Jumat, September 20, 2024
22.4 C
Palangkaraya

Generasi Muda Harus Berperan Lestarikan Lingkungan

PALANGKA RAYA –  Memperingati Hari Bumi, Comodo Mapala FEB menyelenggarakan Seminar Nasional lingkungan hidup dengan tema, “Earth day is everyday” bentuk kreativitas generasi muda demi terciptanya energi dalam kehidupan untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

Acara yang digelar pada Sabtu, (2/4), Aula Palangka Universitas Palangka Raya ini  dibuka langsung oleh Rektor UPR Dr Andrie Elia. Kegiatan dihadiri oleh Dekan FEB Prof Dr Danes Jayanegara MSi, WALHI Kalteng, Greenpeace Indonesia dan mahasiswa.

Setelah membuka acara, Rektor UPR Dr Andrie Elia yang juga menjadi pemateri langsung menyampaikan paparannya. Dia menyampaikan materi tentang Tantangan dan Strategi Pengendalian Lingkungan  dari Ancaman Perubahan Iklim.

Andrie menyampaikan bahwa UPR berkomitmen untuk menjaga Kawasan hutan demi mendukung pengendalian lingkungan terhadap perubahan iklim.  Saat ini UPR memiliki lahan yang luas sekitar 350 Ha di Kawasan Tunjung Nyaho dan UPR memiliki Kawasan Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) seluas 50.000 Ha.

Baca Juga :  “Mungkinkah Hukuman Mati Bagi Koruptor?”

“Generasi muda khususnya mahasiswa UPR harus berperan aktif pelaku dalam melestarikan alam lingkungan. Dimulai dari lingkungannya,” ujar Andrie yang juga dikenal sebagai pemerhati lingkungan ini.

Selain Rektor UPR, panitia juga menghadirkan pemateri dari WALHI Kalteng, Arie Rompas Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Bayu Herinata Direktur Eksekutif WALHI Kalimantan Tengah, Ir. Mathius Hosang, M.Si Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah.

Arie Rompas dalam paparannya menyampaikan bahwa kerusakan hutan di Pulau Kalimantan termasuk Kalimantan Tengah telah berdampak pada keseimbangan ekosistem dan memunculkan bencana kebakaran hutan dan banjir. Ini adalah bagian siklus krisis iklim akibat perilaku manusia.

“Kita masih punya kesempatan untuk tidak memperparah dampaknya dengan tidak merusak hutan yang tersisa dan memulihkan kerusakan yang sudah terjadi. Aksi ini harus segera dilakukan karena kita sudah tidak punya kemewahan waktu dan ancaman krisis iklim sudah didepan mata,” kata Arie Rompas.

Baca Juga :  Aktif Berorganisasi Tak Menghalangi Berprestasi

Sedangkan Bayu Herinata menilai kerusakan hutan mengakibatkan kebanjiran dan kebakaran, bencana ekologis ini merupakan akumulasi dari kegagalan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam dan investasi untuk mengambil keuntungan tanpa memikirkan dampaknya.

Sementara itu Ir Mathius Hosang MSi Sekretaris Dinas Lingkungan mengatakan untuk mengurangi masalah kerusakan hutan pemerintah segera melakukan pemulihkan dan rehabilitasi wilayah kawasan hutan yang terdegradasi dan yang telah rusak.

Ketua Umum Comodo Mapala FEB UPR Jhon Effendi mengajak semua pihak untuk bersama-sama memulihkan ekosisten yang sebagian telah rusak, khususnya di Kalteng. Karena kerusakan hutan ini berdampak terhadap masyarakat. (sma)

PALANGKA RAYA –  Memperingati Hari Bumi, Comodo Mapala FEB menyelenggarakan Seminar Nasional lingkungan hidup dengan tema, “Earth day is everyday” bentuk kreativitas generasi muda demi terciptanya energi dalam kehidupan untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

Acara yang digelar pada Sabtu, (2/4), Aula Palangka Universitas Palangka Raya ini  dibuka langsung oleh Rektor UPR Dr Andrie Elia. Kegiatan dihadiri oleh Dekan FEB Prof Dr Danes Jayanegara MSi, WALHI Kalteng, Greenpeace Indonesia dan mahasiswa.

Setelah membuka acara, Rektor UPR Dr Andrie Elia yang juga menjadi pemateri langsung menyampaikan paparannya. Dia menyampaikan materi tentang Tantangan dan Strategi Pengendalian Lingkungan  dari Ancaman Perubahan Iklim.

Andrie menyampaikan bahwa UPR berkomitmen untuk menjaga Kawasan hutan demi mendukung pengendalian lingkungan terhadap perubahan iklim.  Saat ini UPR memiliki lahan yang luas sekitar 350 Ha di Kawasan Tunjung Nyaho dan UPR memiliki Kawasan Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) seluas 50.000 Ha.

Baca Juga :  “Mungkinkah Hukuman Mati Bagi Koruptor?”

“Generasi muda khususnya mahasiswa UPR harus berperan aktif pelaku dalam melestarikan alam lingkungan. Dimulai dari lingkungannya,” ujar Andrie yang juga dikenal sebagai pemerhati lingkungan ini.

Selain Rektor UPR, panitia juga menghadirkan pemateri dari WALHI Kalteng, Arie Rompas Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Bayu Herinata Direktur Eksekutif WALHI Kalimantan Tengah, Ir. Mathius Hosang, M.Si Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah.

Arie Rompas dalam paparannya menyampaikan bahwa kerusakan hutan di Pulau Kalimantan termasuk Kalimantan Tengah telah berdampak pada keseimbangan ekosistem dan memunculkan bencana kebakaran hutan dan banjir. Ini adalah bagian siklus krisis iklim akibat perilaku manusia.

“Kita masih punya kesempatan untuk tidak memperparah dampaknya dengan tidak merusak hutan yang tersisa dan memulihkan kerusakan yang sudah terjadi. Aksi ini harus segera dilakukan karena kita sudah tidak punya kemewahan waktu dan ancaman krisis iklim sudah didepan mata,” kata Arie Rompas.

Baca Juga :  Aktif Berorganisasi Tak Menghalangi Berprestasi

Sedangkan Bayu Herinata menilai kerusakan hutan mengakibatkan kebanjiran dan kebakaran, bencana ekologis ini merupakan akumulasi dari kegagalan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam dan investasi untuk mengambil keuntungan tanpa memikirkan dampaknya.

Sementara itu Ir Mathius Hosang MSi Sekretaris Dinas Lingkungan mengatakan untuk mengurangi masalah kerusakan hutan pemerintah segera melakukan pemulihkan dan rehabilitasi wilayah kawasan hutan yang terdegradasi dan yang telah rusak.

Ketua Umum Comodo Mapala FEB UPR Jhon Effendi mengajak semua pihak untuk bersama-sama memulihkan ekosisten yang sebagian telah rusak, khususnya di Kalteng. Karena kerusakan hutan ini berdampak terhadap masyarakat. (sma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/