NAMA Misri Puspita Sari (23) mendadak menjadi perbincangan publik setelah ditetapkan sebagai salah satu tersangka dalam kasus kematian anggota Bidpropam Polda NTB, Brigadir Muhammad Nurhadi.
Bersama dua anggota polisi lainnya, Misri diduga terlibat dalam peristiwa tragis yang terjadi di Lombok.
Meski kini disorot karena kasus hukum, masa lalu Misri mencerminkan kisah perjuangan seorang perempuan muda yang penuh semangat dan tanggung jawab.
Mengutip detik.com, Misri lahir dan besar di Kelurahan Legok, Danau Sipin, Kota Jambi.
Misri dikenal sebagai sosok yang berprestasi di dunia modeling sejak usia dini. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak hingga SMA, ia kerap mengikuti berbagai kontes kecantikan dan ajang pemilihan duta.
Beberapa prestasi yang pernah diraihnya antara lain Duta Inklusi Keuangan, Gadis Photogenic, hingga finalis ajang Bujang Gadis Kota Jambi.
Deretan selempang dan penghargaan yang pernah ia raih masih tersimpan rapi di rumah keluarganya.
Kehidupan Misri berubah sejak kepergian sang ayah pada tahun 2022. Sebagai anak sulung dari enam bersaudara, ia mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga.
Misri rutin mengirimkan uang dari perantauan untuk membantu biaya hidup ibu dan adik-adiknya, termasuk biaya sekolah dan kuliah.
“Ia selalu bilang, kalau pulang dari Lombok akan langsung kirim uang untuk biaya kuliah adiknya dan untuk adiknya yang paling kecil masuk TK,” ujar sang ibu, IM, saat ditemui di kediaman mereka di Muaro Jambi, dikutip dari detik.com.
Aktif di media sosial, Misri terakhir kali mengunggah foto di akun Thread @misripuspita11_ pada 8 Mei 2025. Sebelumnya, ia juga membagikan momen ulang tahunnya yang ke-23 pada 23 November 2024.
Keluarga Misri terkejut atas penetapan dirinya sebagai tersangka. Sang bibi, Neni, mengaku tak percaya bahwa keponakannya terlibat dalam kasus sebesar ini.
“Dia anak jujur, selalu terbuka dengan keluarga. Kalau ada masalah, pasti cerita. Sekarang kami tak bisa komunikasi, itu yang bikin kami bingung dan sedih,” tutur Neni.
Neni juga menyayangkan perlakuan yang menurutnya tidak adil terhadap Misri, yang justru ditahan lebih dahulu dibanding dua tersangka lain, yakni Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, mantan atasan Brigadir Nurhadi. Keduanya sempat tidak ditahan karena dinilai kooperatif.
“Seolah-olah Misri ini pelaku utamanya. Padahal dia bukan aparat. Jangan sampai dia terus dipojokkan,” tegas Neni.
Kasus ini tidak hanya membawa beban psikologis bagi keluarga, tapi juga dampak finansial. Salah satu adik Misri terpaksa menunda kuliah karena kekurangan biaya, sementara adik bungsunya belum bisa masuk taman kanak-kanak.
Kini, keluarga besar Misri hanya bisa berharap pada proses hukum yang adil dan terbuka, sembari mengenang sosok Misri sebagai perempuan tangguh yang selama ini berjuang demi keluarganya. (net/abw)
