MENJADI Ketua Rukun Tetangga (RT) bukanlah perkara mudah. Selain bertanggung jawab secara sosial dan administratif, seorang Ketua RT juga harus mampu menyatukan berbagai karakter warganya.
Tantangan itu kini dihadapi oleh Sahdan Arya Maulana, mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), yang baru berusia 19 tahun.
Di usia yang masih sangat muda, Sahdan berhasil mematahkan stigma bahwa generasi Z (Gen Z) tidak peduli lingkungan.
Ia terpilih secara demokratis sebagai Ketua RT 07 RW 08, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
“Alhamdulillah saya menang dengan 126 suara, sedangkan lawan saya hanya mendapat 17 suara,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin (14/7), mengutip umj.ac.id.
Sahdan resmi menjabat sejak 25 April 2025 dan akan memimpin selama lima tahun ke depan, hingga 2030.
Kehadirannya menjadi wajah baru kepemimpinan Gen Z di tengah masyarakat yang sebagian besar masih memandang sebelah mata kapasitas anak muda dalam memimpin lingkungan.
Dibuktikan dengan Aksi, Bukan Sekadar Janji
Awal kepemimpinannya tidak lepas dari ragam respons warga. Ada yang memberikan dukungan, namun tak sedikit yang meragukan kapasitas kepemimpinan anak muda.
“Banyak yang bilang, Gen Z itu malas gerak, gak bisa kerja, atau gak bakal ada pembangunan,” kata Sahdan, sembari tersenyum.
Namun, ia memilih menepis keraguan itu dengan bukti nyata. Baru dua bulan menjabat, Sahdan sudah merealisasikan program pengecoran jalan lingkungan.
Menariknya, proyek ini dikerjakan tanpa dana pemerintah, melainkan murni hasil swadaya warga.
“Alhamdulillah, saya buktikan dalam dua bulan ini sudah ada pengecoran jalan. Ini murni pakai iuran warga,” tambahnya.
Rancang Program Sosial untuk Warga
Tidak berhenti di sana, Sahdan juga telah menyiapkan berbagai program sosial untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanan warga.
Di antaranya, pembagian sembako menjelang Ramadan, pemasangan CCTV di titik-titik rawan pencurian, hingga pembelian hewan kurban setiap Iduladha.
Ia juga menggagas program bantuan sosial bagi warga yang sakit atau meninggal dunia.
Bagi warga sakit, disiapkan bantuan Rp 200.000, sementara bagi warga yang meninggal, bantuan diberikan sebesar Rp 500.000, lengkap dengan penyediaan kain kafan, papan nisan, dan ongkos gali kubur.
“Setiap warga hanya membayar iuran Rp 10.000 per bulan. Dana itu kami gunakan untuk membantu warga yang sakit, meninggal, maupun untuk keamanan lingkungan,” jelas Sahdan.
Selain iuran warga, program-program tersebut juga didukung oleh dana Biaya Operasional Pemerintah (BOP) sebesar Rp 2 juta per bulan.
“Prinsip saya, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama,” tegasnya.
Prioritaskan Pengabdian, Bukan Organisasi Kampus
Meski disibukkan dengan kuliah, Sahdan mengaku sengaja tidak aktif di organisasi kampus agar fokus mengabdi di lingkungan tempat tinggalnya.
Dalam menjalankan tugas, ia dibantu oleh sekretaris dan bendahara yang juga masih seusianya, yakni Femas (20) dan Rizky (21).
“Saya aktif di lingkungan. Takutnya kalau ikut himpunan atau Unit Kegiatan Mahasiswa, malah dua-duanya gak maksimal,” jelasnya.
Meski begitu, ia banyak belajar dari teman-temannya di kampus yang aktif di organisasi. Pengalaman mereka dalam bermusyawarah, menyusun program, dan berorganisasi menjadi inspirasi bagi Sahdan dalam memimpin warganya.
“Saya memang gak ikut, tapi saya belajar dari mereka. Mereka itu inspirasi saya juga,” katanya.
Cita-Cita Jadi Gubernur Jakarta
Bagi Sahdan, menjadi Ketua RT hanyalah batu loncatan. Ia memiliki cita-cita besar, yakni menjadi Gubernur DKI Jakarta.
“Ini langkah awal buat membuktikan saya mampu,” ujarnya mantap.
Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan di jurusan Teknik Industri sebagai bekal dalam menjalankan usaha kecil yang dirintisnya.
Ke depan, ia berencana melanjutkan studi magister di bidang ilmu politik untuk mematangkan langkahnya menuju dunia politik.
Ia pun berharap perjalanan kepemimpinannya dapat menginspirasi lebih banyak mahasiswa, khususnya di UMJ, agar tergerak aktif dalam kegiatan sosial masyarakat.
“Semoga kampus bisa melahirkan lebih banyak mahasiswa yang peduli lingkungan. Dan semoga pemerintah mulai melihat kerja-kerja nyata kami di bawah, yang selama ini belum tersentuh bantuan,” pungkasnya.(net/abw)