Jumat, September 20, 2024
27.6 C
Palangkaraya

Gereja Imanuel GKE Mandomai, Gereja Tertua Masuk Cagar Budaya

KUALA KAPUS-Kendati statusnya sudah menjadi cagar budaya, masyarakat setempat tetap rutin beribadah ke gereja tersebut. Selain itu juga tak sedikit masyarakat dari luar Kapuas yang datang jauh-jauh ke Mandomai (sapaan populer Desa Saka Mangkahai) untuk beribadah di Gereja Imanuel. Sebagian pengunjung mau jauh-jauh ke situ karena gereja tersebut karena pamornya sebagai gereja tertua di Kalteng yang juga menjadi tempat bersejarah bagi titik awal penyebaran agama Kristen di Kalteng. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Resor Gereja Imanuel GKE Mandomai yang juga salah seorang pendeta gereja, Pendeta (Pdt) Mombo Gusti Gunawan.

Dikatakan Mombo, Gereja Imanuel GKE Mandomai merupakan gereja tertua di Kalteng, bahkan di Kalimantan. Sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat Desa Saka Mangkahai untuk ibadah tiap hari Minggu.

“Tamu dari luar sering ke sini, orang asing pun sering datang. Ini gereja tua, tapi sampai sekarang masih digunakan. 4 Desember lalu kami merayakan hari ulang tahun ke-146, gereja pertama yang ada di Kalimantan ini,” ucap Mombo.

Mombo mengakui memang ketika suatu tempat ditetapkan menjadi situs budaya, maka sudah tidak dapat digunakan lagi. Harus disterilkan dan menjadi museum. Tetapi beda kasus dengan gereja tempat ia bertugas itu. Ia mengungkapkan usaha penserilan gereja tersebut masih belum dilakukan.

“Masih belum. Puluhan tahun akan datang masih mungkin digunakan. Tapi ini ke depannya itu pasti terjadi, pasti akan disterilkan,” ungkapnya.

Mombo mengungkapkan, Gereja Imanuel Mandomai memiliki umur yang sama dengan gereja-gereja yang ada di Eropa. Namun gereja yang ada di Eropa sudah menjadi museum. Mombo mengatakan gereja tersebut telah masuk dalam situs budaya, namun pemakaiannya tetap aktif di sana. Proses pemeliharaan tetap terus dilakukan oleh pemerintah daerah.

Baca Juga :  Ada 31.553 Depot Air Minum Tidak Higienis, Kemendag Ingatkan Konsumen

“Gereja ini sudah menjadi situs budaya. kami hanya menggunakan dan memanfaatkannya, ttapi dalam proses pemeliharaan seterusnya oleh pemerintah daerah,” tuturnya.

Ia berharap gereja ini akan terus terawat karena kondisi gereja itu sampai saat ini pun setiap hari dipakai. Kendati demikian, Mombo tak bisa menampik bahwa kondisi bangunan sudah uzur. Beberapa bagian sudah termakan usia dan tidak memungkinkan lagi untuk dibiarkan lebih lama.

“Tongkat gereja ini sudah banyak yang rapuh. Kalau dulunya sebesar paha, tepi di dalam sana, pada tongkat yang bersentuhan langsung dengan tanah, itu sudah mengecil sekali,” ujar Mombo sambil menganalogikan besaran tiang dengan betis dan lengan. Selain itu, karena memang banyak bagian sudah dimakan oleh usia, tinggal menunggu waktu saja gereja itu akan menjadi museum.

“Saya yakin suatu saat itu pasti akan terjadi. Ini akan disterilkan. Dengan kondisi yang semakin lapuk dan tidak bisa digunakan lagi. Tapi pemikiran kami bukan untuk sekarang, tapi untuk 10-20 tahun yang akan datang, sehingga warga jemaat di sini sejak sekarang berusaha mencari tempat ibadat lain,” ungkap alumni STGKE Banjarmasin tahun 2009 itu.

Sementara itu, Kepala Bidang Sejarah, Pelestarian Cagar Budaya, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Maria Doya Aden APar MSi mengatakan, Gereja Imanuel Mandomai telah ditetapkan menjadi cagar budaya peringkat kabupaten. Pada tahun ini pihaknya telah melakukan pemeringkatan untuk menjadi cagar budaya peringkat provinsi.

“Rencananya tahun depan kami masih mencoba mengajukan ke pusat untuk menjadi peringkat nasional, semoga saja berhasil, tahun depan rencananya,” beber Maria saat ditemui Kalteng Pos di kantornya, Senin (12/12/2022).

