Jumat, September 20, 2024
22.4 C
Palangkaraya

PLN Akan Konversi PLTD ke PLTS

JAKARTA – PLN berupaya mendongkrak porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) dan me-nekan angka impor bahan bakar minyak (BBM). Hal itu dilakukan melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke EBT.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, program konversi PLTD ke EBT itu dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, PLN akan mengonversi sampai dengan 250 megawatt (mw) PLTD yang tersebar di beberapa titik di Indonesia.

Nanti PLTD itu diganti menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baseload yang artinya ada tambahan baterai agar pembangkit bisa menyala 24 jam. “Kami sedang melakukan lelang dalam 1‒2 bulan ini. Sekarang sudah ada 160 peserta yang eligible,: ujar Darmawan.

Baca Juga :  Rektor UMPR Ikuti Konsorsium Inovasi untuk Negeri

Dia melanjutkan, dalam lelang itu, PLN membebaskan spesifikasi baterai yang akan dipakai peserta. PLN menge-depankan para peserta bisa meningkatkan inovasi sehingga tercipta baterai yang efisien dan punya keandalan operasi.

“Jadi, teknologi mana yang paling andal dan efisien yang paling bagus. Itu yang menang. Ini membangun inovasi,” imbuhnya.

Dengan konversi ke PLTS dan baterai, kapasitas terpasang pada tahap pertama tersebut bisa mencapai sekitar 250 mw. Tahap kedua, PLN akan mengonversi PLTD sisanya sekitar 338 mw. Darmawan menambahkan, proyek konversi ditargetkan rampung pada 2026. Proyeksinya, sebanyak 2.130 titik PLTD bisa terkonversi ke pembangkit energi bersih.

Darmawan meyakini biaya produksi pembangkit EBT di Indonesia bakal semakin kom-petitif dibandingkan dengan pembangkit fosil. Hal itu bisa dilihat dari terus turunnya harga PLTS dan baterai.

Baca Juga :  IBI Kota Palangka Raya Rayakan HUT Ke-71

Pada 2015 harga PLTS dipatok USD 25 sen per kilowatt hours (kWh). Saat ini mampu ditekan berkisar USD 5,8 sen per kWh, bahkan bisa turun di bawah USD 4 sen per kWh. Sementara itu, harga baterainya mencapai USD 13 sen per kWh yang dulu sempat di angka USD 50 sen per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80 persen.

Harga rata-rata paket baterai tipe Li-ion pada 2020 adalah USD 137/kWh. Turun hampir 80 persen dibandingkan dengan 2013 yang di angka USD 668/kWh. (dee/c7/dio/est/jpc/ko)

JAKARTA – PLN berupaya mendongkrak porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) dan me-nekan angka impor bahan bakar minyak (BBM). Hal itu dilakukan melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke EBT.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, program konversi PLTD ke EBT itu dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, PLN akan mengonversi sampai dengan 250 megawatt (mw) PLTD yang tersebar di beberapa titik di Indonesia.

Nanti PLTD itu diganti menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baseload yang artinya ada tambahan baterai agar pembangkit bisa menyala 24 jam. “Kami sedang melakukan lelang dalam 1‒2 bulan ini. Sekarang sudah ada 160 peserta yang eligible,: ujar Darmawan.

Baca Juga :  Rektor UMPR Ikuti Konsorsium Inovasi untuk Negeri

Dia melanjutkan, dalam lelang itu, PLN membebaskan spesifikasi baterai yang akan dipakai peserta. PLN menge-depankan para peserta bisa meningkatkan inovasi sehingga tercipta baterai yang efisien dan punya keandalan operasi.

“Jadi, teknologi mana yang paling andal dan efisien yang paling bagus. Itu yang menang. Ini membangun inovasi,” imbuhnya.

Dengan konversi ke PLTS dan baterai, kapasitas terpasang pada tahap pertama tersebut bisa mencapai sekitar 250 mw. Tahap kedua, PLN akan mengonversi PLTD sisanya sekitar 338 mw. Darmawan menambahkan, proyek konversi ditargetkan rampung pada 2026. Proyeksinya, sebanyak 2.130 titik PLTD bisa terkonversi ke pembangkit energi bersih.

Darmawan meyakini biaya produksi pembangkit EBT di Indonesia bakal semakin kom-petitif dibandingkan dengan pembangkit fosil. Hal itu bisa dilihat dari terus turunnya harga PLTS dan baterai.

Baca Juga :  IBI Kota Palangka Raya Rayakan HUT Ke-71

Pada 2015 harga PLTS dipatok USD 25 sen per kilowatt hours (kWh). Saat ini mampu ditekan berkisar USD 5,8 sen per kWh, bahkan bisa turun di bawah USD 4 sen per kWh. Sementara itu, harga baterainya mencapai USD 13 sen per kWh yang dulu sempat di angka USD 50 sen per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80 persen.

Harga rata-rata paket baterai tipe Li-ion pada 2020 adalah USD 137/kWh. Turun hampir 80 persen dibandingkan dengan 2013 yang di angka USD 668/kWh. (dee/c7/dio/est/jpc/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/