saat menyempurnakan mekarnya. Lalu, tanaman cabai yang banyak berbuah seolah-olah meminta untuk segera dipetik.

Maklum, di pekarangan saya tanaman cabai tumbuh subur. Daunnya hijau. Sebagian keriting. Buahnya siap dipetik kapan saja. Enggak kayak tanaman cabai yang ada di lokasi pertanian di Jalan Tjilik Riwut Km 38. Luasannya 2,5 hektare. Lahan itu berada di area  Kantor UPT Balai Pengujian Pakan dan Hijau Makanan Ternak (BPP-HMT) Kalteng

Baca Juga :  Iklim Sejuk Diplomasi Lingkungan Indonesia pada Penghujung Tahun

Habis panen Desember 2022 lalu, kini tak tumbuh lagi tanaman. Lahan itu tumbuh rumput. Menurut petugas di sana, setelah panen cabai, lahan tersebut sempat ditanami jagung dan kacang tanah serta bawang merah. Gagal. Uniknya, orang-orang yang ada di sana bukan ahli di bidang pertanian. Melainkan khusus menangani bidang peternakan, termasuk soal masalah pakan ternak sapi. Makanya ditanami rumput gajah. Hehehe

Informasinya, tidak ada gelontoran dana untuk biaya mengawali menanam dan biaya operasional menjadi putusnya keberlangsungan program itu. Padahal, kalau melihat ke belakang, saat panen dulu, semua pejabat ke sana membawa pesan optimisme. Dengan bangga mereka berpose dengan latar depan tanaman cabai.

Baca Juga :  Unjuk Rasa Mahasiswa di Kantor Gubernur Berakhir Ricuh

Pemerintah Provinsi Kalteng melabeli dengan Gerakan Tanam Bawang Merah dan Cabai (Gertambabe). Gerakan pertanian yang dicanangkan langsung oleh Gubernur Kalteng tersebut bertujuan untuk mengampanyekan  pemanfaatan lahan pekarangan kosong agar dijadikan lahan pertanian.

Orang nomor satu di Kalteng kala itu berujar; Mudah-mudahan dengan panen perdana ini masyarakat bisa menyadari bahwa pentingnya tanaman pangan ini sebagai upaya jangka pendek menghadapi inflasi. Kita harapkan setiap rumah ada satu dua pohon cabai yang ditanam.”

Pesan manis dari gubernur itu berhasil sampai ke masyarakat. Salah satunya ya saya. Di pekarangan kecil di sisi kanan rumah disulap menjadi lahan produktif yang mendukung ketahanan pangan mandiri. Padahal, di akhir tahun lalu, masih berupa Padang ilalang. Sekarang, tumbuh subur tanaman cabai, pisang, tomat, bayam, timun, waluh, dan kacang Panjang. Berdiri gagah kandangnya ayam petelur. Kandangnya doang. Hanya saja, untuk mengisinya, modalnya enggak ada.(*)

 

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Artikel Terkait

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Parade Umbar Janji

Terpopuler

Artikel Terbaru

/