Kamis, November 21, 2024
24.5 C
Palangkaraya

Komunitas Pejuang ASI Kalteng: Dukung Ibu, Sehatkan Generasi

PALANGKA RAYA – Ketua Komunitas Pejuang ASI Kalteng, Nadiyatussilmi, menyuarakan keprihatinannya terhadap rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Tengah, yang pada tahun 2020 termasuk tiga terendah di Indonesia. Keresahan ini menjadi pemicu terbentuknya komunitas tersebut pada Mei 2024, yang bertujuan untuk mendukung para ibu di Kalteng dalam menghadapi berbagai tantangan dalam menyusui dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Nadiya, yang juga mengalami kesulitan saat menyusui anak pertamanya, mengungkapkan bahwa banyak ibu di Kalteng masih bingung ke mana harus mencari bantuan saat menghadapi masalah menyusui. “Pengalaman pribadi kami para relawan menjadi landasan utama terbentuknya komunitas ini. Kami ingin ada ruang bagi ibu-ibu yang butuh dukungan dan edukasi tentang laktasi serta MPASI,” ujarnya, Minggu (13/10).

Menurut penuturannya, komunitas ini tidak hanya berfokus pada promosi menyusui, tetapi juga memberikan edukasi serta konseling bagi ibu-ibu. Mereka rutin mengadakan kelas menyusui selama sebulan, yang mencakup empat sesi pertemuan, membahas menyusui dari masa kehamilan hingga pasca-persalinan. “Keberhasilan menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga peran suami dan keluarga sangat penting,” tambahnya.

Baca Juga :  Bentuk Disiplin Siswa dengan Kontrak Kerjasama

Selain kelas menyusui, komunitas ini juga aktif dalam kegiatan lainnya seperti Instagram Live dengan tema seputar kesehatan ibu dan anak, serta bincang-bincang santai bernama Bincang ASI. Komunitas ini juga hadir langsung di acara Car Free Day (CFD) untuk menjangkau lebih banyak ibu.

Dalam upaya memperluas dukungan, Komunitas Pejuang ASI Kalteng juga merencanakan pelaksanaan kelas MPASI, yang bertujuan untuk membantu ibu dalam memberikan makanan sehat kepada bayi mereka setelah usia 6 bulan, tanpa mengganggu proses pemberian ASI. Menurut Nadiya, MPASI merupakan lanjutan penting setelah ASI eksklusif dan harus diberikan dengan cara yang tepat agar menunjang kesehatan anak.

Ia mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para ibu menyusui di Kalteng adalah masalah psikologis. Rasa tidak percaya diri, tekanan dari lingkungan sekitar, serta kurangnya dukungan sering kali membuat ibu-ibu goyah dalam memberikan ASI. “Kami memiliki konselor laktasi tersertifikasi yang siap memberikan bantuan teknis maupun non-teknis, sesuai dengan standar WHO,” jelasnya.

Baca Juga :  FISIP UPR Gelar Seminar Nasional

Selain konselor, komunitas ini juga didukung oleh ahli gizi dan dokter yang siap memberikan bimbingan menyeluruh untuk memastikan para ibu mendapat dukungan maksimal. “Kami ingin semua ibu di Kalteng mendapatkan dukungan penuh dan edukasi yang tepat, agar generasi masa depan tumbuh sehat,” pungkasnya. (zia)

PALANGKA RAYA – Ketua Komunitas Pejuang ASI Kalteng, Nadiyatussilmi, menyuarakan keprihatinannya terhadap rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Tengah, yang pada tahun 2020 termasuk tiga terendah di Indonesia. Keresahan ini menjadi pemicu terbentuknya komunitas tersebut pada Mei 2024, yang bertujuan untuk mendukung para ibu di Kalteng dalam menghadapi berbagai tantangan dalam menyusui dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Nadiya, yang juga mengalami kesulitan saat menyusui anak pertamanya, mengungkapkan bahwa banyak ibu di Kalteng masih bingung ke mana harus mencari bantuan saat menghadapi masalah menyusui. “Pengalaman pribadi kami para relawan menjadi landasan utama terbentuknya komunitas ini. Kami ingin ada ruang bagi ibu-ibu yang butuh dukungan dan edukasi tentang laktasi serta MPASI,” ujarnya, Minggu (13/10).

Menurut penuturannya, komunitas ini tidak hanya berfokus pada promosi menyusui, tetapi juga memberikan edukasi serta konseling bagi ibu-ibu. Mereka rutin mengadakan kelas menyusui selama sebulan, yang mencakup empat sesi pertemuan, membahas menyusui dari masa kehamilan hingga pasca-persalinan. “Keberhasilan menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga peran suami dan keluarga sangat penting,” tambahnya.

Baca Juga :  Bentuk Disiplin Siswa dengan Kontrak Kerjasama

Selain kelas menyusui, komunitas ini juga aktif dalam kegiatan lainnya seperti Instagram Live dengan tema seputar kesehatan ibu dan anak, serta bincang-bincang santai bernama Bincang ASI. Komunitas ini juga hadir langsung di acara Car Free Day (CFD) untuk menjangkau lebih banyak ibu.

Dalam upaya memperluas dukungan, Komunitas Pejuang ASI Kalteng juga merencanakan pelaksanaan kelas MPASI, yang bertujuan untuk membantu ibu dalam memberikan makanan sehat kepada bayi mereka setelah usia 6 bulan, tanpa mengganggu proses pemberian ASI. Menurut Nadiya, MPASI merupakan lanjutan penting setelah ASI eksklusif dan harus diberikan dengan cara yang tepat agar menunjang kesehatan anak.

Ia mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para ibu menyusui di Kalteng adalah masalah psikologis. Rasa tidak percaya diri, tekanan dari lingkungan sekitar, serta kurangnya dukungan sering kali membuat ibu-ibu goyah dalam memberikan ASI. “Kami memiliki konselor laktasi tersertifikasi yang siap memberikan bantuan teknis maupun non-teknis, sesuai dengan standar WHO,” jelasnya.

Baca Juga :  FISIP UPR Gelar Seminar Nasional

Selain konselor, komunitas ini juga didukung oleh ahli gizi dan dokter yang siap memberikan bimbingan menyeluruh untuk memastikan para ibu mendapat dukungan maksimal. “Kami ingin semua ibu di Kalteng mendapatkan dukungan penuh dan edukasi yang tepat, agar generasi masa depan tumbuh sehat,” pungkasnya. (zia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/