Baca Juga :  Ketua DAD dan FKUB Kalteng Bawa Pesan Penting saat Bersafari Natal

Maria mengatakan dalam upaya menjaga agar gereja tersebut tetap terpelihara pihaknya menaruh dua orang juru pelihara (jurpel). “Yang satu dibiayai dari dana APBD Kabupaten Kapuas, satu lagi dari dana APBN lewat Balai Pelestarian Cagar Budaya,” ucapnya.

Tahun 2022 ini, ujar Maria, Gereja Imanuel GKE Mandomai tengah diupayakan untuk menjadi cagar budaya peringkat provinsi. “Kita usahakan akhir 2022 ini, pada bulan ini, SK-nya masih dalam proses untuk bisa ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat provinsi,” tuturnya.

Terkait netralisasi gereja itu agar dapat dimuseumkan saja, Maria mengatakan pada dasarnya cagar budaya memang tetap bisa dijadikan tempat yang aktif digunakan jika memang masih memadai seperti halnya gereja Mandomai. Berkenaan dengan netralisasi tempat, Maria mengatakan pihaknya tidak bisa melarang masyarakat kalau gereja itu tidak dipakai, namun mungkin nantinya akan ada pembuatan suatu ketentuan dari majelis resor di sana.

“Kami tidak bisa melarang untuk sudah tidak bisa dipakai. Tapi mungkin nanti majelis resor bisa membuat suatu ketentuan. Karena kan yang namanya cagar budaya, di sisi lain bisa dimanfaatkan, karena sesuai aturan juga masih bisa dimanfaatkan,” tuturnya.

Maria menuturkan, gereja ini akan terus dipakai oleh jemaat. Hanya saja perlu pengaturan oleh majelis resor, membuat ketentuan terkait pemakaian gereja sehingga intensitas aktivitas di dalamnya bisa dikurangi. “Tinggal penggunaannya yang diatur lagi oleh majelis resor, misalnya hanya dipakai untuk hal-hal tertentu saja,” ucapnya.

Ia menambahkan, tahun 2023 nanti pihaknya akan melakukan penanganan terhadap Gereja GKE Imanuel Mandomai. “Memang kami sudah meninjau ke sana untuk penanganan, kami akan memperhitungkan hal-hal itu,” pungkasnya. (dan/ala)

KUALA KAPUS-Kendati statusnya sudah menjadi cagar budaya, masyarakat setempat tetap rutin beribadah ke gereja tersebut. Selain itu juga tak sedikit masyarakat dari luar Kapuas yang datang jauh-jauh ke Mandomai (sapaan populer Desa Saka Mangkahai) untuk beribadah di Gereja Imanuel. Sebagian pengunjung mau jauh-jauh ke situ karena gereja tersebut karena pamornya sebagai gereja tertua di Kalteng yang juga menjadi tempat bersejarah bagi titik awal penyebaran agama Kristen di Kalteng. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Resor Gereja Imanuel GKE Mandomai yang juga salah seorang pendeta gereja, Pendeta (Pdt) Mombo Gusti Gunawan.

Dikatakan Mombo, Gereja Imanuel GKE Mandomai merupakan gereja tertua di Kalteng, bahkan di Kalimantan. Sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat Desa Saka Mangkahai untuk ibadah tiap hari Minggu.

“Tamu dari luar sering ke sini, orang asing pun sering datang. Ini gereja tua, tapi sampai sekarang masih digunakan. 4 Desember lalu kami merayakan hari ulang tahun ke-146, gereja pertama yang ada di Kalimantan ini,” ucap Mombo.

Mombo mengakui memang ketika suatu tempat ditetapkan menjadi situs budaya, maka sudah tidak dapat digunakan lagi. Harus disterilkan dan menjadi museum. Tetapi beda kasus dengan gereja tempat ia bertugas itu. Ia mengungkapkan usaha penserilan gereja tersebut masih belum dilakukan.

“Masih belum. Puluhan tahun akan datang masih mungkin digunakan. Tapi ini ke depannya itu pasti terjadi, pasti akan disterilkan,” ungkapnya.

Mombo mengungkapkan, Gereja Imanuel Mandomai memiliki umur yang sama dengan gereja-gereja yang ada di Eropa. Namun gereja yang ada di Eropa sudah menjadi museum. Mombo mengatakan gereja tersebut telah masuk dalam situs budaya, namun pemakaiannya tetap aktif di sana. Proses pemeliharaan tetap terus dilakukan oleh pemerintah daerah.

