Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Media Punya Peran Penting Dukung Pertumbuhan Industri Sawit

NUSA DUA-Peranan media sangat penting untuk menjaga keberlanjutan industri sawit di Tanah Air. Berbeda dengan sebelumnya, saat ini, pemberitaan media mulai berimbang dalam menyajikan informasi terkait kelapa sawit.

“Dua dekade lalu, pemberitaan media kerap kali menyajikan isu negatif berkaitan kelapa sawit. Akibatnya, daya saing industri sawit ikut terganggu, ” Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena dalam temu media, di Nusa Dua Bali, Rabu 2 November 2022.

Namun demikian, perlahan-lahan pemberitaan media mulai berubah lebih baik dan positif bagi perkembangan industri sawit. Menurut Bambang Aria Wisena, dukungan rekan-rekan media sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan industri sawit. Terutama dalam memperluas pasar ekspor sawit Indonesia ke negara lain.

Baca Juga :  30 DPD Partai Gerindra Dorong Prabowo jadi Capres pada Pilpres 2024

“Pelaku industri sawit sangat mengapresiasi media yang menyajikan pemberitaan positif bagi kelapa sawit,” ujar Bambang Aria Wisena yang didampingi Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI.

“Harapan kami, media dapat memiliki sudut pandang objektif. Serta dapat memahami kelapa sawit dari sisi positif,” jelas Bambang Aria Wisena.

Bambang Aria Wisena berpendapat, Industri sawit memiliki kemampuan untuk bertahan sekaligus menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah berbagai gempuran krisis.

“Industri sawit telah berkontribusi Rp 500 triliun untuk pemasukan devisa ekspor negara setiap tahunnya. Selain itu, komoditas ini memberikan lapangan kerja bagi 16 juta orang,” ujar Bambang dalam temu media.

Keunggulan kelapa sawit dari aspek produktivitas dan ekonomi, dikatakan Bambang Aria, yang mengakibatkan komoditas ini mendapatkan tekanan luar biasa dari para pesaingnya.
Sebagai contoh, kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II yang bersifat diskriminatif terhadap produk kelapa sawit khususnya biofuel yang berpotensi merugikan industri sawit Indonesia.

Baca Juga :  CBI Group Salurkan 100 Paket Sembako

“Untuk meng-counter isu negatif dan kebijakan diskriminatif, asosiasi sawit seperti GAPKI, APROBI, dan DMSI perlu bersinergi dengan media. Pandangan asosiasi dapat disuarakan oleh media sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memutuskan kebijakan,” kata BAW sapaan akrab Bambang Aria Wisena.(sja/ala)

NUSA DUA-Peranan media sangat penting untuk menjaga keberlanjutan industri sawit di Tanah Air. Berbeda dengan sebelumnya, saat ini, pemberitaan media mulai berimbang dalam menyajikan informasi terkait kelapa sawit.

“Dua dekade lalu, pemberitaan media kerap kali menyajikan isu negatif berkaitan kelapa sawit. Akibatnya, daya saing industri sawit ikut terganggu, ” Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena dalam temu media, di Nusa Dua Bali, Rabu 2 November 2022.

Namun demikian, perlahan-lahan pemberitaan media mulai berubah lebih baik dan positif bagi perkembangan industri sawit. Menurut Bambang Aria Wisena, dukungan rekan-rekan media sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan industri sawit. Terutama dalam memperluas pasar ekspor sawit Indonesia ke negara lain.

Baca Juga :  30 DPD Partai Gerindra Dorong Prabowo jadi Capres pada Pilpres 2024

“Pelaku industri sawit sangat mengapresiasi media yang menyajikan pemberitaan positif bagi kelapa sawit,” ujar Bambang Aria Wisena yang didampingi Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI.

“Harapan kami, media dapat memiliki sudut pandang objektif. Serta dapat memahami kelapa sawit dari sisi positif,” jelas Bambang Aria Wisena.

Bambang Aria Wisena berpendapat, Industri sawit memiliki kemampuan untuk bertahan sekaligus menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah berbagai gempuran krisis.

“Industri sawit telah berkontribusi Rp 500 triliun untuk pemasukan devisa ekspor negara setiap tahunnya. Selain itu, komoditas ini memberikan lapangan kerja bagi 16 juta orang,” ujar Bambang dalam temu media.

Keunggulan kelapa sawit dari aspek produktivitas dan ekonomi, dikatakan Bambang Aria, yang mengakibatkan komoditas ini mendapatkan tekanan luar biasa dari para pesaingnya.
Sebagai contoh, kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II yang bersifat diskriminatif terhadap produk kelapa sawit khususnya biofuel yang berpotensi merugikan industri sawit Indonesia.

Baca Juga :  CBI Group Salurkan 100 Paket Sembako

“Untuk meng-counter isu negatif dan kebijakan diskriminatif, asosiasi sawit seperti GAPKI, APROBI, dan DMSI perlu bersinergi dengan media. Pandangan asosiasi dapat disuarakan oleh media sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memutuskan kebijakan,” kata BAW sapaan akrab Bambang Aria Wisena.(sja/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/