JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menekankan komitmen Indonesia untuk melakukan transisi menuju energi bersih.
Ia menyatakan Presidensi G20 di Indonesia yang diiringi pandemi COVID-19 serta konflik Rusia dengan Ukraina tak menjadi halangan untuk melanjutkan transisi menuju masa depan energi bersih dan terbarukan.
“Negara anggota G20 sudah berkomitmen untuk mencapai nol emisi karbon (nett zero emission) dengan landasan yang kokoh untuk implementasi lebih lanjut program transisi energi di masing-masing negara,” ujarnya dalam G20 Webinar Series bertajuk “Unlocking Innovative Financing Schemes and Islamic Finance” yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.
Indonesia, lanjutnya, telah merancang peta jalan transisi energi untuk mencapai nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional.
Melalui peta jalan tersebut, pemerintah menargetkan untuk membangun 600 gigawatt (GW) pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan dalam berbagai bauran energi, seperti air, panas bumi (geothermal), dan hidrogen.
Secara jangka pendek, lanjutnya, upaya Indonesia mengakselerasi energi terbarukan yaitu dengan menerapkan dekarbonisasi melalui konversi solar menjadi energi bersih yang bermanfaat untuk diterapkan pada pembangkit listrik tenaga diesel di daerah terpencil.
“Saat ini, kami melakukan implementasi pilot project untuk mengurangi karbon. Kami mulai mengubah kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik, penggunaan peralatan listrik rumah tangga (electric home appliances), serta implementasi perbaikan dan peremajaan awal pembangkit listrik,” ucap Arifin.
Berdasarkan peta jalan PLN, pada periode 2021-2030 ditargetkan penambahan pembangkit listrik dari energi terbarukan hingga 51,6 persen atau setara dengan 21 GW.
Indonesia juga berencana membangun Nusantara Supergrid untuk menggenjot pengembangan energi terbarukan guna menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan.
Pihaknya juga turut meningkatkan pemanfaatan teknologi antara lain dengan pumped storage, smart grid, digitalisasi, hidrogen hijau, dan penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage).
Sebagai bentuk dukungan terhadap peta jalan yang memanfaatkan energi terbarukan, pemerintah menggunakan pula sumber mineral seperti nikel, kapur, bauksit, dan mangan untuk memproduksi kendaraan listrik baterai serta sebagai penyimpan pembangkit listrik energi terbarukan.
Untuk mendukung transisi energi bersih yang cepat dan efektif, Menteri ESDM menyatakan Indonesia membutuhkan investasi sekitar satu triliun dolar AS atau Rp14,2 ribu triliun hingga 2060.
Dengan strategi komprehensif tersebut, lanjut Arifin, diharapkan Indonesia mampu mendorong pangsa energi terbarukan.
“Oleh karena itu, Indonesia terus memperkuat kerja sama dengan mitra negara dan lembaga keuangan internasional untuk menemukan mekanisme pendanaan yang inovatif guna memenuhi kebutuhan investasi mendukung transisi energi,” ungkap Menteri ESDM. (ant/baq/kel/ko)