Baca Juga :  Ada 31.553 Depot Air Minum Tidak Higienis, Kemendag Ingatkan Konsumen

“Gereja ini sudah menjadi situs budaya. kami hanya menggunakan dan memanfaatkannya, ttapi dalam proses pemeliharaan seterusnya oleh pemerintah daerah,” tuturnya.

Ia berharap gereja ini akan terus terawat karena kondisi gereja itu sampai saat ini pun setiap hari dipakai. Kendati demikian, Mombo tak bisa menampik bahwa kondisi bangunan sudah uzur. Beberapa bagian sudah termakan usia dan tidak memungkinkan lagi untuk dibiarkan lebih lama.

“Tongkat gereja ini sudah banyak yang rapuh. Kalau dulunya sebesar paha, tepi di dalam sana, pada tongkat yang bersentuhan langsung dengan tanah, itu sudah mengecil sekali,” ujar Mombo sambil menganalogikan besaran tiang dengan betis dan lengan. Selain itu, karena memang banyak bagian sudah dimakan oleh usia, tinggal menunggu waktu saja gereja itu akan menjadi museum.

“Saya yakin suatu saat itu pasti akan terjadi. Ini akan disterilkan. Dengan kondisi yang semakin lapuk dan tidak bisa digunakan lagi. Tapi pemikiran kami bukan untuk sekarang, tapi untuk 10-20 tahun yang akan datang, sehingga warga jemaat di sini sejak sekarang berusaha mencari tempat ibadat lain,” ungkap alumni STGKE Banjarmasin tahun 2009 itu.

Sementara itu, Kepala Bidang Sejarah, Pelestarian Cagar Budaya, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Maria Doya Aden APar MSi mengatakan, Gereja Imanuel Mandomai telah ditetapkan menjadi cagar budaya peringkat kabupaten. Pada tahun ini pihaknya telah melakukan pemeringkatan untuk menjadi cagar budaya peringkat provinsi.

“Rencananya tahun depan kami masih mencoba mengajukan ke pusat untuk menjadi peringkat nasional, semoga saja berhasil, tahun depan rencananya,” beber Maria saat ditemui Kalteng Pos di kantornya, Senin (12/12/2022).

Baca Juga :  Ketua DAD dan FKUB Kalteng Bawa Pesan Penting saat Bersafari Natal

Maria mengatakan dalam upaya menjaga agar gereja tersebut tetap terpelihara pihaknya menaruh dua orang juru pelihara (jurpel). “Yang satu dibiayai dari dana APBD Kabupaten Kapuas, satu lagi dari dana APBN lewat Balai Pelestarian Cagar Budaya,” ucapnya.

Tahun 2022 ini, ujar Maria, Gereja Imanuel GKE Mandomai tengah diupayakan untuk menjadi cagar budaya peringkat provinsi. “Kita usahakan akhir 2022 ini, pada bulan ini, SK-nya masih dalam proses untuk bisa ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat provinsi,” tuturnya.

Terkait netralisasi gereja itu agar dapat dimuseumkan saja, Maria mengatakan pada dasarnya cagar budaya memang tetap bisa dijadikan tempat yang aktif digunakan jika memang masih memadai seperti halnya gereja Mandomai. Berkenaan dengan netralisasi tempat, Maria mengatakan pihaknya tidak bisa melarang masyarakat kalau gereja itu tidak dipakai, namun mungkin nantinya akan ada pembuatan suatu ketentuan dari majelis resor di sana.

“Kami tidak bisa melarang untuk sudah tidak bisa dipakai. Tapi mungkin nanti majelis resor bisa membuat suatu ketentuan. Karena kan yang namanya cagar budaya, di sisi lain bisa dimanfaatkan, karena sesuai aturan juga masih bisa dimanfaatkan,” tuturnya.

Maria menuturkan, gereja ini akan terus dipakai oleh jemaat. Hanya saja perlu pengaturan oleh majelis resor, membuat ketentuan terkait pemakaian gereja sehingga intensitas aktivitas di dalamnya bisa dikurangi. “Tinggal penggunaannya yang diatur lagi oleh majelis resor, misalnya hanya dipakai untuk hal-hal tertentu saja,” ucapnya.

Ia menambahkan, tahun 2023 nanti pihaknya akan melakukan penanganan terhadap Gereja GKE Imanuel Mandomai. “Memang kami sudah meninjau ke sana untuk penanganan, kami akan memperhitungkan hal-hal itu,” pungkasnya. (dan/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/