Jumat, September 20, 2024
38.1 C
Palangkaraya

Airlangga: Riset dan Inovasi Kunci Pemulihan Ekonomi

JAKARTA-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, ada tiga kunci untuk memulihkan ekonomi melalui riset dan inovasi. Ketiganya, kata Airlangga, sangat penting untuk menjaga kelangsungan perekonomian nasional.

Kunci pertama, riset dan inovasi harus menuju pada konsep ekonomi hijau, yakni ekonomi berkelanjutan yang bisa mengurangi polusi. Menko Perekonomian mengaku, ekonomi hijau sudah terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Pemerintah melalui mandatori B30 berhasil membuat harga tandan buah sawit (TBS) mencapai harga tertinggi. Pemerintah mendorong peningkatan ekspor pada sektor kelapa sawit.

“Ekspor selama pandemi Covid-19 juga masih bisa mencapai sekitar 20 miliar dolar AS,” tutur Airlangga saat puncak HUT ke-43 BPPT, Senin (23/8).

Baca Juga :  Sengsarakan Rakyat, Mendag Lutfi Ancam Sanksi Tegas ke Penimbun Migor

Ia menambahkan, kebijakan B30 mampu membuat Indonesia menjadi negara biodiesel terbesar di dunia. Bahkan pemerintah tengah menyiapkan B100 sebagai inovasi di bidang biodiesel ini.

Airlangga melanjutkan, upaya pemulihan ekonomi berbasis riset kedua adalah komersialisasi hasil riset. Hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan dunia usaha. Menurut Ketua Umum DPP Partai Golkar ini, riset tanpa komersialisasi membuat keberlanjutan terhambat.

“(Selama) 43 tahun BPPT telah memberikan banyak bukti, mana yang berhasil, mana yang belum berhasil, mana yang bisa komersial, mana yang tidak, sehingga tentu platformnya sudah terlihat,” tegasnya.

Khusus untuk keberlanjutan riset dan inovasi teknologi ini, pemerintah mendorong agar menjadi perhatian utama. Airlangga mengatakan, pemerintah telah memberikan dukungan fiskal untuk pengembangan daya saing. Bahkan pemerintah sudah memberikan super tax deduction untuk vokasi, penelitian, dan pengembangan. Pemerintah menilai BPPT dan Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN belum memaksimalkan dukungan dari pemerintah ini.

Baca Juga :  DKP Rutin Turunkan Tim ke Lapangan

“Alat untuk mendorong kerja sama antara privat dan industri maupun dengan akademi, itu tools dan insentifnya sudah ada, tinggal dikapitalisasi. Diharapkan kita bisa memperdalam struktur perekonomian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Airlangga.

JAKARTA-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, ada tiga kunci untuk memulihkan ekonomi melalui riset dan inovasi. Ketiganya, kata Airlangga, sangat penting untuk menjaga kelangsungan perekonomian nasional.

Kunci pertama, riset dan inovasi harus menuju pada konsep ekonomi hijau, yakni ekonomi berkelanjutan yang bisa mengurangi polusi. Menko Perekonomian mengaku, ekonomi hijau sudah terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Pemerintah melalui mandatori B30 berhasil membuat harga tandan buah sawit (TBS) mencapai harga tertinggi. Pemerintah mendorong peningkatan ekspor pada sektor kelapa sawit.

“Ekspor selama pandemi Covid-19 juga masih bisa mencapai sekitar 20 miliar dolar AS,” tutur Airlangga saat puncak HUT ke-43 BPPT, Senin (23/8).

Baca Juga :  Sengsarakan Rakyat, Mendag Lutfi Ancam Sanksi Tegas ke Penimbun Migor

Ia menambahkan, kebijakan B30 mampu membuat Indonesia menjadi negara biodiesel terbesar di dunia. Bahkan pemerintah tengah menyiapkan B100 sebagai inovasi di bidang biodiesel ini.

Airlangga melanjutkan, upaya pemulihan ekonomi berbasis riset kedua adalah komersialisasi hasil riset. Hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan dunia usaha. Menurut Ketua Umum DPP Partai Golkar ini, riset tanpa komersialisasi membuat keberlanjutan terhambat.

“(Selama) 43 tahun BPPT telah memberikan banyak bukti, mana yang berhasil, mana yang belum berhasil, mana yang bisa komersial, mana yang tidak, sehingga tentu platformnya sudah terlihat,” tegasnya.

Khusus untuk keberlanjutan riset dan inovasi teknologi ini, pemerintah mendorong agar menjadi perhatian utama. Airlangga mengatakan, pemerintah telah memberikan dukungan fiskal untuk pengembangan daya saing. Bahkan pemerintah sudah memberikan super tax deduction untuk vokasi, penelitian, dan pengembangan. Pemerintah menilai BPPT dan Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN belum memaksimalkan dukungan dari pemerintah ini.

Baca Juga :  DKP Rutin Turunkan Tim ke Lapangan

“Alat untuk mendorong kerja sama antara privat dan industri maupun dengan akademi, itu tools dan insentifnya sudah ada, tinggal dikapitalisasi. Diharapkan kita bisa memperdalam struktur perekonomian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Airlangga.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/