DI tengah memanasnya ketegangan Israel-Iran, Presiden RI Prabowo Subianto mengambil keputusan tegas.
Presiden Prabowo tidak hadir di forum G7 dan justru menerima undangan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tampil sebagai pembicara utama dalam St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025.
“Langkah Diplomasi yang Tepat dan Konsisten,” kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno.
Ia memuji langkah ini sebagai strategi diplomasi yang matang. Menurut Eddy, pilihan Prabowo mencerminkan konsistensi politik luar negeri Indonesia yang menolak penjajahan dan serangan terhadap kedaulatan negara lain.
“Ini langkah diplomasi yang strategis, tepat, dan juga menunjukkan konsistensi Indonesia pada politik luar negeri yang menolak segala bentuk penjajahan dan atau serangan atas kedaulatan negara lain,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Bimtek Bela Negara di Universitas Indonesia Mandiri, Lampung Selatan, Kamis (19/6), mengutip dari mpr.go.id.
Eddy menambahkan, antara kesepakatan negara G7 terdapat dukungan terhadap Israel “atas nama membela diri,” sehingga ketidakhadiran Indonesia di forum tersebut adalah keputusan terbaik.
Sebagai Profesor Ilmu Politik UI, Eddy menegaskan bahwa partisipasi Prabowo di SPIEF 2025 bukan sekadar kehadiran seremoni, melainkan tonggak penting dalam menegaskan posisi Indonesia di panggung global.
“Pilihan untuk hadir dalam SPIEF 2025 ini adalah wujud diplomasi ekonomi aktif Indonesia yang semakin kuat dalam menghadapi situasi global yang kompleks dan dinamis,” ucapnya.
Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Putin, Eddy percaya kedua pemimpin akan membahas respons terhadap konflik Israel-Palestina serta merumuskan langkah meredakan ketegangan di kawasan.
“Peran aktif diplomasi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo menjadikan Indonesia semakin diperhitungkan. Apalagi Prabowo konsisten dengan Politik Bebas-Aktif dan amanat konstitusi untuk menolak segala bentuk penjajahan dan penindasan,” tutup Eddy. (net/abw)