Jumat, Juni 6, 2025
24.9 C
Palangkaraya

Ekosistem Raja Ampat Terancam Hancur, Susi Peringatkan Prabowo

KEINDAHAN Raja Ampat yang tersohor sebagai surga bawah laut dunia kini terancam oleh ekspansi tambang nikel. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, angkat suara dan mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk segera menghentikan aktivitas tambang yang dinilainya bisa menghancurkan ekosistem unik dan kehidupan masyarakat pesisir Papua.

Raja Ampat, wilayah kepulauan di Papua Barat Daya yang dijuluki “The Last Paradise”, kini menghadapi ancaman serius. Beberapa pulau kecil di kawasan tersebut mulai dieksplorasi untuk penambangan nikel dalam rangka mendukung program hilirisasi industri tambang. Aktivitas ini memicu keprihatinan publik, terutama dari tokoh lingkungan hidup Susi Pudjiastuti.

Melalui akun X (dulu Twitter) Susi menyampaikan seruannya kepada Presiden Prabowo Subianto.

“Pak Presiden Prabowo, mohon segera dihentikan,” tulis Susi pada 3 Juni 2025, menanggapi kabar aktivitas tambang di kawasan Raja Ampat.

Ia menyebut bahwa proyek nikel berpotensi merusak hutan bakau, terumbu karang, dan mengancam mata pencaharian masyarakat pesisir yang bergantung pada laut.

Baca Juga :  Keutamaan Puasa Arafah dan Tarwiyah, Beserta Doa dan Niat Lengkap!

Menurutnya, Raja Ampat bukan sekadar kawasan wisata, melainkan pusat keanekaragaman hayati laut yang luar biasa dan kebanggaan dunia.

“Jangan biarkan surga terakhir ini hilang demi kepentingan sesaat,” ujarnya dalam unggahan tersebut.

Kritik terhadap tambang nikel di Papua juga mengemuka dalam konferensi Indonesia Critical Minerals Conference 2025 yang digelar di Jakarta pada hari yang sama. Saat Wakil Menteri Luar Negeri Arief Havas Oegroseno tengah berpidato, sekelompok aktivis Greenpeace melakukan aksi damai. Mereka menerbangkan balon bertuliskan “What’s the True Cost of Your Nickel?” dan membentangkan spanduk besar dengan pesan: “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining”.

Aksi itu juga diikuti empat anak muda dari Papua, yang hadir untuk menyuarakan keresahan masyarakat adat terhadap dampak buruk pertambangan. Mereka menilai industrialisasi nikel tidak hanya merusak alam, tapi juga menggerus ruang hidup dan budaya lokal.

Baca Juga :  Di Acara Gernas BBI, Jokowi: Belanja Produk Lokal Dukung Perekonomian

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, dalam pernyataan resminya mengungkap bahwa aktivitas tambang telah membawa kerusakan ekologis di banyak daerah lain seperti Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Halmahera, hingga Pulau Obi.

Dirinya menyebut pertambangan nikel tidak hanya merusak hutan dan mencemari sumber air, tetapi juga memperparah krisis iklim. Ia menyoroti penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) captive yang masih menjadi sumber energi utama dalam proses pengolahan nikel.

Dalam video aksi yang diunggah akun Instagram resmi Greenpeace Indonesia, Iqbal sempat berteriak lantang sebelum diamankan petugas.

“Papua bukan tanah kosong. Selamatkan Raja Ampat!” ujarnya.

Greenpeace menilai, di tengah gencarnya pembangunan industri nikel yang didorong oleh tren kendaraan listrik global, pemerintah dan pelaku industri harus membuka mata bahwa ada harga lingkungan dan sosial yang tidak bisa diabaikan. Mereka menyerukan perlindungan terhadap kawasan bernilai ekologis tinggi seperti Raja Ampat, yang seharusnya dilindungi, bukan dieksploitasi. (ovi)

KEINDAHAN Raja Ampat yang tersohor sebagai surga bawah laut dunia kini terancam oleh ekspansi tambang nikel. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, angkat suara dan mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk segera menghentikan aktivitas tambang yang dinilainya bisa menghancurkan ekosistem unik dan kehidupan masyarakat pesisir Papua.

Raja Ampat, wilayah kepulauan di Papua Barat Daya yang dijuluki “The Last Paradise”, kini menghadapi ancaman serius. Beberapa pulau kecil di kawasan tersebut mulai dieksplorasi untuk penambangan nikel dalam rangka mendukung program hilirisasi industri tambang. Aktivitas ini memicu keprihatinan publik, terutama dari tokoh lingkungan hidup Susi Pudjiastuti.

Melalui akun X (dulu Twitter) Susi menyampaikan seruannya kepada Presiden Prabowo Subianto.

“Pak Presiden Prabowo, mohon segera dihentikan,” tulis Susi pada 3 Juni 2025, menanggapi kabar aktivitas tambang di kawasan Raja Ampat.

Ia menyebut bahwa proyek nikel berpotensi merusak hutan bakau, terumbu karang, dan mengancam mata pencaharian masyarakat pesisir yang bergantung pada laut.

Baca Juga :  Keutamaan Puasa Arafah dan Tarwiyah, Beserta Doa dan Niat Lengkap!

Menurutnya, Raja Ampat bukan sekadar kawasan wisata, melainkan pusat keanekaragaman hayati laut yang luar biasa dan kebanggaan dunia.

“Jangan biarkan surga terakhir ini hilang demi kepentingan sesaat,” ujarnya dalam unggahan tersebut.

Kritik terhadap tambang nikel di Papua juga mengemuka dalam konferensi Indonesia Critical Minerals Conference 2025 yang digelar di Jakarta pada hari yang sama. Saat Wakil Menteri Luar Negeri Arief Havas Oegroseno tengah berpidato, sekelompok aktivis Greenpeace melakukan aksi damai. Mereka menerbangkan balon bertuliskan “What’s the True Cost of Your Nickel?” dan membentangkan spanduk besar dengan pesan: “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining”.

Aksi itu juga diikuti empat anak muda dari Papua, yang hadir untuk menyuarakan keresahan masyarakat adat terhadap dampak buruk pertambangan. Mereka menilai industrialisasi nikel tidak hanya merusak alam, tapi juga menggerus ruang hidup dan budaya lokal.

Baca Juga :  Di Acara Gernas BBI, Jokowi: Belanja Produk Lokal Dukung Perekonomian

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, dalam pernyataan resminya mengungkap bahwa aktivitas tambang telah membawa kerusakan ekologis di banyak daerah lain seperti Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Halmahera, hingga Pulau Obi.

Dirinya menyebut pertambangan nikel tidak hanya merusak hutan dan mencemari sumber air, tetapi juga memperparah krisis iklim. Ia menyoroti penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) captive yang masih menjadi sumber energi utama dalam proses pengolahan nikel.

Dalam video aksi yang diunggah akun Instagram resmi Greenpeace Indonesia, Iqbal sempat berteriak lantang sebelum diamankan petugas.

“Papua bukan tanah kosong. Selamatkan Raja Ampat!” ujarnya.

Greenpeace menilai, di tengah gencarnya pembangunan industri nikel yang didorong oleh tren kendaraan listrik global, pemerintah dan pelaku industri harus membuka mata bahwa ada harga lingkungan dan sosial yang tidak bisa diabaikan. Mereka menyerukan perlindungan terhadap kawasan bernilai ekologis tinggi seperti Raja Ampat, yang seharusnya dilindungi, bukan dieksploitasi. (ovi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/