Kecemasan terhadap Covid-19, khawatir ada anggota keluarga yang terkena membuat tubuh tegang dan dapat menyebabkan gangguan tidur. Demikian juga dengan kecemasan akan kurangnya atau hilangnya penghasilan/pekerjaan.
Ketidakpastian kapan wabah ini selesai, angka konformasi positif, angka kematian yang meningkat juga menyebabkan kondisi cemas dan khawatir yg berujung pada gangguan tidur.
3. Depresi dan rasa terisolasi
Depresi ditandai dengan kehilangan berbagai hal yang kita cintai, bisa keluarga, teman, pekerjaan, hobi, perkumpulan, uang. Rasa terisolasi akibat pandemi ini, harus selalu di rumah dapat juga memicu munculnya gangguan tidur.
4. Stres dalam keluarga, sekolah, kerja
Working and study from home seringkali tidak membuat keadaan menjadi lebih santai. Banyaknya tugas yang harus diselesaikan dari rumah, pekerjaan rumah yang harus dibereskan, konflik dan masalah di rumah, sekolah, kerjaan dapat memicu stres yang menyebabkan gangguan tidur.
5. Screen time yang berlebihan
Penggunaan handphone untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari, media sosial, melihat berita menjadi bertambah saat ini. Pertemuan online Zoom yang banyak, binge-watching Netflix / TV cable, drama korea (drakor), lebih banyak melihat layar monitor komputer menyebabkan screen time yang berlebihan. Hal ini menyebabkan otak selalu aktif, ‘blue light’ dari layar menekan produksi melatonin (hormon tidur) dan tidur pun terganggu.